Share

DALAM JERATAN OBSESI PENGUASA TAMPAN
DALAM JERATAN OBSESI PENGUASA TAMPAN
Author: sugi ria

BAB 1 CALON SUAMI SELINGKUH

Author: sugi ria
last update Last Updated: 2025-07-08 12:17:59

"Di mana kamu? Acara akan dimulai sebentar lagi!"

Satu pesan masuk ke ponsel Livi, seorang gadis yang tampak cantik mengenakan kebaya press body warna putih.

Pesan itu datang dari Axel, tunangannya. Pria yang seharusnya menikah dengannya.

Namun Livi hanya menatap layar itu dengan tatapan kosong. Ponsel bergetar beberapa kali, tapi Livi sama sekali tidak ingin meresponnya.

Axel tidak tahu, kalau empat puluh menit lalu. Livi yang tampak lelah, disarankan untuk beristirahat di kamar hotel oleh WO, sembari menunggu acara dimulai.

Akan tetapi begitu dia berdiri di depan pintu kamar hotel, dia mendengar suara tidak biasa dari balik pintu.

"Ah... pelan dikit, Axel. Nanti ketahuan."

"Aku tidak tahan, San. Kamu nikmat banget."

Walau tidak bisa melihat siapa orangnya, Livi mengenali suara itu. Hati Livi mencelos. Sosok yang ada di balik pintu tidak lain dan tidak bukan adalah Axel. Tunangannya dan Sandra, sahabatnya.

Livi memilih tidak masuk. Tidak pula meneriaki mereka. Apalagi sampai melempar barang untuk meluapkan emosi. Dia hanya berdiri di sana selama beberapa detik, lalu pergi dengan langkah gontai.

"Mereka berselingkuh!"

Tubuh Livi hampir rubuh, disertai hati hancur berkeping-keping. Air mata seketika luruh membasahi pipi. Fakta menyakitkan baru saja dia ketahui.

Lima tahun bersama. Lima tahun menjalin hubungan dengan Axel. Livi telah berkorban banyak untuk Axel. Baik waktu, uang, juga pikiran.

Demi Axel, Livi sampai menjauh dari pria lain. Livi beralasan pria tersebut akan jadi suaminya. Jadi dia harus menjaga perasaan Axel. Tidak ingin membuat pria itu cemburu.

Gadis itu boleh dibilang cinta mati pada Axel. Livi adalah budak cintanya Axel. Untuk Axel, Livi akan melakukan segalanya. Tapi, justru ini yang dia dapat sebagai balasan.

"Dasar brengsek!" Maki Livi sepanjang jalan, nyaris tanpa henti.

Axel berselingkuh dengan Sandra. Sahabat Livi sejak SMA yang dia perlakukan layaknya saudara kandung. Sandra yang awalnya dia ajak tinggal bersama karena diusir dari rumah orang tuanya.

Air mata menetes lagi saat Livi mengingat semua itu. Sandra malah menusuknya dari belakang. Perempuan itu berselingkuh dengan calon suaminya.

"Tidak tahu diri. Murahan!" Kali ini umpatan Livi tertuju pada Sandra.

Tak terhitung pengorbanan yang Livi lakukan untuk Axel. Termasuk bersitegang dengan keluarganya sendiri. Sang ayah tidak pernah setuju Livi berhubungan dengan Axel.

Papa Livi beranggapan, Axel tidak cukup pantas untuk putrinya. Ditambah lagi papa Livi menilai Axel tidak mencintainya.

Kini sepertinya yang dikatakan ayahnya jadi kenyataan. Fakta itu melukai Livi begitu dalam. Sakit, sedih, kecewa, juga patah hati menyerang Livi bersamaan.

"Papa," sebut Livi lirih.

Gadis itu beberapa kali menarik napas dalam lantas menghembuskannya. Dia coba berpikir tenang, meski kepalanya sejak tadi sibuk meneriakkan, "Aku tidak mau menikah dengan pria seperti itu!"

Namun setelahnya kepanikan melanda gadis itu.

Kalau Livi membatalkan pernikahan sepihak, media akan menyorot keluarganya. Nama orang tuanya bisa tercemar. Terlebih ayahnya adalah seorang pengusaha dari keluarga ternama.

Semua perhatian tengah terarah pada acara ini. Ditambah tamu undangan dari kalangan atas sudah banyak yang datang.

Livi kembali menghela napas. Dia tidak takut kehilangan Axel. Tapi, dia tidak mau orang tuanya menanggung malu. Apa yang harus Livi lakukan? Livi bingung.

Saat itu tiba-tiba satu teriakan membuyarkan lamunan Livi.

"APA MAKSUDMU TIDAK BISA MENIKAH?!"

Seorang pria berjas hitam berdiri tak jauh dari tempat Livi duduk, di tengah taman hotel. Tindakan sosok tadi menarik perhatian Livi.

"Semua tamu sudah hadir! Bagaimana mungkin dia malah menghilang? Halo? Halo!” Pria itu menatap ponselnya, tampak panggilannya telah diputus.

“Astaga." Dia menghela napas sambil memijit pelipis.

Setelah itu lelaki tadi menoleh pada pria di sebelahnya, sosok dengan jas pengantin yang dikenakan rapi di tubuh tegapnya. Wajahnya layaknya pahatan Tuhan yang nyaris sempurna.

Garis rahang tajam, hidung tinggi, mata dalam yang memancarkan karisma dingin. Setiap gerakannya menunjukkan bahwa dia pria yang terbiasa memegang kendali.

"Bagaimana ini, Arch?" Pria tadi bertanya dengan panik.

"Pengantin wanitanya hilang. Tidak bisa ditemukan. Padahal lima menit lagi acara dimulai. Semua tamu sudah menunggu. Kita tak punya waktu."

Arch, pria tampan itu hanya menarik napas pelan. Tidak marah. Apalagi panik. Sorot matanya tidak terbaca, tapi satu yang pasti dia seperti sedang memikirkan sesuatu.

Kondisinya hampir mirip seperti Livi.

“Tidak ada cadangan?” Tanya Arch.

Asisten Arch menghela napas kasar. “Cadangan bagaimana? Ini pernikahan! Bukan permainan! Mana mungkin aku sediakan mempelai wanita cadangan!”

Saat itu juga, ide gila mendadak muncul di benak Livi. Dia berdiri. Langkahnya mantap saat menghampiri dua pria itu.

"Permisi," sapa Livi dengan bibir tersenyum samar. Walau begitu jejak sembab dan air mata masih tampak jelas di wajah Livi.

Kedua pria tadi menoleh. Asisten Arch terlihat heran, tapi Arch tidak. Tatapan matanya berubah saat melihat Livi. Netra kelamnya sedikit melebar, menampilkan keterkejutan di sana, samar—namun nyata.

Livi mencoba bersikap ramah dan tenang. Walau detak jantungnya tak karuan.

"Maaf kalau saya lancang, tapi saya dengar kalian butuh mempelai wanita," ujar Livi terus terang. Dia menunduk sebentar, lalu menatap lurus pada Arch.

"Kebetulan, saya perlu mempelai pria. Tunangan saya berkhianat. Dia tidur dengan sahabat saya tepat sebelum pernikahan kami dimulai."

"Tapi saya tidak bisa membatalkan pernikahan ini begitu saja. Reputasi keluarga saya bisa hancur jika saya melakukannya."

Livi menggigit bibir bawahnya, menampilkan kegugupan luar biasa. Dua tangannya terkepal, teringat perbuatan Axel dan Sandra. Namun setelahnya, Livi kembali bicara dengan suara pelan tapi penuh keyakinan.

"Kalau Tuan bersedia, bagaimana kalau Tuan menikah dengan saya?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DALAM JERATAN OBSESI PENGUASA TAMPAN   BAB 233 DEAL? SUMPAH, JANJI, SUER

    "Sampah? Lelaki sepertiku hanya sampah?"Kalimat dari Arch menghantam sisi paling rapuh dalam diri Axel. Fakta dia telah menyakiti juga menyia-nyiakan dua perempuan baik dalam hidupnya, membuka mata hati Axel.Tangannya turun perlahan, diikuti wajahnya yang berubah muram.Pria itu seketika disadarkan oleh kenyataan kalau dia memang brengsek, jahat, tidak punya hati. Egois juga tidak memiliki perasaan."Kau selamanya tidak akan masuk ke DL Grup. Mau mencoba dari sisi manapun. Kau tidak punya celah. Kau tidak memiliki kualifikasi untuk berada di jajaran direksi perusahaan yang aku pimpin.""Kau, tidak bermoral, tidak kompeten, kau juga tidak punya skill memadai untuk mendapatkan izin dariku!"Tangan Axel terkepal. Arch benar-benar menguliti dirinya. Mengupas semua kesalahan juga menguak sisi kelam dalam dirinya. Namun tiap kata yang Arch ucapkan, Axel sama sekali tidak bisa membantahnya.Sebab yang Arch sebutkan adalah kebenaran. Tidak ada satupun yang bisa membuat Axel denial akan hal

  • DALAM JERATAN OBSESI PENGUASA TAMPAN   BAB 232 LELAKI SAMPAH

    "Masih marah?"Arch menahan lengan Livi yang berjalan mendahuluinya. Wanita itu manyun tapi parasnya tidak sejengkel tadi. Ada binar kelegaan dalam mata coklat Livi."Masih," balas Livi lirih.Arch menghela napas. "Sekarang bilang, aku harus apa biar kamu gak marah lagi."Livi mengerutkan dahi, tampak berpikir. Hingga satu ide muncul di kepalanya. "Temani aku main seharian.""Main apa dulu?" Seringai Arch muncul begitu mendengar kata main."Jalan-jalan. Pikiranmu itu kasur saja isinya."Arch terbahak. "Habisnya enak sih, bagaimana dong."Lihat, betapa mudahnya pria itu mengubah ekspresi wajahnya. Padahal lima menit yang lalu, Livi dibuat merinding oleh sikap Arch yang menurutnya sangat menakutkan.Sekarang pria itu telah kembali ke mode tengilnya. Sebenarnya yang mana kepribadian Arch yang asli. Livi jadi bingung."Memang kamu mau jalan-jalan ke mana?"Arch mengejar langkah Livi yang hampir mencapai mobilnya. Livi baru akan menjawab ketika seseorang memanggilnya."Livi, bisa kita bica

  • DALAM JERATAN OBSESI PENGUASA TAMPAN   BAB 231 DIA SUDAH MULAI BERGERAK

    Livi tak membalas sepatahkatapun. Dia pandangi sang suami yang sedang melahap makanannya dengan tenang juga elegan. Pria di depannya memang kerap terlihat demikian.Wanita itu kadang sampai bingung. Bingung menerka isi kepala suaminya. Arch sesekali tampak misterius. Seolah ada rahasia besar di balik sikapnya yang datar, tanpa riak emosi sedikitpun.Arch juga selalu bertindak cepat untuk mengatasi masalah yang muncul di antara mereka. Mengurai kesalahpahaman yang sering kali terjadi karena Livi overthinking.Seperti sekarang. Tanpa banyak kata, Livi langsung disuguhi kebenaran dari foto kemarin."Jadi semua ini bagian dari rencana tantemu?"Arch mengangguk, mengusap sudut mulutnya dengan serbet. Lantas menyesap kopi miliknya. Livi sendiri diam-diam menarik sudut bibirnya. "Dan dia sengaja membuatku terjebak dengan wanita itu, supaya aku tidak datang menolongmu."Tersirat kesal dalam perkataan Arch. "Maaf," lanjutnya."Tidak masalah. Ada pak Yo yang bantuin aku.""Kai langsung kroscek

  • DALAM JERATAN OBSESI PENGUASA TAMPAN   BAB 230 FAKTA TERHAMPAR NYATA

    "Jangan cemberut, itu pawangnya datang."Irfan menunjuk arah belakang Livi dengan dagunya. Wanita itu menoleh, hingga dia melihat Arch dan Satria datang bersamaan."Kita tersesat, Yang. Mereka cuma bikin kita mupeng aja," seloroh Satria yang langsung duduk di samping Farah. Tanpa minta izin langsung menyedot orange juice milik Farah hingga nyaris habis.Si empunya jus melotot. Tapi Satria dengan santai mengelus puncak kepala sang kekasih. Tangannya lantas memanggil pelayan."Makanya halalin, biar gak mupeng," sindir Irfan yang sejak tadi melihat interaksi Arch dan Livi yang terlihat "aneh""Mereka bertengkar?" Bisik Irfan di telinga Tina."Ehem, kata Livi Arch selingkuh," jawab Tina ikutan berbisik.Irfan menggulung senyum. Ini seru. Lihat bagaimana Arch coba membujuk Livi tapi sang istri tetap acuh."Kai tidak ikut?" Arch akhirnya biarkan Livi, walau tangannya tidak mau lepas dari jemari istrinya."Sibuk ngadon mereka," cibir Satria."Iri bilang bos," sindir Irfan tajam.Satria mende

  • DALAM JERATAN OBSESI PENGUASA TAMPAN   BAB 229 PENGACARA

    "Ini bukan seperti ini.""Terus seperti apa? Aku sibuk menghajar mereka yang mau menjebakku, kamu malah asyik-asyikan sama perempuan lain."Arch memejamkan mata, coba menahan diri untuk tidak ikut terpancing emosi. Dia tahu Livi punya sisi meledak-ledak dalam dirinya."Aku bisa jelaskan.""Gak mau dengar."Juga sifat kekanakan yang terkadang sering muncul. Livi banyak benar minusnya. Tapi tidak masalah, yang penting Arch cinta. Bukankah tidak ada manusia yang sempurna."Nyonya De Leon cemburu?" Arch banting stir jadi menggoda istrinya, alih-alih sibuk menjelaskan."Idih, siapa juga yang cemburu. Aku cuma, cuma ... ndak suka!"Livi pilih kabur ke kamar meninggalkan Arch yang terbahak sebelum dia menghubungi Satria."Siapa aspri tuan Roland?"Jawaban datang sejurus Arch selesai bertanya. Sudut bibir lelaki itu tertarik. Seperti sang tante mulai berani macam-macam.Tidak masalah, Arch akan ikuti permainan tantenya....."Lesu amat," komen Farah yang baru datang. Dia melihat Livi dan Tin

  • DALAM JERATAN OBSESI PENGUASA TAMPAN   BAB 228 TIDAK SEPERTI YANG KAMU LIHAT

    "Itu cuma salah paham, Sayang. Aku tidak bermaksud menjelekkan Livi. Aku hanya ingin menyelidiki."Livi mendengus dalam hati, sedang di parasnya terukir senyum palsu. Di depannya ada Melanie yang sibuk menjelaskan pada Miguel soal kejadian tadi."Kamu harusnya minta maaf sama Livi. Kamu sudah fitnah dia."Wajah Melanie menegang sesaat sebelum akhirnya berpaling ke arah Livi. "Livi, Tante minta maaf. Tante asal tuduh tadi.""Lain kali jangan diulangi ya Tante. Takutnya orang-orang itu gak cuma saya tampar. Tapi bisa saya masukkan ke polisi. Atau malah saya aniaya dulu sebelum diserahkan ke polisi."Melanie bergidik ngeri. Dia baru tahu kalau Livi mampu bertingkah badas macam tadi. Melanie pikir, Livi cuma anak manja yang tahunya merengek, tanpa tahu bertindak.Siapa sangka jika Livi nyaris menghajar lelaki yang hampir menyentuhnya tadi. Andai Miguel tidak menghalangi."Kamu bisa lakukan apapun yang kamu mau. Jika hal ini sampai terulang lagi. Om, akan dukung kamu."Miguel memandang han

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status