DINIKAHI BOS MAFIA

DINIKAHI BOS MAFIA

last updateLast Updated : 2025-06-10
By:  LittleStarssOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
3Chapters
5views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Lavinia Fleur tak pernah membayangkan bahwa keputusannya bekerja sama dengan sahabatnya justru menjebaknya dalam utang berbahaya. Dalam semalam, gadis desa yang hidup sederhana di kota itu ditagih rentenir, bahkan dia terancam kehilangan adiknya yang sedang sakit. Di sisi lain, Dante Romano, pewaris takhta mafia paling ditakuti di Roma, juga dikhianati oleh asistennya, yang membuatnya didesak untuk segera menikah demi mempertahankan kekuasaan. Namun, semua wanita dari kalangan atas, terutama mafia menolaknya. Takdir akhirnya mempertemukan Dante dengan Lavinia. Pernikahan mereka terjadi tanpa cinta, tanpa persiapan, dan penuh ketegangan. Namun saat rahasia demi rahasia terkuak, Dante mulai menyadari bahwa wanita desa yang polos itu bisa menjadi satu-satunya yang mampu mengoyak lapisan baja di hatinya, atau menghancurkannya sepenuhnya.

View More

Chapter 1

BAB 1

"Buka pintunya!! Kami tahu kau ada di dalam!"

Lavinia Fleur, wanita yang ditipu sahabatnya hingga berhutang ratusan juta Euro. Wanita itu kini mematung di balik pintu. Tubuhnya gemetar, tangannya yang terangkat untuk meraih gagang pintu, ditarik kembali.

Sudah tiga hari dia terus didatangi oleh para rentenir. Hidupnya kini terlihat kacau sejak terseret dalam hal yang tidak dia lakukan.

"Cepat buka! Jangan sampai kami mendobrak pintu ini!!" Pria di luar berteriak lagi.

Lavinia melangkah mundur dengan pelan. Lantai kayu berderit dia menginjaknya, diiringi suara ketukan pintu yang semakin keras.

"Aku tidak berhutang. Bukan aku!" gumamnya. Suaranya terdengar lirih, matanya menoleh ke pintu belakang. "Aku akan pergi dari pintu itu."

Dia melangkah cepat, tangannya meraih gagang pintu belakang itu, lalu menariknya dengan kasar. Angin yang membawa hawa panas menerpa wajahnya. Sinar matahari tampak menusuk kulitnya yang seputih salju.

Tanpa menunggu, Lavinia segera berlari menjauh dari rumahnya. Namun, keberuntungan tampaknya sedang tidak berpihak pada dirinya.

"Wanita itu di sana!" seru salah satu pria penagih hutang.

"Tangkap! Dia mencoba kabur!!" Pria yang lainnya berteriak.

Dua pria lebih dulu mengejar Lavinia. Wanita itu menoleh ke belakang sebentar. Kedua matanya membulat saat melihat pria-pria itu sudah berada sangat dekat dengannya.

"Sial!" umpatnya pelan. Lavinia lanjut berlari. Namun, lengan kirinya tiba-tiba dicengkram kuat, dan tubuhnya yang kecil ditarik begitu kuat hingga menabrak tubuh pria yang menariknya.

"Aww!" pekiknya. Punggung wanita itu terasa sakit. "Lepas! Bukan aku yang berhutang! Seharusnya kalian menagih pada temanku!"

"Kami tidak peduli. Kau yang bertanggung jawab. Di sana tertera tandatanganmu!" ucap pria itu dengan tegas.

"Bawa dia kepada Bos!" pinta pria yang baru saja tiba. "Dia tak akan bisa membayar hutang. Wanita ini sangat miskin. Adiknya bahkan belum bisa dioperasi karena dia tidak memiliki uang."

Lavinia terkejut karena mereka mengtahui tentang dirinya. Namun, belum sempat dia bertanya, dua orang pria menyeret tubuhnya masuk ke dalam mobil.

Warga di sekitar hanya bisa menatap iba. Mereka tak mungkin bisa menolongnya, meskipun wanita itu memohon.

"Masuk!" Satu pria di belakang mendorongnya dengan kuat, hingga tubuh Lavini terdorong ke dalam mobil.

"Kalian tidak bisa melakukan ini padaku! Ini namanya penculikan!" teriak Lavinia.

Pria di sebelahnya menatap tajam. "Kalau begitu kau juga pencuri! Kau mencuri uang Bos kami!"

"Aku tidak—"

Belum selesai Lavinia bicara, seorang pria langsung menutup mulutnya dengan kain, lalu mengikat tangannya. Lavinia terus meronta, tetapi tidak bisa membebaskan diri. Dia terjebak di sana, dan akan menghadapi orang yang mungkin lebih kejam dari beberapa pria di mobil.

'Keterlaluan kau, Luisa! Kau sahabat terburuk yang pernah ada!' geram Lavinia dalam hati, ketika mengingat bagaimana sahabatnya menawarkan kerja sama bisnis, yang membuat dirinya berakhir seperti ini.

**

Mobil yang membawa Lavinia tiba di pelataran mansion. Salah satu pria turun lebih dulu, kemudian menyeret tubuh Lavinia keluar dari mobil.

"Tuan Dante sudah menunggu di ruangannya. Bawa dia ke sana," kata seorang pria yang berdiri di pintu utama. Pria yang mengenakan setelan jas hitam itu melirik tajam Lavinia.

"Jalan yang cepat!" bentak pria di belakang Lavinia. "Jangan membuang-buang waktu kami!"

Lavinia tidak bisa menjawab. Mulutnya masih tersumpal kain yang baginya menjijikan, dengan bercampur aroma alkohol.

Lavinia melangkah pelan melewati kemewahan mansion itu, matanya tak tertarik menelusuri hiasan emas dan kristal yang berkilauan. Hatinyalah yang sibuk, menebak-nebak ke mana pria-pria itu akan membawanya.

Derap langkah mereka menggema di lantai marmer dingin, menciptakan ritme tegang yang membuat dada Lavinia berdebar. Saat akhirnya mereka berhenti di depan sebuah ruangan, pandangannya tertuju pada pintu besar dengan dua sisi, dihias logo misterius yang tak pernah dia lihat sebelumnya. Rasa penasaran dan gugup berbaur dalam diam.

Tiba di dalam ruangan itu, seorang pria tengah duduk di kursi kebesarannya. Pria itu mengangkat tangan, memberika isyarat supaya pria-pria di belakang Lavinia segera pergi.

"Tunggu!" Suaranya terdengar serak, dan rendah.

"Apa yang Anda butuhkan lagi, Tuan Dante?" tanya salah satu pria itu.

"Singkirkan kain yang ada di mulutnya," jawab pria bernama Dante itu.

Pria itu mengangguk. Dia mendekati Lavinia, dan melepaskan kain yang menutup mulut wanita itu sejak tadi.

Lavini bernafas lega setelah kain itu tersingkir darinya. Aroma alkohol yang sejak tadi membuatnya mual, kini perlahan pudar, digantikan oleh aroma maskulin di dalam ruangan itu.

Dante bangkit dari duduknya. Jemarinya mengetuk pelan meja kaca saat dia melewatinya. Perlahan tapi pasti, dia mendekati Lavinia.

"Jadi kau...... orang yang telah meminjam uang, dan tidak mau mengembalikannya?" tanya Dante dengan suara yang rendah.

Lavinia menggeleng kuat. "Tidak... aku tak pernah meminjam. Sahabatku yang meminjamnya. Dia menipuku, dan aku—"

"Aku yakin tak ada orang yang begitu bodoh sampai ditipu seperti ini." Dante memotong dengan cepat. "Drama apalagi yang sedang kau mainkan? Aku sudah muak melihat drama orang-orang yang berhutang, tetapi tidak mau membayarnya."

Lavinia maju satu langkah. "Tuan, aku tidak berbohong. Tolong percaya padaku."

Dante tertawa sinis sebelum berkata, "Aku hanya percaya pada orang mati. Jika kau ingin aku percaya, kau harus mati lebih dulu."

Lavinia membulatkan kedua matanya. Jantungnya berdegup kencang mendengar ucapan Dante. Kepalanya menggeleng kuat, dan dia melangkah mundur.

Dante bergerak maju. Senyum samar yang menghiasi bibirnya terlihat mengerikan, seolah pria itu akan membinasakannya saat ini juga.

Pada saat yang sama, ponsel Danter berdering. Pria itu kembali ke meja, dan mengambil ponselnya. Benda pipih itu dia tempelkan ke telinganya.

"Apa??" Suara Dante terdengar terkejut. "Kenapa mereka membatalkan pernikahan!? Dia adalah wanita kesepuluh, dan aku harus mencari wanita lain lagi sekarang!?"

"Benar, Tuan. Anda harus segera menikah. Satu Minggu lagi usia Anda tepat tiga puluh tiga tahun. Jika belum mendapatkan pasangan, maka kursi kekuasaan akan jatuh kepada Alfredo!" ucap asistennya yang ada di ujung telepon.

Tanpa mengatakan apapun, Dante langsung memutuskan sambungan telepon. Pikirannya menjadi sangat berisik. Pandangannya kosong ke meja, seolah tak bernyawa.

Tiba-tiba, Dante menoleh cepat ke arah Lavinia. Dia berjalan mendekat dengan langkah yang terburu-buru, membuat jantung Lavinia semakin berdegup kencang, dan kakinya refleks melangkah mundur, hingga punggungnya menabrak rak buku yang ada di belakangnya.

Dante kini berhenti tepat di hadapan Lavinia. Mata birunya menusuk ke dalam mata abu-abu wanita itu. Tangan Dante terangkat dan menyentuh dagu Lavinia.

"Wajah yang sempurna," gumamnya. Kedua matanya melirik ke tubuh wanita itu. "Porsi dada yang pas, dan pinggul yang indah." Dia lalu memutar tubuh wanita itu, memperhatikan bagian belakang. "Bokong yang sangat sempurna. Padat dan berisi."

"Apa maksud Anda!? Kenapa menilai tubuhku seperti itu? Anda jangan kurang ajar, Tuan!" sentak Lavinia, berusaha memutar tubuhnya, tetapi cengkraman Dante sangat kuat.

Dante hanya diam. Dia melepaskan tali yang mengikat pergelangan tangan Lavinia. Seketika, Lavinia merasakan kulitnya dapat bernafas, meskipun garis merah melingkar di pergelangannya.

"Aku memiliki tawaran untukmu," kata Dante cepat. Tanpa basa-basi.

Lavinia memutar tubuhnya menghadap Dante. Kedua alisnya bertaut. "Tawaran? Apa maksudmu?"

"Pernikahan kontrak," jawab Dante. "Kau jadi istriku selama dua tahun, maka seluruh hutangmu akan aku anggap lunas."

Lavinia menganga. Dipandangnya pria itu dari atas ke bawah. Mara biru Dante yang tajam, jambang tipis, hingga tubuh yang kekar. Lavinia menelan ludah kasar. Pria itu memang tampan, nyaris sempurna, tetapi dia tidak mungkin mau menikah dengan pria asing. Pria yang tiba-tiba saja ada dalam kehidupannya yang suram.

"Maaf, Tuan. Aku tidak bisa," tolaknya dengan halus. "Aku akan mencari pekerjaan dan melunasi hutangku. Tolong berikan aku waktu untuk melunasinya. Jika Anda ingin menikah, silahkan menikah dengan wanita lain saja."

Dante tersenyum tajam, sudut bibirnya terangkat penuh ejekan. Tangannya disilangkan kuat di dada, matanya menatap penuh sindiran. "Berapa abad kau akan bekerja untuk melunasi seluruh hutangmu!?" Suaranya dingin, seolah ingin menanam rasa malu yang dalam. "Dan lagi, aku bisa pastikan bahwa kau tak akan pernah mendapatkan pekerjaan apapun di dunia ini!"

Lavinia menundukkan kepala sedikit, bibirnya bergetar menahan semangat yang mulai berkobar, meskipun Dante mengancam. "Aku akan berusaha, Tuan. Suaranya pelan tapi penuh tekad. "Tolong beri aku waktu. Dan aku pastikan akan mendapatkan pekerjaan. Semua ancaman darimu tak berlaku untukku." Matanya menatap tajam, seolah ingin membuktikan bahwa permintaannya bukan sekadar janji kosong.

"Jika kau jadi istriku, tak hanya hutang yang lunas. Setiap bulan aku akan memberikanmu uang sebanyak seratus juta Euro," kata Dante.

Lavinia menggeleng pelan. "Maaf, Tuan. Aku tidak bisa menikah dengan orang asing. Beri aku waktu untuk melunasi hutang."

Dante mendecakkan lidahnya sambil mengerutkan alis. Matanya menyipit tajam menatap Lavinia, ada sinar meremehkan yang sulit disembunyikan. "Kau yakin bisa melunasi hutang?" tanyanya pelan, nada suaranya penuh sindiran.

Lavinia menelan ludah, tapi pandangannya tak bergeming, seperti menantang. "Aku yakin, Tuan."

Dante terdiam lama. Ruangan itu mendadak sunyi yang merayap dalam ruangan itu. Hanya detak jam di sudut yang menggema, mengisi kekosongan di antara mereka.

"Baik, silahkan pergi, tapi ingat kau harus lunasi semua hutangmu," kata Dante akhirnya.

Lavinia mencondongkan tubuh sedikit, bibirnya membentuk senyum manis yang sempurna. Deretan gigi putihnya terlihat rapi saat dia berkata pelan, "Terima kasih, Tuan." Matanya menatap penuh tekad, hampir menyala. "Aku berjanji, hutangku akan kubayar lunas."

Dante terdiam, matanya sedikit menyipit menatap sekeliling. Sebuah senyum tipis muncul di sudut bibirnya, seperti rahasia kecil yang hanya dia sendiri tahu. Ada kilatan licik di balik senyum itu, menandakan pikirannya sedang merajut rencana yang tak terduga.

Tanpa menunggu jawaban dari Dante, Lavinia segera melangkah pergi. Dia melewati Dante begitu saja.

Namun, baru saja beberapa langkah menjauh dari pintu ruangan tadi, ponsel Lavinia yang ada di dalam saku rok-nya berdering. Dia terlonjak, kaget, karena dering ponsel.

"Aku tidak ingat kapan menyimpan ponselku ke dalam saku," gumamnya, sambil merogoh saku, mengambil ponselnya.

Ketika ponsel berada dalam genggamannya, dia melihat nama dokter yang menangani Sofia, adiknya.

Gegas, Lavinia menjawab panggilan itu. Dari ujung telepon, dokter menjelaskan bahwa sekarang juga Sofia harus keluar dari rumah sakit, karena Lavinia tidak mampu membayar lagi.

"Jangan, Dokter. Aku mohon. Aku punya uangnya, dan aku akan membayarnya sekerang," kata Lavinia dengan cepat. Tanpa menunggu respon Dokter, wanita itu memutuskan sambungan telepon dan kembali ke ruangan Dante.

"Tuan, Anda bilang pernikahan kontraknya dua tahun, kan?" tanya Lavinia dengan cepat.

Sudut bibir Dante terangkat samar. "Ya, tapi kau sudah menolaknya, kan??"

***

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
3 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status