Share

Dalam Dekapan

Penulis: Lystania
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-25 11:00:16

Pencarian hari ketiga, akhirnya membuahkan hasil. Setelah sebelumnya, Charles menyerahkan foto diri orang yang menipu keluarganya, Charles mendapatkan kabar, bahwa orang yang diduga mirip dengan ciri-ciri yang dicari, terlihat di salah satu rumah makan di daerah Bandung siang ini. Setelah mendapatkan izin dari atasannya. Charles dan seorang temannya meluncur ke sana.

Aku ke Bandung dulu. Ada yang diurus. Nanti Sandra yang jemput, karena aku mungkin pulang tengah malam.

Isi pesan yang dikirim Charles pada Vanya. Sepertinya semesta mendukung rencana Charles untuk memburu tukang tipu itu. Setibanya di Bandung, Charles langsung menuju ke sebuah rumah kontrakan tempat orang itu berada, sebelumnya Charles telah minta tolong pada temannya di salah satu polsek di daerah Bandung untuk mengikuti kemana orang itu pergi. Charles memarkir jauh mobilnya, kemudian berjalan menuju rumah yang dimakasud.

"Mana?" tanya Charles pada temannya yang telah lebih dulu menunggu tak jauh dari rumah itu.

"Ada di dalam. Mereka kayaknya ramai, " ucap temannya. Mereka berjumlah lima orang, mengatur strategi dan berjalan mengendap-endap. Saat mereka hendak membuka pintu, ternyata orang-orang di dalam telah mengetahui dan berusaha kabur. Beberapa orang langsung di sergap, namun tersangka utamanya berhasil kabur. Sekuat tenaga Charles mengejar orang itu, hingga tak merasa lagi tangannya baret terkena potongan kayu saat melewati beberapa tempat sempit.

"Kurang ajar!" teriak Charles sambil menyergap orang itu dari belakang. Sudah tertangkap, masih saja orang itu melakukan perlawanan dengan memberikan pukulan yang tepat mengenai pelipis Charles. Sedikit tersulut emosi, Charles memberikan beberapa kali bogem mentah di perut pelaku penipuan itu.

"Sudah, sudah, sudah." Temannya datang dan memisahkan mereka.

"Kita bawa ke kantor aja," ucap temannya lagi sambil mengamankan pelaku dengan memborgol kedua tangannya dan memasukkannya ke dalam mobil.

***

Vanya baru membaca pesan dari Charles saat jam pelayanan telah selesai.

Oke. Take care.

Vanya mengirim pesan balasan pada Charles. Kemudian meletakkan kembali handphonenya di samping keyboard komputernya dan melanjutkan pekerjaannya. "Van, nanti ikut kan kita mau nongkrong di cafe sebelah?" tanya Tyas.

"Cafe mana?"

"Sebelah nasi pecel samping kantor kita ini," terang Tyas lagi.

"Kalau aku belum dijemput, aku ikut. Tapi kalau udah dijemput, lain kali ya," sahut Vanya.

"Oke oke." Tyas manggut-manggut.

Dan apa, ternyata Sandra sudah stand by di depan kantor Vanya. Saat Vanya dan teman seunitnya keluar dari banking hall. Dengan saat menyesal, Vanya meminta maaf tak bisa ikut nongkrong dengan mereka.

"Dah," pamit Vanya sambil melambaikan tangan, sebelum masuk ke dalam mobil Sandra.

Tampak beberapa kertas berantakan di kursi belakang.

"Maaf ya, jadi ngerepotin kamu."

"Gak apa apa, Kak. Tadi sekalian dari rumah dosen habis konsul. Pusing banget, Kak," keluh Sandra.

"Emang kenapa? Belum kelar juga ya."

"Gimana mau kelar, tiap konsul pasti ada aja bagian yang harus direvisi. Tapi sih katanya ini yang terakhir, setelah ini bisa lanjut sidang. Kalau ini sampai gagal juga, kayaknya lebih baik beli ijazah aja deh."

"Ih mana bisa gitu, San? Kamu gak takut nanti ketangkap, kan itu ilegal. Lagian nanti esensinya beda tahu, San. Kamu pasti bangga bisa di wisuda dengan hasil kerja keras kamu sendiri. Walau harus ribet sama segala macam urusannya. Dulu Kakak juga gitu." Cerita Vanya panjang lebar. Sedikit memberi motivasi pada Sandra agar lebih sedikit semangat menyelesaikan skripsinya.

***

Charles juga belum ada kabar sampai jam sembilan malam. Vanya yang baru saja selesai menidurkan Charlos, memilih meletakkan Charlos di boxnya, karena takut ketiduran saat Charlos tiba-tiba terbangun dan bergerak turun dari ranjang yang lumayan tinggi. Lain halnya bila ada Charles, ia cukup tenang karena Charles lumayan sensitif dengan pergerakan.

Vanya mondar mandir di dalam kamar, gelisah, memikirkan Charles yang belum kunjung pulang. Sudah coba dihubungi, tapi tak ada respon.

“Urusan apa sih di Bandung? Sudah malam gini gak ada kabar” gumamnya. Capek bolak balik gak jelas, Vanya naik ke atas ranjang, merebahkan dirinya berharap Charles segera memberi kabar.

Perasaannya baru saja memejamkan mata, tapi saat terbangun jam di dinding sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Ia meraih handphone dan tak menemukan pesan dari Charles.

Nomor yang anda tuju sedang tidak dapat menerima panggilan.

Lagi-lagi suara operator yang didengarnya saat mencoba menelpon Charles. Vanya menghela nafas kasar seraya keluar dari kamar dan berjalan menuju pintu depan, mencari udara segar. Baru beberapa detik berdiri di teras rumah, pintu pagar dibuka oleh seseorang. Vanya mengamati dengan seksama orang itu dan sedikit kaget saat sadar itu Charles.

"Kamu kenapa? Memar gitu? Pulang tengah malam gini, kamu di begal?" tanya Vanya sedikit panik.

"Di begal," ucap Charles sambil tertawa kecil, kemudian menggelengkan kepalanya.

"Kalau bukan di begal apa namanya?"

"Ceritanya panjang," jawab Charles melepas jaketnya. Luka di tangannya terlihat jelas.

"Kamu bersih-bersih dulu sana, biar nanti aku kompres memar di jidat kamu pake batu es." Vanya mengikuti Charles masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu.

"Gak mau sekalian bersihin aku?"

"Masih aja bisa bercanda, cepat sana mandi!" seru Vanya.

Sementara Charles masuk ke dalam kamar dan mandi, Vanya menuju dapur untuk mengambil beberapa batu es dan kain bersih. Sekembalinya dari dapur, Charles telah selesai mandi dan duduk di pinggir ranjang sambil mengeringkan punggungnya dengan handuk. Melihat Charles yang tak mengenakan atasan, membuat jantung Vanya berdetak tak beraturan. Vanya mencoba mengatur nafasnya agar tak terlihat gugup di depan Charles.

"Katanya mau ngompres memar di jidat aku, ini juga luka," ucap Charles sambil menunjukkan luka di tangannya. Dengan mengambil sedikit jarak, Vanya duduk di samping Charles dan meletakkan batu es yang telah dibungkus kain bersih, kemudian meletakannya di jidat Charles.

"Jadi, ceritanya apa?" tanya Vanya.

"Berantem sama yang nipu Papa."

Kening Vanya berkerut tak mengerti. Ia kemudian mendengar cerita Charles dengan seksama.

"Tapi udah ketemu kan orangnya?" tanya Vanya lagi. Kini ia mengoleskan betadine ke luka di tangan Charles.

"Auw…" jeritnya sambil menarik tangannya dan meniup-niup lukanya.

"Orangnya sudah ketemu. Lagi di proses di Bandung." jawab Charles.

"Ya sudah, sekarang tidur aja lah. Sudah mau jam satu." Vanya beranjak dari samping Charles dan meletakkan wadah berisi batu es di atas meja riasnya. Sampai Vanya naik ke atas tempat tidur dan masuk ke dalam selimut, Charles masih duduk di tepi ranjang, membuat Vanya takut kalau tiba-tiba Charles kerasukan sesuatu yang bisa membuatnya melakukan hal yang tidak-tidak. Walaupun sebenarnya itu wajar saja.

"Kamu gak berniat mau pake baju?"

"Niat nya sih enggak," jawab Charles dengan lirikan nakal. Vanya tak bisa berkata apa-apa, ia membenamkan dirinya jauh ke dalam selimut.

“Gak ada suara-suara” gumam Vanya.

"Astaga!" pekiknya saat melihat Charles menatapnya sangat dekat. Tanpa izin dari Vanya, Charles masuk ke dalam selimut dan mendekap Vanya. Rasanya begitu nyaman, seolah energinya otomatis terisi hanya dengan mendekap Vanya. Tak ada kata, Vanya kembali membiarkan dirinya hanyut dalam buaian lembut tangan Charles untuk malam ini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DUDA POLISI BUCIN   Dalam Dekapan

    Pencarian hari ketiga, akhirnya membuahkan hasil. Setelah sebelumnya, Charles menyerahkan foto diri orang yang menipu keluarganya, Charles mendapatkan kabar, bahwa orang yang diduga mirip dengan ciri-ciri yang dicari, terlihat di salah satu rumah makan di daerah Bandung siang ini. Setelah mendapatkan izin dari atasannya. Charles dan seorang temannya meluncur ke sana.Aku ke Bandung dulu. Ada yang diurus. Nanti Sandra yang jemput, karena aku mungkin pulang tengah malam.Isi pesan yang dikirim Charles pada Vanya. Sepertinya semesta mendukung rencana Charles untuk memburu tukang tipu itu. Setibanya di Bandung, Charles langsung menuju ke sebuah rumah kontrakan tempat orang itu berada, sebelumnya Charles telah minta tolong pada temannya di salah satu polsek di daerah Bandung untuk mengikuti kemana orang itu pergi. Charles memarkir jauh mobilnya, kemudian berjalan menuju rumah yang dimakasud."Mana?" tanya Charles pada temannya yang telah lebih dulu menunggu tak jauh

  • DUDA POLISI BUCIN   Tamu Bulanan

    Sepanjang perjalanan pulang ke rumah, Vanya hanya diam. Sedari tadi ia terus memegang perutnya dengan posisi sedikit membungkuk. Ini dilakukannya agar sakit datang bulannya sedikit berkurang. Sudah lama ia tidak merasakan sakit yang lumayan menyiksa seperti ini."Kamu sakit? Wajah kamu pucat? Sudah makan?" tanya Charles bertubi-tubi. Vanya mengangkat wajahnya dan tersenyum kecut. "Aku baik-baik aja," ucapnya dengan nada tertahan."Kalau baik-baik aja, kenapa sampai pucat kayak gitu?""Sakitnya udah biasa. Setiap bulan pasti kaya gini. Masalah wanita.""Tapi selama kita sama-sama, baru kali ini aku lihat kamu sakit sampai pucat kayak gini," ucap Charles lagi. Vanya tak menjawab, berharap Charles berhenti menanyainya. Karena gerakan bibir saat menjawab setiap pertanyaan dari Charles, menambah rasa nyeri di perutnya."Kalau gitu, sekarang kita ke dokter. Kita periksa. Supaya jelas kamu ada riwayat sakit apa. Aku gak mau kamu kaya Kirana dulu yang punya kista di

  • DUDA POLISI BUCIN   Teman SMA

    Pagi ini Vanya bangun karena suara tangisan Charlos. Ia meraba sampingnya dan tak merasakan keberadaan Charlos. Ia beranjak dari ranjang dan menggendong Charlos, keluar dari box bayinya."Sshhh sshhhh shhhhh," Vanya coba menenangkan Charlos. Ia melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul lima pagi. Di balik selimut Charles juga masih terlelap tidur. Setelah Charlos tenang dan kembali tidur, dengan perlahan ia meletakkan Charlos ke dalam box bayinya. Vanya mencuci muka, menyikat gigi, dan merapikan rambutnya, sebelum keluar dari kamar.Hannya mereka bertiga yang ada di rumah. Paling tidak, ia harus menyiapkan sarapan untuk Charles dan juga Charlos. Ia membuka kulkas dan melihat apa yang dapat dimasak pagi ini. Ia mengeluarkan ayam yang telah dibumbui dari dalam freezer dan mengeluarkan beberapa jenis sayuran. Sinar matahari mulai mengintip dari balik celah-celah jendela. Ia lalu mematikan kompor karena masakannya telah selesai. Tak perlu waktu lama untuk

  • DUDA POLISI BUCIN   Di Rumah Sakit

    "Lagi ngapain, Ma?" tanya Vanya di ujung telepon. Sabtu ini di habiskannya hanya di rumah saja, dengan Charlos dan tentunya, Erin, ibu mertuanya. Seperti biasa, Frans ada di kantor sementara Sandra masih sibuk dengan urusan skripsinya. "Lagi siap-siap mau pergi acara bulanan sama Tante Lusi," sahut Mama dengan loudspeaker handphone yang menyala karena tangannya masih sibuk melukis wajah."Di jemput sama Tante Lusi?""Iya, Sayang. Mama sih pengen kursus nyetir supaya bisa bawa mobil, sayang kan mobil di rumah nganggur. Atau kamu bawa aja mobilnya ke sana," ucap Mama yang kini tangan dan matanya serius menatap kaca, fokus menggambar alis."Mama ih, mobilnya biarin aja disana.""Ya udah, nanti kamu cariin Mama tempat kursus ya," ucap Mama sambil membereskan beberapa peralatan make upnya."Oke, Ma. Ya sudah Mama hati-hati ya, Vanya tutup teleponnya ya," ucap Vanya.Ia kemudian duduk melantai di dekat Charlos, menemaninyaa bermain."Ami, Ami, mobil, mobil

  • DUDA POLISI BUCIN   Nongkrong

    Sikap Vanya kini mulai melunak. Seperti hari ini, Vanya menuruti kemauan Charles saat ia mengajaknya pergi untuk sekedar makan es krim dengan varian yang berbeda di salah satu kedai es krim, setelah pulang bekerja. Laporan yang diminta atasannya untuk diserahkan pukul lima sore, telah selesai dikerjakan Charles dari pukul setengah empat dan siap untuk diantar sekarang. Ia membereskan mejanya dan menyimpan laptopnya di laci."Permisi, Pak," ucap Charles seraya mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan atasannya setelah dipersilahkan."Baru jam berapa ini?" atasannya melirik jam di tangan kirinya sewaktu Charles meletakkan map berwarna coklat berisi laporan yang dimintanya. Charles nyengir mendengar perkataan atasannya itu."Oh, malam jumat ya," goda atasannya lagi yang membuat Charles malu."Tahu aja, Bapak," jawabnya. Padahal sih mau malam apapun bahkan malam jumat sekalipun gak ngaruh sama dia.Asyik membahas beberapa kasus dengan atasannya, tiba-tiba istri atas

  • DUDA POLISI BUCIN   Please, Stop

    Memasuki usia Charlos yang ke delapan belas bulan alias satu setengah tahun, Charlos dijadwalkan akan imunisasi. Sebelumnya Erin telah mendapatkan pesan konfirmasi dari bagian admin dokter anak di salah satu klinik di Jakarta. Hari sabtu jam empat sore. Erin, Vanya, dan Charlos sudah siap tinggal berangkat, saat Charles tiba-tiba datang dan mengatakan siap untuk mengantarkan mereka."Sebentar Charles ganti baju ya, Ma," ucap Charles sambil masuk ke dalam kamar.Sepuluh menit kemudian, Charles telah siap, mengenakan celana jeans dan kaos hitam lengkap dengan sepatu sneakers nya. Ia terlihat sangat mempesona."Charlos sama Ami di depan ya," ucap Erin sambil memberikan Charlos pada Vanya, dan ia masuk duduk di kursi belakang. Vanya masuk dan memangku Charlos, sementara Charles mengemudikan mobil. Di tengah jalan, tiba-tiba Erin minta diturunkan di kantor Frans."Loh kenapa, Ma?" tanya Vanya.“Lagi bete sama Charles juga, Mama malah mau gak ikut” batin Vanya."Ma

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status