Home / Romansa / DUDA POLISI BUCIN / Genggaman Hangat

Share

Genggaman Hangat

Author: Lystania
last update Last Updated: 2025-06-02 23:53:33

Ucapan Charles yang mengatakan kalau ia sibuk, ternyata tak terbukti. Vanya yang sudah bersiap untuk pulang, kaget serta heran karena Charles malah menjemputnya.

"Katanya mau pulang," celetuk Reni yang tiba-tiba sudah ada di sampingnya.

"Bikin kaget aja kamu, Ren,” ucap Vanya mengelus dadanya, “ini mau pulang, dah,” lanjut Vanya seraya mempercepat langkah kakinya masuk ke dalam mobil Charles.

"Katanya kamu sibuk?" tanya Vanya sambil memasang sabuk pengaman. Terlihat jelas wajah Charles yang kusam dan lelah.

"Daripada jemput aku, lebih baik kamu istirahat. Kecapean gitu," ucap Vanya tanpa bermaksud apa-apa, tapi malah ditanggapi Charles dengan sedikit marah.

"Oh jadi kamu gak suka aku jemput? Kamu sudah janjian dijemput sama Tristan?”

"Kenapa sih kamu? " tanya Vanya bingung, "kamu itu lebih baik istirahat, jadi kalau tersorot kamera kelihatan cakep,” lanjut Vanya. Tadi siang ia melihat Charles di salah satu stasiun tv sedang mengawal tamu kantornya yang sedang melakukan kunjungan ke markas besar. Wajahnya terlihat jelas di layar tv karena ia berdiri tepat di samping atasan tertingginya, tapi sayang wajahnya terlihat kelelahan. Pria itu lantas mengarahkan kaca depan mobilnya dan menatap pantulan wajahnya. Benar saja wajahnya tampak lelah dan berkantung mata karena sejak kemarin dia belum tidur sama sekali. Mobil yang Charles kendarai akhirnya berhenti di depan rumah Vanya. Gadis Itu turun dari mobil dan melambaikan pada Charles. 

Begitu memasuki rumah, aroma lezat langsung tercium di indra penciuman Vanya. Yang sudah jelas asalnya dari dapur.

"Wangi banget, Ma. Tumben Mama bikin kue?" tanya Vanya.

"Lagi bikin tester nih buat kamu cobain." Mama memotong kue bolu nangka yang diolahnya, lantas memberikannya pada Vanya. "Besok Mama arisan di rumah Tante Susi, rencananya mau bikin kue ini. Gimana enak gak?”.

"Enak, Ma." Vanya mendekatkan kue itu dan memotongnya sendiri. "Kenapa gak beli aja Ma?”

"Bikin aja biar lebih terjamin. Nanti satu loyang kamu kasih ke Mamanya Charles ya,” ucap Mama ingin membalas Erin yang tempo lalu sempat memberinya brownies. 

***

Pagi-pagi di dapur Mama sudah sibuk mempersiapkan adonan kue bolu nangka. Setelah beres-beres rumah, Vanya ikut nimbrung di dapur menemani Mama sambil menikmati sarapan paginya. 

Satu per satu loyang kue itu akhirnya selesai jug. Mama melirik jam di dinding, yang sudah menunjukkan pukul setengah sebelas siang.

"Kamu siap-siap gih. Anterin Mama ke tempat Tante Susi, lalu kamu antar kue ini buat Charles," ucap Mama. 

Vanya merespon ucapan Mama dengan menaikkan kedua alisnya pantas bergegas mandi.

Saat jarum jam menunjukkan pukul sebelas lewat lima belas menit, mereka meninggalkan rumah. Setelah menurunkan  Mama di rumah Tante Susi, Vanya melanjutkan perjalanannya menuju rumah Charles. Karena niatnya cuman mengantarkan kue dari Mama, Vanya sengaja tidak memberi kabar pada Erin bahwa ia akan ke rumah. Sesampainya di depan rumah, Vanya membuka pagar kemudian masuk. 

Terlihat rumah sangat sepi dengan  mobil yang tidak ada terparkir di halaman. Vanya curiga kalau di rumah tidak ada orang, tapi karena ia sudah sampai di sini, gadis itu mencoba saja untuk mengetuk pintu.

"Kayaknya gak ada orang nih." ucapnya yang sudah berkali-kali mengetuk pintu rumah tapi tidak ada respon. Vanya lantas mengambil handphone hendak menghubungi Erin.

"Iya ..." Terdengar suara seseorang di barengi dengan pintu rumah yang terbuka. Charles keluar dengan celana pendek dan kaos singlet, serta rambut yang acak-acakan. Terlihat jelas kalau pria itu baru bangun tidur.

"Eh, anu, ini. Maaf ganggu tidur kamu, mau antar kue aja buat Tante Erin." Vanya meletakkan wadah berwarna hijau berisi kue di atas meja. Gadis itu cepat berbalik hendak pulang, tapi tangannya diraih dan digenggam lembut oleh Charles. Reflek Vanya berbalik dan menatapnya. Terasa hangat genggaman tangan pria itu membuatnya tak ingin melepaskan tangan Charles.

Kruukk krukkk

Perut Charles berbunyi.

"Aku lapar, tolong bikin kue teh hangat. Aku mau makan kue yang kamu bawa,” ucap Charles sambil melepaskan tangan Vanya.

"Iya, tunggu sebentar." Vanya masuk kedalam rumah dan langsung menuju dapur.

Sambil menunggu Vanya, Charles mencuci wajahnya menggunakan air dari keran yang ada di depan. Tak berapa lama Vanya kembali ke depan membawakan teh hangat dan menyajikan kue itu pada Charles.

"Tante Erin kemana? Charlos juga gak ada."

"Mereka ke kantor Papa," jawab Charles dengan mulut penuh makanan.

Merasa canggung, Vanya kemudian menyampirkan tasnya di bahu dan pamit pulang.

"Mau kemana? Baru juga sebentar, ada janji sama orang lain??" tanya Charles dengan wajah serius.

"Gak ada. Aku gak mau ganggu kamu, lagian gak enak sama tetangga, berdua di rumah yang lagi kosong ini."

"Memangnya kita ngapain?” Charles mengerutkan keningnya menatap Vanya. Ia kemudian meminta Vanya menunggunya sebentar. Sambil menunggu Charles, gadis itu asyik mengusap layar handphonenya membuka salah satu media sosialnya.

“Tristan,” gumam Vanya saat melihat notifikasi yang masuk. Permintaan untuk mengikuti media sosialnya. Tanpa pikir panjang Vanya langsung menerima permintaan pertemanan Tristan dan mengikutinya balik. "Astaga ke pencet love lagi," ucap Vanya saat asyik melihat postingan Tristan.

"Love apa?" Charles datang mengagetkannya. Buru-buru Vanya mengunci layar handphonenya.

Charles masih memandangnya, menanti jawaban.

"Itu, ke love foto teman," jawab Vanya sambil memasukan handphonenya ke dalam tas. Charles terlihat rapi, menggunakan jeans serta baju kaos hitam.

"Ayok," ajak Charles yang bersiap mengunci pintu rumah.

"Ini diberesin dulu. Gelas sama kuenya." Vanya menatap ke arah meja. 

"Kuenya kita bawa aja, yang lain minta tolong kamu bikin ke dapur ya." Charles membuka pintu lagi dan membiarkan Vanya masuk.

Tidak enak meletakkan gelas kotor di dapur yang sudah bersih, Vanya menyempatkan diri untuk mencuci gelas itu. Saat sudah selesai dan bersiap kembali ke depan, tahu-tahu Charles sudah berdiri tepat di belakangnya. Sangat dekat membuatnya kaget. Jantungnya berdetak kencang tidak karuan.

"Kamu ngapain?"

"Kamu yang ngapain? Bikin gelas di dapur aja, lama banget." 

Vanya segera berlalu dari hadapan Charles dan menunggu di teras.

Mereka berdua kemudian meninggalkan rumah dan pergi ke kantor Frans.

"Halo, Van. Lama gak ketemu," sapa Erin sambil memeluk Vanya. "Kok kalian bisa bareng?" tanya Erin lagi, Charles langsung menghampiri Charlos yang sedang bermain di playgroundnya.

"Iya, Tante. Tadi Vanya ke rumah mau nganter ini." Vanya meletakkan wadah berisi kue itu.

"Wah kayaknya enak nih. Buatan Mama ya?" Vanya mengangguk. "Makasih ya bilang sama Mama."

"Iya, Tante," jawab Vanya.

Erin mengajak Vanya bergabung bersama Charles yang sedang bermain dengan Charlos. Melihat Vanya datang, Charlos berusaha mendekat dengan mencoba berdiri dan melangkah. Erin dan Charles yang melihat Charlos belajar melangkahkan kaki, sangat excited. Cepat Charles merekam langkah pertama anaknya itu. Lima langkah dan akhirnya Charlos sampai di depan Vanya dan menjatuhkan diri ke pelukannya.

"Wah, anak ganteng ini hebat. Sudah bisa jalan sendiri." Vanya memeluk erat Charlos dan mencium pipinya.

"Hebat cucu Oma." Erin mendekat dan mengelus-elus rambut Charlos.

Sejam bermain bersama Vanya, Charlos mulai rewel. Sepertinya anak itu mulai mengantuk. Namun saat Erin dan Charles mencoba untuk menidurkannya, anak ganteng itu sama sekali tidak mau.

“Dia maunya cuma sama kamu,” kata Erin saat Vanya dengan mudah menenangkan Charlos. 

Perlahan Charlos sudah menutup matanya, hingga akhirnya tertidur.

"Ini gimana?” tanya Vanya pada Charles yang sibuk menatap layar handphonenya.

"Sini." Charles menggendong Charlos yang sudah tertidur pulas. 

Erin keluar dari ruangan Frans.

"Aku pulang dulu ya, udah sore."

"Langsung pulang atau masih mau mampir ke tempat lain?" selidik Charles. 

Erin tertawa pelan mendengar ucapan Charles. Naluri mengintrogasinya mulai keluar.

"Mampir jemput Mama di rumah temen," jawab Vanya singkat. 

"Hati-hati dan ingat langsung pulang," ucap Charles pada Vanya yang sudah duduk dibalik kemudi mobilnya.

"Iya." Vanya memasang senyum terpaksa. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DUDA POLISI BUCIN   Insiden

    Charles masih sibuk mengerjakan laporannya, padahal ini sudah jam lima sore. Belum lagi waktu perjalanan Bandung Jakarta yang memakan waktu beberapa jam bila ditambah dengan kemacetannya. Sambil terus menyelesaikan laporannya, ia terus melirik jam di layar laptopnya. Tak tahu kenapa hati sedikit gusar. Maunya ingin cepat pulang saja.Di kantor Vanya.Ia baru saja selesai absen pulang. Sebelum pulang ia mampir ke toko mainan yang baru buka di dekat kantornya, membelikan mainan mobil-mobilan untuk Charlos."Makasih ya, Mbak," ucap Vanya sambil menenteng bungkusan berwarna biru itu. Setibanya di depan rumah, Vanya turun dari mobil dan membuka pagar rumah."Ami … Ami …" teriak Charlos dari depan pintu rumah saat melihat Vanya yang barusan turun dari mobil tadi.Teriakan Charlos bertambah kencang saat Vanya menunjukkan bungkusan plastik pada Charlos. Senyum yang mengambang di bibir Vanya, berubah menjadi ekspresi sedikit takut saat melihat Charlos hendak menuruni

  • DUDA POLISI BUCIN   Tiada Artinya

    "Maaf Pak, Bapak silahkan duduk dulu." Vanya tetap berusaha tenang menghadapi nasabah yang datang dan langsung marah-marah padahal ini masih pagi. Saat Vanya mulai bicara hendak memberikan pilihan, nasabah itu bangkit berdiri dan mengambil pistolnya yang sedari tadi ia letakkan di atas meja. Tak perlu waktu lama petugas keamanan dan beberapa orang langsung mengamankan nasabah itu."Bapak silahkan ke sebelah sini," ucap satpam yang berjaga di sana dengan dibantu dua orang nasabah yang kebetulan berprofesi sebagai polisi, mengarahkan ke ruangan Pak Tri."Sakit tuh nasabah," komentar Tyas. "Kamu gak apa-apa kan?" tanya Tyas lagi."Gapapa," sahut Vanya. Ia meninggalkan mejanya sebentar, menuju toilet.Dari dalam ruangan Pak Tri, dua polisi yang ikut mengamankan nasabah tadi memperhatikan Vanya.Setelah dijelaskan oleh Pak Tri, nasabah yang mengamuk tadi akhirnya paham dan meminta maaf karena telah membuat kegaduhan di kantor ini. Ia meninggalkan tempat itu dengan di

  • DUDA POLISI BUCIN   Masih Kesal

    Ia tak bicara sama sekali saat Charles mengantarnya kerja. Memandangnya saja pun tidak. Rasa kesal dan sakit di hatinya teramat menumpuk. Ia turun dari mobil dan menutup pintu dengan sedikit kencang. Charles hanya bisa menghela nafas melihat hal itu. Selesai morning briefing, Vanya dan yang lain kembali ke unit masing-masing. Ia duduk di kursinya dan mengambil handphonenya.'Pesan apa ini' tanyanya dalam hati melihat pesan yang dikirimkan Charles kemarin malam.'Besok, upacara kenaikan pangkat' gumamnya. Matanya membaca dengan teliti, mencari nama Charles diantara sekian nama yang ada di sana. Ia berdecak kagum melihat pangkat dan jabatan baru yang akan diemban Charles sekarang. Masih muda dan sangat berprestasi di pekerjaannya. ***Sebelum pulang, Vanya menemui Priska untuk minta izin masuk kerja agak siangan."Kenapa gak sekalian satu hari aja izinnya?""Gapapa, Mbak?” Vanya tak enak.“Gapapa, santai aja.”Di pos satpam, tampak Charles telah m

  • DUDA POLISI BUCIN   Lagi dan Lagi

    Sebelum akhir pekan benar-benar berakhir, hari Minggu ini Charles mengajak jalan-jalan keluarganya. Mereka telah siap di dalam mobil, hanya tinggal menunggu Charles yang katanya sakit perut."Vanya lihat dulu ke dalam ya Ma," ucap Vanya tak telah melihat yang lain telah menunggu. Vanya keluar dari dalam mobil dan masuk ke dalam kamar mandi yang ada di kamar. Berkali-kali diketuk tak ada sahutan dari dalam. Vanya memberanikan diri membuka pintu kamar mandi yang ternyata tak di kunci."Loh, kosong? Dia dimana?" Vanya bingung mendapati kamar mandi yang kosong. Ia keluar kamar dan melihat Charles berjalan dari arah dapur."Kamu ngapain dari kamar?""Kamu yang ngapain dari dapur?" tanya Vanya sambil menutup pintu kamar."Dari kamar mandi belakang, sakit perut.""Kirain kamu di kamar. Ayo cepet, sudah ditunggu," ajak Vanya.Alhasil jam setengah sembilan pagi mereka baru mulai jalan. Berharap jalanan menuju kesana tidak macet dan antrian masuk ke Kebun Ray

  • DUDA POLISI BUCIN   Tidak Cemburu

    Vanya mengirim screenshot percakapan grup kepada Charles. Percakapan grup istri-istri polisi yang tengah berencana untuk membentuk arisan di luar arisan yang setiap bulan rutin dilakukan, meskipun Vanya belum pernah sekalipun bergabung.Ikut aja, nanti tiap bulan aku yang transfer uang arisannya."Baik bener suami," bisiknya sambil membalas pesan Charles.Uang arisan sebanyak lima ratus ribu itu lumayan untuk Vanya, walau gajinya masih bisa menutupi tapi rasanya sedikit berat. Tapi kalau Charles sudah bilang bahwa dia yang akan membayarkannya, dengan senang hati diterimanya. Selama ini untuk masalah gaji Charles, Vanya tidak pernah mencampurinya. Ia juga tidak pernah meminta jatah pada Charles karena merasa gajinya lebih dari cukup. Sebagian gaji yang diterimanya, Vanya beri untuk Mama karena ia tahu, gaji pensiunan almarhum ayahnya hanya cukup untuk keperluan setiap bulan saja. Dan itu sudah jadi komitmennya dengan Yuda juga.***Sebelum pulang ke rum

  • DUDA POLISI BUCIN   Adu Mulut

    Dengan sigap Charles menarik Vanya sebelum Vanya benar-benar terjatuh dari tempat tidur."Kamu tidur kayak main kungfu aja. Kalau gak cepet aku tarik, pasti sudah jatuh kamu," ucap Charles."Untung cuma mimpi." Vanya mengatur nafasnya. "Mimpi apa?" tanya Charles."Gak mimpi apa-apa kok.""Kalau gak mimpi apa-apa kenapa sampai mau jatuh dari tempat tidur?" Charles tetap ngotot bertanya. Penasaran."Bukan apa-apa," jawabnya sambil berbalik membelakangi Charles. Mencoba untuk tidur lagi, karena jam baru menunjukkan pukul setengah dua belas malam."Atau jangan-jangan kamu mimpiin aku ya," goda Charles sambil mencolek telinga Vanya."Enggak. Pede banget sih kamu," ucap Vanya seraya memuk pelan tangan Charles."Terus mimpi apa? Mimpi hamil ya?" tebak Charles."Enggak, enggak, enggak." Dengan cepat Vanya membantah."Jadiin kenyataan aja mimpi kamu yuk." Perkataan Charles membuat Vanya bergid

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status