Share

Nikmat

Author: Lystania
last update Huling Na-update: 2025-07-20 14:34:46

Pagi yang dingin. Di luar menyisakan gerimis setelah semalaman diguyur hujan. Dengan malas Charles membuka selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Ia melirik Vanya yang masih pulas tertidur, kemudian menggulingkan badannya hingga berada di sisi Vanya dan melingkarkan tangan di pinggang istri nya itu. Beberapa saat Vanya menikmati badannya yang perlahan terasa hangat. Hingga ia menyadari bahwa hangat yang dirasakannya bukan mimpi, melainkan kenyataan bahwa Charles tengah mendekapnya.

"Kamu ngapain sih?" tanya Vanya sambil terus berusaha melepaskan tangan Charles yang mulai mengerat.

"Kamu mau diapain?" goda Charles.

“Bisa runtuh pertahanan kalau lama-lama kayak gini” batin Vanya. Ia mendorong badan Charles kemudian menyikutnya.

"Auuww." Jerit Charles kecil. Vanya kemudian langsung berlari ke kamar mandi membiarkan Charles yang masih meringis di atas tempat tidur.

“Padahal dia sendiri yang bilang ingin. Tapi kalau di dekati malah terus menjauh” gumam Charles dalam hati. Rupanya dia lupa perkataan Vanya sewaktu di hotel itu.

***

Charles baru saja sampai di ruangan kerjanya. Ia mengeluarkan laptop dari laci kantornya dan menekan tombol power. Pintu ruangan yang terbuka, membuat teman kerjanya yang lain bebas keluar masuk. Seperti saat ini, beberapa teman kerjanya telah duduk manis di depannya sambil terus menanyakan kisah malam pertama Charles.

"Eh, ini kan bukan malam pertama?"

"Ini malam pertama juga kali, cuma sama istri baru," ucap temannya.

"Gimana, malam pertamanya? Cerita dong, biasanya juga langsung heboh."

"Apa an sih kalian," ujar Charles sewot sambil pura-pura sibuk mengutak atik laptopnya.

"Wah, jangan-jangan kamu belum dapat jatah nih. Lagi dapet atau emang gak dikasih?" Goda yang lain. Wajah Charles memerah mendengar ledekan teman-temannya. Biasanya ia selalu memiliki stok jawaban untuk setiap ledekan temannya, tapi tidak untuk kali ini.

"Kalian pada kerja aja sana," ucap Charles yang bertepatan dengan masuknya atasan mereka. Membuat kerumunan temannya itu otomatis bubar. Dalam hati, Charles mengucap terima kasih pada atasannya karena telah menyelamatkannya dari ledekan temannya. Baru beberapa detik merasakan ketenangan di ruang kerjanya, seorang wanita berambut sebahu masuk, siapa lagi kalau bukan Tere.

"Hai Bang, gimana?" tanyanya dengan nada sedikit manja.

"Gimana apanya?" tanya Charles balik.

"Tere bisa kok ngasih yang lebih untuk Abang," ucap Tere lagi sambil mendekatkan wajahnya.

“Hmm … pasti mereka udah cerita yang aneh-aneh sama Tere” gumam Charles dalam hati.

***

Di rumah, Vanya baru saja selesai memandikan Charlos, setelah memakaikan baju ia membawanya ke ruang makan menemui Erin yang tengah menyiapkan makan malam.

"Ma, Vanya mandi sebentar ya," ucap Vanya sambil mendudukan Charlos di baby chairnya.

"Iya. Sebentar lagi papanya Charlos pulang, biar fresh," ujar Erin sambil tersenyum.

Vanya memutar balik badannya dan berjalan menuju kamar. Ia mengambil baju ganti dari lemari dan masuk ke dalam kamar mandi.

Sepuluh menit berada dalam kamar mandi, Charles pulang dan masuk ke kamar. Seperti biasa setiap pulang kerja ia akan langsung mandi. Setelah mengeluarkan dompet dan handphone dari saku celananya. Ia membuka baju seragam dan baju dalamnya, kemudian berjalan menuju kamar mandi.

"Kamu ngapain?" tanya Vanya saat melihat Charles membuka pintu.

"Menurut kamu?" Charles masuk dan melemparkan bajunya ke keranjang baju kotor.

"Kan kamu bisa ketuk pintu dulu!" seru Vanya. Untung saja ia telah selesai mengenakan pakaian, hanya tinggal mengeringkan rambutnya.

"Loh, ini kamar siapa? Lagian kan kamu bisa kunci pintu. Atau jangan-jangan kamu memang sengaja?" tandas Charles sambil berjalan mendekati Vanya.

"Sengaja? Ngapain?" Vanya menatap Charles. Jantungnya berdebar melihat Papanya Charlos yang hanya mengenakan celana kerjanya itu.

"Kamu masih mau di sini?" tanya Charles sambil menarik ikat pinggang dari celananya dan bersiap membuka kancingnya. Buru-buru ia keluar dari kamar mandi. Charles tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Dari ruang keluarga, terdengar keseruan dari celoteh Charlos. Vanya mempercepat proses pencucian piring setelah selesai makan malam.

"Vanya, besok Papa sama Mama rencananya mau keluar kota," ucap Erin saat Vanya telah duduk di sampingnya. Vanya hanya tersenyum mendengar ucapan Erin, meski di dalam hati agak sedikit gusar.

"Jadi mau lihat lokasinya, Pa?" tanya Charles yang baru keluar dari kamar dan bergabung di ruang keluarga.

"Iya. Sudah janji sama pemiliknya," sahut Frans.

"Papa nyetir sendiri?" tanya Charles lagi sambil menerima handphone Frans dan melihat foto lokasi yang bakal dibangun SPBU.

"Mana kuat lagi Papa nyetir jauh. Besok minta tolong ujang buat anterin," jawab Frans lagi.

“Terus aku gimana” gumam Vanya yang bingung menghadapi besok tanpa kehadiran mertuanya.

"Vanya gak papa?" tanya Erin yang dapat melihat jelas sedikit kekhawatiran di balik senyum Vanya. Sebenarnya, ia bisa saja tidak ikut dengan Frans besok. Namun, ia sengaja untuk ikut dengan Frans, agar Vanya dan Charles dapat lebih saling mengenal lagi.

"Iya Ma, gapapa" ucap Vanya berdusta. Dengan tampang kusut, Sandra datang dan duduk di samping Charles.

"Besok pagi-pagi harus konsul," jawab Sandra saat di tanya Erin perihal wajah kusutnya. "Mana revisinya belum kelar," sambung Sandra lagi.

"Di kerjain dong, Sayang. Katanya udah gak sabar mau kerja," ucap Frans menatap anak bungsunya itu.

"Dosennya killer. Salah ketik sedikit, suruh revisi total. Frustasi, Sandra," ucap Sandra seraya menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

“Lengkap sudah. Besok mertua gak ada, Sandra pagi-pagi udah pergi ke kampus” batin Vanya.

"Aku bawa Charlos ke kamar ya, Ma. Ngantuk dia." pamit Vanya sambil menggendong Charlos dan masuk ke kamar.

***

Pagi kembali datang, perasaan baru sebentar ia menutup mata, namun tiba-tiba ia di bangunkan oleh geplakan tangan Charles yang menimpa wajahnya. Ia memindahkan tangan Charles pelan dan beranjak dari tempat tidur. Lagi, Charlos yang awalnya selalu tidur di antara mereka berdua, kini sudah berpindah ke dalam box bayinya. Vanya mengelus pelan kening dan rambut Charlos kemudian meninggalkannya untuk bersiap mandi.

Ia membuka pelan pintu kamar, dan berjalan menuju dapur yang menjadi satu dengan ruang makan. Tampak Erin tengah mengaduk masakan.

"Pagi, Ma," sapa Vanya.

Erin berbalik dan tersenyum seraya membalas sapaan Vanya.

"Mama minta tolong ya, lima menit lagi matikan kompornya, sekalian kamu bikin roti pake selai srikaya kesukaan Charles. Mama mau bangunin Papa dulu," ucap Erin sambil menunjukkan tempat selai srikaya di dalam lemari.

"Beres, Ma," sahut Vanya.

Sambil menunggu lima menit, ia mengambil selai dari lemari dan mengoleskannya pada roti tawar. Ia juga membuat teh di teko kaca dan menyiapkan beberapa cangkir di atas meja.

"Makasih ya, Sayang," ucap Erin yang kembali datang bersama Frans.

Vanya menuangkan teh ke dalam cangkir dan menyajikannya ke depan Erin dan Frans yang tengah menyantap roti yang telah disiapkannya. Charles datang dengan rambut sedikit berantakan sambil menggendong Charlos.

"Wah sudah bangun jagoan, Opa," ucap Frans sambil mencubit pelan pipi Charlos yang telah di dudukan Charles di baby Chair di samping Frans.

Tak berapa lama di ruang makan, Erin dan Frans pamit pergi. Meninggalkan Vanya dan Charles di teras.

"Kamu gak kerja?" tanya Vanya.

"Nanti sekitar jam sebelas. Kenapa?"

Vanya menggeleng. "Sini, biar Charlos mandi dulu." Ia mengambil Charlos dari gendongan Charles dan membawanya ke dalam kamar. Sementara itu, Charles menuju meja makan dan menikmati roti yang tersaji di meja.

Tak perlu waktu lama bagi Vanya untuk memandikan dan memakaikan baju Charlos, lantas mengajak bayi itu untuk makan.

Setelah mendudukkan Charlos, Vanya mengambilkan sup ikan salmon yang telah dimasak Erin dan menyajikannya pada Charlos.

"Kamu mau ngapain?" tanya Vanya seraya membersihkan sisa makan di mulut dan pipi Charlos.

"Mau masak." Sahutnya singkat. Sejenak ia menatap Vanya yang tengah berdiri tak jauh darinya. Charles mengeluarkan beberapa jenis sayuran dan meletakkan di dekat Vanya.

"Kenapa? Kamu mau masakin?" tanya Charles saat menyadari kini Vanya tengah menatapnya. Tak ada sahutan dari Vanya.

"Harusnya sih, masak memasak ini …"

"Aku bisa aja masakin, asal kamu jagain Charlos." Dengan cepat Vanya memotong perkataan Charles.

"Oke," jawab Charles sambil menutup pintu kulkas dan duduk di samping Charlos.

"Ya, kamu di depan aja, jangan di sini." Vanya menghentikan aktivitasnya saat tahu Charles masih di sini. Mengawasinya.

“Gak tahu orang grogi apa” guman Vanya dalam hati.

Ia melanjutkan proses potong memotong sayurannya saat bapak dan anak sambungnya itu sudah meninggalkan dapur. Sawi putih, buncis, wortel, dan kembang kol, sayur yang dikeluarkan Charles tadi akan di masak capcay ala Vanya.

"Semoga aja ini enak," ucapnya sambil mengambil wajan. Ia kemudian menumis bumbunya sampai harum kemudian memasukkan sayuran yang telah dipotong-potong tadi.

Aroma harum masakan memenuhi ruangan makan dan tercium sampai ke depan. Berulang kali Charles menghirup aroma nikmat makanan yang tengah di masak Vanya.

"Kayaknya enak nih," ucapnya sambil mengelus-elus perutnya. Tak sabar ingin menikmati masakan Vanya.

"Ya ampun, harum banget, Kak," ucap Sandra yang sudah rapi sambil menenteng laptopnya. Ia meletakkan laptop di meja dan mengambil piring guna mencicipi masakan masakan Vanya.

"Masih panas lo, San," ucap Vanya saat melihat Sandra hendak menyuapkan sayur yang masih berasap ke dalam mulutnya. Sandra tertawa kecil kemudian meniup-niup pelan isi sendoknya.

"Top banget, gak kalah sama restoran punya." Puji Sandra seraya mengacungkan dua jempol tangannya.

Vanya kemudian membersihkan wajan dan menyajikan semangkuk sayur capcay di meja makan. Baru saja akan masuk ke kamar mandi, ia mendengar suara Charles memanggilnya.

"Aku mau siap-siap dulu," ujar Charles seraya masuk ke kamarnya.

“Bukannya jam sebelas? Ini baru jam setengah sembilan” gumam Vanya.

Sepuluh menit kemudian Charles sudah siap. Dengan mengenakan kemeja berwarna biru ia tampak gagah. Ia kemudian melangkah menuju dapur dan mengambil kotak makan berwarna coklat kemudian memasukkan setengah dari sayur yang dimasak Vanya.

"Kalau enggak karena jam rapat di majuin, pasti ini sudah habis aku makan," ucapnya sambil menutup kotak makannya dan mengecap sendok. Ia tersenyum merasakan masakan Vanya yang memang enak, rasanya pun pas.

"Aku jalan dulu ya," pamit Charles.

"Apa itu?" tanya Vanya saat melihat tangan kanan Charles yang membawa sesuatu.

"Ini masakan kamu. Nanti aku makan di kantor aja,” ucapnya sambil mendekat dan mencium kening Charlos. Sejenak ia menatap wajah Vanya. Kemudian berlalu.

Vanya mengulum senyumnya. Hatinya berbunga-bunga, karena ternyata Charles menjadikan makanannya sebagai bekal makannya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • DUDA POLISI BUCIN   Lelaki Lain Lagi

    Setelah penantian dan perjuangan yang cukup lama, hari ini akhirnya Sandra diwisuda juga. Bertempat di salah satu ballroom hotel di Jakarta, wisuda akan dilakukan mulai jam sepuluh pagi.Dari pagi Sandra sudah sibuk di make up oleh MUA yang dipanggil ke rumah. Sementara menunggu giliran make up, Vanya membenahi Charlos, mengganti bajunya dan menyiapkan beberapa cemilan untuk Charlos nanti selama di sana."Kamu ikut kan?" tanya Charles pada Vanya yang belum berganti pakaian."Kalau gak ikut kenapa emangnya?" tanya Vanya sambil membuka lemari pakaian, memilihkan pakaian yang akan dikenakan Charles."Kalau kamu gak ikut nanti aku dikira masih single lagi," ucapnya santai sambil bermain handphone dengan Charlos di atas tempat tidur."Iya tahu, yang punya sejuta pesona. Aku mah apa atuh," ucap Vanya."Charlos, coba kita lihat dulu muka Aminya," ucap Charles mendekati Vanya seraya menggendong Charlos."Apaan sih," ucap Vanya saat Charles mencoba menggodany

  • DUDA POLISI BUCIN   Galak

    Dari sekian kali acara arisan keluarga yang dihadiri oleh Vanya dan mertuanya tanpa kehadiran Charles, baru kali ini ada kejadian yang tak mengenakkan di hatinya. Pertanyaan tantenya Charles membuatnya merasa kecil tak berarti. "Kenapa, Sayang?" tanya Erin mendekati Vanya. Meski selama acara Erin tak selalu berada di dekat Vanya dan Charlos, ia tetap mengawasi menantunya itu dari jauh. "Gapapa, Ma." Vanya memasang senyum palsu. “Perasaan kemarin dia fine-fine aja. Kenapa tiba-tiba dia nanyain soal anak sih? Pakai bilang gak subur lagi” gerutu Vanya dalam hati. Ia mengatur nafasnya yang sedikut menggebu menahan amarah. "Yakin gapapa?" Erin memastikan lagi. "Iya, Ma." Kembali Vanya menampilkan senyum palsu. Rasanya pengen cepet-cepet pulang aja dari sini. Ia mengajak Charlos ke halaman depan bermain bersama sepupu-sepupunya yang lain. "Hai, Kak," sapa salah seorang sepupu Charles yang usianya tak beda jauh dengannya. "Hai," sahut Vanya sambil tersenyum. "Sandra gak ikut y

  • DUDA POLISI BUCIN   Anniversary

    Sedikit kesal sih karena pagi-pagi Charles sudah pamit pergi kerja duluan, dan menyuruh Vanya untuk ikut dengan Sandra. Tak ada kata-kata yang berarti keluar dari mulut Charles pagi ini, pada hal hari ini adalah tepat satu tahun mereka menikah. Entah lupa atau sengaja, Vanya tak tahu. Ia memutuskan untuk tidak ambil pusing dengan sikap Charles dan menyimpannya dalam hati saja. Setelah siap dengan pakaian kerjanya, ia mengajak Charlos keluar dari kamar. Semenjak Vanya resmi menjadi Aminya Charlos, yang biasanya Charlos jarang bangun pagi, kini berubah. Ia selalu bangun pagi seolah ingin selalu mengantarkan Vanya pergi bekerja."Happy Anniversary yang pertama ya Aminya Charlos. Semoga kalian selalu bahagia, Amin," ucap Erin saat Vanya tiba di ruang makan."Amin." Frans pun turut mengamini ucapan Erin."Makasih ya, Mama, Papa. Semoga kita semua selalu bahagia, Amin," ucap Vanya. Ia menarik kursi dan duduk di samping Charlos yang telah anteng di atas kursi bayinya."Tadinya sih mau ajak d

  • DUDA POLISI BUCIN   Semua Jadi Satu

    Vanya memandangi kalender yang ada di atas meja dan membolak tiap lembar. Ia tampak memikirkan sesuatu. Kalau dihitung-hitung, ini sudah hampir satu tahun mereka menikah. Tepatnya, tiga hari lagi, genap satu tahun usia pernikahan mereka. Sebenarnya ia tak berekspektasi yang berlebihan di hari jadi mereka ini. Charles ingat saja, itu sudah hal yang luar biasa. Syukur.Belakangan ini, Vanya merasa kalau hubungannya dengan Charles jauh lebih baik dari sebelumnya. Walau kadang masih sering berdebat kecil.“Kamu mau cuti? Dari tadi liatin kalender terus," ucap Tyas."Gak sih, belum ada rencana," jawab Vanya cengengesan."Terus?""Liatin kapan gajian, udah menipis soalnya, hahahaha …." ucap Vanya."Ah, kayaknya kamu termasuk golongan orang yang uangnya gak berseri deh.""Amin Ya Allah," sahut Vanya seraya menengadahkan tangannya. Vanya mengamini saja ucapan Tyas, meski tahu yang dimaksud Tyas adalah mertuanya.Setelah membereskan meja, Vanya, Tyas, dan yang lain menuju aula kantor untuk me

  • DUDA POLISI BUCIN   Dalam Dekapan

    Pencarian hari ketiga, akhirnya membuahkan hasil. Setelah sebelumnya, Charles menyerahkan foto diri orang yang menipu keluarganya, Charles mendapatkan kabar, bahwa orang yang diduga mirip dengan ciri-ciri yang dicari, terlihat di salah satu rumah makan di daerah Bandung siang ini. Setelah mendapatkan izin dari atasannya. Charles dan seorang temannya meluncur ke sana.Aku ke Bandung dulu. Ada yang diurus. Nanti Sandra yang jemput, karena aku mungkin pulang tengah malam.Isi pesan yang dikirim Charles pada Vanya. Sepertinya semesta mendukung rencana Charles untuk memburu tukang tipu itu. Setibanya di Bandung, Charles langsung menuju ke sebuah rumah kontrakan tempat orang itu berada, sebelumnya Charles telah minta tolong pada temannya di salah satu polsek di daerah Bandung untuk mengikuti kemana orang itu pergi. Charles memarkir jauh mobilnya, kemudian berjalan menuju rumah yang dimakasud."Mana?" tanya Charles pada temannya yang telah lebih dulu menunggu tak jauh

  • DUDA POLISI BUCIN   Tamu Bulanan

    Sepanjang perjalanan pulang ke rumah, Vanya hanya diam. Sedari tadi ia terus memegang perutnya dengan posisi sedikit membungkuk. Ini dilakukannya agar sakit datang bulannya sedikit berkurang. Sudah lama ia tidak merasakan sakit yang lumayan menyiksa seperti ini."Kamu sakit? Wajah kamu pucat? Sudah makan?" tanya Charles bertubi-tubi. Vanya mengangkat wajahnya dan tersenyum kecut. "Aku baik-baik aja," ucapnya dengan nada tertahan."Kalau baik-baik aja, kenapa sampai pucat kayak gitu?""Sakitnya udah biasa. Setiap bulan pasti kaya gini. Masalah wanita.""Tapi selama kita sama-sama, baru kali ini aku lihat kamu sakit sampai pucat kayak gini," ucap Charles lagi. Vanya tak menjawab, berharap Charles berhenti menanyainya. Karena gerakan bibir saat menjawab setiap pertanyaan dari Charles, menambah rasa nyeri di perutnya."Kalau gitu, sekarang kita ke dokter. Kita periksa. Supaya jelas kamu ada riwayat sakit apa. Aku gak mau kamu kaya Kirana dulu yang punya kista di

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status