Share

Di Dalam Tubuh Bos Tampan
Di Dalam Tubuh Bos Tampan
Penulis: missingty

Bab. 1. Selamat Pagi.

Hana berguling dari tidurnya. Ia ingin menikmati hari liburnya setelah kemarin bekerja bagai kuda pacu di kantor. Namun, dahi mulus gadis itu berkerut saat ada sesuatu yang mengganjal di antara kakinya. Mengurangi kenikmatannya tertidur. Segera ia memasukan tangannya ke dalam celana.

‘Apa ini? Panjang, tapi bukan pisang karena berurat, tapi juga bukan pare karena hangat, berarti senter yang baru dinyalain. Apaan sih? Apa juga ini kenyal-kenyal semacam bola-bola squishy sev*n elev*n?’ 

Mata gadis itu langsung terbuka lebar, masih dalam keadaan horizontal, Hana mengintip sesuatu di dalam celananya.

Dahi gadis itu berkerut, sesuatu yang tidak familiar di matanya. ‘Apa itu? Daging tumbuh kah? Secepat ini dalam waktu semalam? Sebentar, sepertinya aku pernah melihatnya, melihat ini di pelajaran biologi.’

DEG!

“AAAAAAA!” jerit Hana sambil terlonjak dari atas kasurnya tapi teriakan itu langsung terhenti, hal yang aneh lainnya terjadi lagi pagi ini, menurut Hana. ‘Kenapa suaraku seperti ini?’ batin Hana mendengar suaranya yang bariton. ‘Tenggorokan tidak sakit, tapi suaraku berat sekali. Tunggu sepertinya suara ini mirip suara seseorang.’

“TIdak! TIDAK! TIDAKKK!!”  Hana mencoba menarik rambutnya, kebiasaan saat ia tertekan. Tapi tangannya tak bisa memberengut sedikitpun surainya itu. “Eh?” gumam gadis yang seharusnya berambut panjang sepinggang itu. 

“Kenapa juga kepalaku juga terasa ringan? Rambut! Rambutku kemana?” Hana nyaris menangis menyadari rambutnya berpotongan pendek yang hanya terasa empat inci saja dari kulit kepalanya ketika ia merabanya. Semua hal ini menambah keanehan pagi hari ini.

Dengan panik Hana mencari kaca di kamar mandinya, tapi begitu melihat seseorang di kamar mandinya gadis itu berteriak lagi.

“AHHH!!! Pak Bos ngapain Bapak di sini?!!” jerit Hana bertanya.

Tapi sosok Axel itu malah balas menatapnya dengan pandangan tak kalah takut dengan dirinya. Sampai akhirnya Hana sadar satu hal, sosok pria yang merupakan bosnya itu ada di dalam bingkai kacanya. Dengan tangan gemetar Hana mencoba menyentuh sosok Axel yang juga memajukan jari telunjuknya. Mereka sekarang bersentuhan. ‘Ini pinggiran kaca? berarti itu adalah pantulan diriku?’

“Loh?!” Kali ini Hana bingung kemudian meraba-raba tubuhnya sendiri. ‘Ini bukan tubuhku?! Ini badannya Pak Bos!!’

Pundak lebar dengan lengan berotot tapi tak terlalu besar, perut dengan tonjolan layaknya roti sobek. ‘Abs yang sempurna, tinggi, dan tubuh atletis! Ini benar-benar tubuh Pak Bos!’

Hana mendekatkan diri pada kaca, seraut wajah tampan dengan hidung mancung dan rahang siku-siku balas menatapnya balik.

“Aduh! Apa yang terjadi?” umpat Hana sambil memperhatikan mata Axel Harrison. ‘Pria ini memiliki mata khas pria-pria di animasi dua dimensi yang besar, tajam, dan berwarna abu terang karena keturunan ras campuran, aku tahu ini sejak lama sih tapi semakin diperhatikan memang semakin tampan.’

Sebuah gedoran dari arah pintu kamar Hana membuat gadis itu kembali terlonjak kaget.

“Hana!” Suara Lina, tetangga sebelah kamar kos gadis itu terdengar di balik pintu kamar berwarna biru cerah itu. “Hana! Aku mau ambil catokan rambut yang kamu pinjem!”

Hana mendengkus mendengar hal itu. ‘Huft, kukira apa!’. Segera ia mengambil catokan rambut di atas nakas samping tempat tidur.

“Hana!” teriak tetangga kosnya lagi. 

“Iya Lin bentar!” jawab Hana dengan suara ngebass-nya. Diulangi, dengan suara ngebass nya. Menyadari keanehan di suaranya dan apa yang sedang terjadi pada tubuhnya, keringat dingin mengalir di pelipis Hana. Pelipis Hana dalam tubuh Axel.

“Hana?” sebuah panggilan dengan nada bertanya terdengar dari balik pintu.

‘Mati aku! Mati aku! Mati aku!’ ulang Hana berkali-kali di kepalanya. ‘Bagaimana ini? Orang-orang bisa berpikir aku menyelundupkan pria ke kamar kos ku! Mati aku!’

“Hana?” panggilan yang lebih lirih keluar dari mulut Lina, seolah gadis di depan pintu kamar Hana itu curiga.

Deringan gawai milik Hana semakin menambah suram suasana sabtu pagi gadis itu.

Bos Neraka calling…

Dengan sigap Hana mengangkat telepon itu, mengabaikan Lina yang tampaknya sudah beranjak dari depan kamarnya. ‘Syukurlah sepertinya ia tak jadi ambil catokan rambutnya, karena ada hal yang lebih penting harus aku lakukan dahulu!’

“Ha-”

“Apa yang kamu lakukan dengan tubuhku!” teriak suara seorang gadis di seberang sana. Suara yang sangat familiar di telinga Hana, suara yang membuatnya menjadi juara dua kontes menyanyi karaoke dangdut radio. ‘Suaraku sendiri… berarti, jiwa pak bos ada ditubuhku!’

“Pak…,” lirih Hana. “Aku enggak tahu apa-apa pak sungguh! Kenapa bisa gini….” Hana mulai terisak dengan suara Axel yang bariton, perpaduan isak tangis dan suara bariton itu menghasilkan, nada pengamen banci perempatan yang bening menusuk telinga.

“Jangan menangis dengan ragaku! Astaga! Kamu dimana?” tanya suara di ujung sana terdengar sangat kesal.

“Di kosan, Pak,” jawab Hana di sela-sela isak tangisnya. 

“Ya sudah kita ketemu di cafe-.”

“Enggak bisa, Pak!” sela Hana sebelum bosnya selesai memberi instruksi. “Aku enggak mungkin keluar kamar sepagi ini dengan tubuh Bapak.”

Terdengar decak kesal entah untuk keberapa kalinya dari lawan bicara Hana. “Ya sudah, kalau begitu saya ke kosanmu sekarang!” tandas Axel tanpa basa basi langsung mematikan percakapannya dengan Hana di telepon begitu saja. Khas Axel sekali.

Hana mengembuskan napas. Sedikit lega karena bos nya akan ke sini, setidaknya ia lebih tenang jika harus memecahkan masalah aneh yang terjadi pagi ini berdua.

Sambil duduk di depan meja riasnya yang sekarang terasa sangat kecil, gadis itu menoleh ke arah kaca riasnya. Wajah lelaki tampan yang sembab setelah selesai menangis terlihat jelas. ‘Tuhan, kenapa ia menangis mewek seperti ini saja masih terlihat tampan, di mana letak keadilannya?’ batin Hana sambil terkagum-kagum melihat seraut wajah tampan tapi mempesona yang menangis di depan meja riasnya. 

Gedoran keras membuat jantung Hana kembali terlonjak kaget. 

“Siapa kau di dalam sana! Keluar!”

“Heh! Keluar kau!

Kembali bunyi gedoran bertalu-talu seperti nada jantung Hana memenuhi seisi kamar gadis itu, diiringi teriakan teman-teman kosannya. Bahkan beberapa dari mereka ada yang membawa panci dan penggorengan untuk menambah ramai suasana.

“Hana! Buka pintunya, atau ibu akan buka pintu kamarmu dengan kunci cadangan!” perintah ibu kos hana di luar kamar dengan massa siap bertempur di belakangnya.

Hana dengan wajah tampan Axel terlihat pucat pasi dan terlihat masih duduk membeku di depan meja rias.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
Apes banget Han wkwkkw
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status