Di Tanah Luka Wanita Teraniaya

Di Tanah Luka Wanita Teraniaya

By:  laddyroseanie  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 ratings
14Chapters
184views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

TW : Cerita ini mengandung kata-kata vulgar, adegan kekerasan, dll. Alih-alih menjadi nomor satu di hati sang suami setelah mereka berdua resmi mengikrarkan janji suci, keberadaan Keith justru dialihkan ke nomor dua bahkan nyaris selalu dianggap tak ada semenjak lima tahun yang lalu. Sejak di mana dia tahu, bila sudah ada wanita lain yang mengisi ruang hati seorang Arsenio Koesnaedi, suaminya itu. Meski begitu, tak ada pilihan bagi Keith untuk berpisah lantaran ada alasan-alasan klasik semacam kedua orangtuanya yang sudah mulai menua, ingin menghabiskan sisa usia dengan melihat anak semata wayang mereka membina rumah tangga. Namun bagaimana bila Arsen terus-menerus menekan Keith untuk berpisah lantaran wanita bernama Hannah yang menjadi nomor satu di hati pria itu memiliki alasan kuat yang mampu menghancurkan rumah tangga mereka?

View More
Di Tanah Luka Wanita Teraniaya Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
laddyroseanie
Terima kasih telah membaca ... bisa mampir juga, ya, ke Instagram-ku dengan username yang sama : laddyroseanie. trims, trims...
2024-05-19 14:06:31
1
user avatar
Sapti wahyuningsih
bagus, gemes, geregetan
2024-05-17 21:47:17
1
14 Chapters
Satu Tamparan
“Aku ingin kita segera bercerai.”Satu kalimat itu terus-menerus bercokol di pikirannya. Enggan dienyahkan, apalagi dilupakan begitu saja. Bahkan, ketika batang hidung dari manusia yang melontarkan kalimat itu di ruang kerjanya pada lusa kemarin mulai tertangkap oleh kedua mata, kalimat itu masih enggan untuk pergi dari pikirannya.“Ada perlu apa semalam ini, Tuan Arse—”Belum saja Keith menyelesaikan ucapannya, berdiri dengan tegap dari duduk manisnya, mendadak satu tamparan dari tangan besar milik manusia itu melayang di pipi kirinya.“Kau apakan dia?” Arsen, manusia yang Keith maksud langsung mencecarnya dengan tanya. Setelah menamparnya, bahkan pria itu tak memberinya waktu untuk merasakan panas yang menjalar di pipi kirinya akibat kejadian beberapa detik yang lalu. “Sudah kuperingati kau bukan untuk jangan mengusiknya?”Tangan kirinya spontan meraba pipi. Memberi sentuhan di sana agar panas, nyeri, serta rasa sakit yang menjalar segera pergi. Setidaknya, agar campuran dari ketiga
Read more
01. Dua Balasan
“Benar bukan yang saya katakan, Nyonya. Bekas lukanya akan terlalu kontras dengan warna kulit Anda.”Keith tak menampiknya. Kala dia memutuskan untuk duduk di meja rias. Mematut diri pada cermin bening yang memperlihatkan tubuhnya dengan jelas. Luka yang dihasilkan dari cekikan Arsen pada lehernya itu terlihat begitu kontras.Kulitnya terlalu putih untuk menyembunyikan luka yang dihasilkan. Dan bermacam-macam cara pun masih juga tak mampu untuk menutupinya agar siang ini, dia bisa berlenggok tanpa perlu ditanyai oleh mertuanya yang terlalu cerewet untuk dia hadapi.“Ambilkan saja aku scarf,” titahnya. Kala jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya telah memberinya sinyal untuk segera beranjak dari dalam kamar.Dia harus segera datang jika tak mau disuruh-suruh seperti budak. Karena fakta mengejutkan mengenai keluarga Arsen baru terkuak ketika mereka berdua telah resmi menikah.Keluarga pria itu bisa dibilang terlalu kolot, kuno, dan kadang-kadang terkesan begitu norak.
Read more
02. Tiga Keluhan
“Tuan.”Panggilan itu segera Arsen tanggapi dengan dehaman. Namun tanggapannya tak kunjung dibalas dengan jawaban. Jadi, sejenak dia menutup kerjaan. Sembari melepas kacamata yang sedari bertengger di batang hidungnya, dia menatap ke arah di mana asistennya berada.“Kamu tak mendengar sahutan saya?”Lelaki jangkung berkulit pucat di sebelah kanan tubuhnya menggeleng segan. “Bukan begitu, Tuan. Hanya saja, saya rasa topik pembicaraan kali ini akan mengganggu konsentrasi Anda. Namun, saya tak bisa menunda-nunda untuk memberitahukannya kepada Anda.”“Katakan.” Satu kata itu sudah lebih dari cukup untuk membuat Mikail paham. Meski topik yang keluar dari mulut lelaki itu akan menjadi perusuh konsetrasi nantinya, itu tak mengapa. Karena Arsen bukan tipikal orang yang sabaran.Dia tak bisa menahan gejolak ingin tahu jikalau hal itu menyangkut dirinya, keluarganya, orang terkasihnya, dan juga … wanita yang menjadi nyonya di rumahnya. “Nyonya Salim tadi sedikit … menyebabkan kekacauan.” Mika
Read more
03. Hanya Permintaan
Kala Bianca memberi tahu bila Arsen akan bermalam bersama Hannah, Keith merasa tertipu. Namun dia masih berpikiran untuk menunda keisengan dengan berkata, “Besok pagi saja, jangan ada satu pun pelayan yang melayaninya.”Tapi agaknya, dunia tengah berseteru dengannya. Sampai sore menjelang malam ini pun, batang hidung seorang Arsenio Koesnaedi tak pernah sekalipun dia jumpai. Bahkan, kabar pria itu pun tak dia ketahui.Entah mungkin saja mati, atau diculik oleh para pembenci pemerintah yang akhir-akhir ini tengah gila-gilaan melakukan demonstrasi.“Bajingan itu belum pulang juga dari tadi?” Tak dapat dipungkiri, bila nada bicaranya mendadak meninggi. Menyebabkan Bianca yang tengah menuangkan teh ke dalam cangkir antiknya tersentak, hingga beberapa tetes teh yang masih mengepulkan uap panas itu mengenai punggung tangan. Dan nyaris saja, perempuan itu benar-benar mengguyurkan satu teko teh panas ke tubuhnya.“Kau ini,” desisnya kesal setengah mati sembari dengan hati-hati mendorong teko
Read more
04. Pergi Sekarang
Tak pernah sekalipun dia merasa secemas ini. Tak pernah sekalipun dia merasa begitu gelisah seperti sekarang ini. Dan tak pernah sekalipun di hidupnya Keith merencanakan untuk berlutut sembari memohon pada para cecunguk yang berakhir membuatnya menjadi rendah diri.“Rendah diri?” gumamnya pada diri sendiri. “Yang benar saja! Bajingan itu tak ada apa-apanya!”Seorang Arsenio Koesnaedi jelas tidak ada apa-apanya dibanding dia. Namun pria itu telah sukses membuatnya merasakan cemas, gelisah, lebih dominan amarah, serta rasa-rasa lain yang dia tak tahu bagaimana cara mengungkapkannya.Karena berhubung tinggal menunggu waktu, Bianca akan datang ke dalam ruangan luas yang biasanya tak pernah membuatnya merasa setertekan sekarang. Membawanya pergi hanya seorang diri ke pesta perayaan pernikahan yang akan berujung menimbulkan kekecewaan.Keith ingin marah. Namun pada siapa?Sumber amarahnya justru tak pernah menampakkan batang hidung di hadapannya. Mau melampiaskan pada pekerja? Yang ada rumo
Read more
05. Mereka Datang
Tak ada yang berani untuk sekadar menyebut namanya. Hadirnya wanita itu di sana, bagai magnet yang memikat siapa saja. Namun di saat yang sama, eksistensi Keith Rennee Salim bagai larangan yang tak boleh sembarangan untuk dilanggar.Dan alasan-alasan yang dia sebutkan di atas menyebabkan nyaris semua orang hanya berani menyapa wanita yang sedari tadi menggenggam telapak tangannya itu hanya dengan nama. Hanya orang-orang tertentu saja yang mampu untuk mencapai titik di mana mereka bisa memanggil nama. Seperti Arsen, misalnya.Bahkan di dalam Koesnaedi pun hanya diperuntukkan bagi keluarga intinya saja yang mampu memanggil wanita itu dengan nama depannya. Seluruh keluarga besar, bawahan, bahkan keluarga besar Keith sendiri pun tak punya kuasa.Hanya wanita itu yang dapat menentukan siapa saja yang mampu mencapainya.Bukan tanpa alasan mengapa nama Keith tak pernah sekalipun disebut oleh sembarang orang. Bukan juga karena wanita itu mengemban status sebagai pewaris mutlak dari Salim Grou
Read more
06. Istrinya Menghilang
Selepas menghilang dari acara perayaan pernikahan kedua mertuanya, figur Keith tak pernah lagi dia lihat di kala pulang. Bahkan kemarin, seharian Arsen menunggu. Menyempatkan diri untuk mencuri waktu agar mampu menghubungi Kepala Pelayan untuk mengabarinya jika ada tanda-tanda kepulangan wanita itu.Namun nihil. Hingga hari telah berganti, dan dia kembali pulang di malam hari pun tidak ada tanda-tanda bila Keith telah pulang. Menjadikan beban pikirnya bertambah dua kali lipat dari biasanya.Karena jujur saja jika boleh memilih, Arsen tentu akan pasrah kalau diberi beban kerjaan melimpah daripada harus menebak-nebak isi otak manusia yang paling tidak bisa dia tebak itu.“Bianca masih juga tak bisa dihubungi?” Arsen bertanya begitu sembari melangkah keluar dari kamar mandi. Dengan handuk yang melilit pinggangnya, juga handuk kecil yang dia gunakan untuk mengeringkan rambutnya.Dan tanpa menunggu jawaban dari Mikail dia memberi perintah, “Segera amankan keadaan. Jangan sampai ada orang l
Read more
07. Jangan Pulang
Kala dia datang, Mikail langsung menyambutnya dengan pembuka, “Sesuai dengan permintaan Anda, semua hidangan malam ini adalah masakan khas Turki.” Sembari menarik kursi besar yang menjadi tempatnya, laki-laki itu pun melanjutkan, “Nyonya Salim sedang bersiap. Sebentar lagi kemungkinan akan datang.”“Kamu lihat rupanya?” Arsen bertanya begitu sembari sedikit mendongak. “Ceritakan tentang dia.”“Cukup parah.” Mikail memulai sembari bertepuk tangan satu kali guna memanggil para pelayan. “Nyonya Salim rupanya termasuk ke dalam kategori manusia yang kelelahan sedikit saja akan terlihat perubahannya. Selain wajah yang berubah tirus, badannya agak kurus, kantung matanya menghitam, rambutnya kusam … sorot matanya juga datar. Tapi … entah mengapa saya merasakan emosi yang coba untuk ditahan.”Hanya dengan mendengar, Arsen sudah bisa membayangkan bagaimana kacaunya Keith sekarang. Entah masalah apa yang wanita itu coba selesaikan tanpa berkompromi dengannya.Tak biasanya. Meski hubungan mereka
Read more
08. Jatuh Pingsan
Mendadak, pria itu menunjukkan rupa aslinya tadi malam. Menatapnya dengan sorot mata yang dingin juga begitu tajam. Namun dinginnya tatapan kedua mata pria itu bukan seperti biasanya. Bukan seperti yang sudah-sudah hingga dia bisa mengabaikannya.Tatapan dingin yang pria itu berikan padanya tadi malam begitu membekukan. Menjadikan seluruh tubuhnya gemetar. Dan akan terdengar bohong jika Keith berkata bila dia tak ketakutan. Kala bayang-bayang tajamnya sorot mata pria itu masih membekas di dada.Namun justru yang mendominasi isi kepalanya sekarang adalah bagaimana pria itu menghadapi para pelayan yang menggunjinginya di belakang dengan begitu … tampan.Ah, sialan. Harusnya semalam, Keith tidak usah bersusah payah berjalan. Meniti langkah hanya untuk menyusul Arsen yang bersikeras mengambilkan barangnya yang kemungkinan menghilang di ruang makan.Jadi, dia tak perlu mendengar bagaimana tampannya pria itu ketika bilang, “Bisa kalian ulangi, apa yang kalian bilang barusan?”Dengan kedua m
Read more
09. Misteri Bingkisan
Kala secercah cahaya tertangkap oleh kelopak matanya yang perlahan dia buka, Keith mencoba menebak-nebak di mana dia berada. Dari mulai menoleh sedikit demi sedikit ke arah kanan dan kiri, hingga mencoba membaui obat-obatan yang menjadi ciri khas kamar ruang inap.Nihil. Semua yang dia lihat, cium, dan dengar ada berada di dalam kategori wajar. Dia berada di dalam kamar. Namun entah mengapa, ada sesuatu yang memicu detak jantungnya melaju kencang bersamaan dengan sebuah suara yang tak asing tiba-tiba terdengar.“Anda sudah siuman?” Dilihatnya pria paruh baya dengan pakaian rapi yang tahu-tahu telah berdiri di samping kiri. Mengecek laju selang infus yang tahu-tahu telah tertancap di punggung tangan sebelah kiri. “Saya terkejut mendengar Anda yang jatuh pingsan dari asisten Bapak Arsen tadi pagi. Tumben sekali. Tak biasanya Anda begini.”Dengan memberi anggukkan samar, Keith menyetujui. “Apa … yang kau beri tahu Arsen dan orang-orang pasal penyakitku?”Pria itu memberi senyuman. Terlih
Read more
DMCA.com Protection Status