Di Tepi Tebing

Di Tepi Tebing

Oleh:  Ika Shodiqin  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
4Bab
439Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Setelah mengalami kekerasan dan tekanan dalam rumah tangga, akhirnya Mayang menyerah. Setelah pertengkaran berdarah, malam itu Mayang melarikan diri. Hal tidak terduga, setelah di luar rumah ia baru menemukan fakta bahwa suaminya adalah mafia yang melakukan pencucian ilegal, pembunuh bayaran dan sejumlah kegiatan melawan hukum. Dalam pelariannya Mayang di bantu oleh Lontar, mantan anak buah Reynold. Banyak rintangan yang harus Mayang dan Lontar lalui untuk lepas dari kejaran Rey dan anak buahnya. Diantaranya peristiwa-peristiwa yang mengancam keselamatan Mayang dan anak-anaknya. Tidak hanya ketegangan yang terjadi di antara Mayang dan Lontar, romantisme juga terjadi di antara sepasang manusia yang terjebak dalam situasi saling membutuhkan. Akankah mereka bisa lepas dari kejaran Rey yang kejam dan arogan ? Dan juga akankah cinta Mayang dan Lontar bisa bersatu?

Lihat lebih banyak
Di Tepi Tebing Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
4 Bab
Kabur dari suami zalim
“Itaaa!” Aku memukul bang Rey!,” Aku menjerit histeris sambil menangis. Dengan tangan bergetar aku menelpon Ita sahabatku satu-satunya, tubuhku penuh dengan peluh setelah pertikaian dengan bang Rey. Berujung lelaki itu sekarang terkapar di bawah tempat tidur. Kepala bagian belakang laki-laki itu bersimbah darah, karena pukulan tongkat bisbol yang tadi aku ayunkan sekuat tenaga. Ya, tongkat bisbol yang biasanya untuk mengancamku, dan beberapa kali mampir di tubuh ringkih ku, sekarang berbalik ke tuannya. Laki-laki itu marah, ketika pulang dari kerja tidak mendapatiku di rumah. Aku menjemput anakku sulungku Arjuna dari ekstra basket. Kami terlambat datang karena ada tambahan materi dari pelatihnya, di tambah jalan yang macet. Aku menjelaskan kepadanya dengan halus dan pelan. Tapi ia tidak mau tahu, karena di anggap hanya alasanku saja bersenang-senang di luar. Kemarahannya kembali muncul malam harinya ketika di kamar, ia mengungkit hal tersebut, dan menuduhku ada main dengan pelati
Baca selengkapnya
Tempat asing
Semalaman aku tidak bisa tidur, benar seperti yang disampaikan oleh sopir mobil putih itu, tidak ada penumpang lain selain kami.Hanya sopir bis yang sudah tua, dengan kondekturnya, yang sepanjang jalan mereka tidak banyak bertanya. Mereka mengatakan bis akan membawa kami sampai ujung penyeberangan.Matahari baru saja menampakan sinarnya ketika bunyi telp handphone yang di beri sopir mobil semalam.Rupanya Ita menelpon, mengatakan bahwa kami akan menyeberang dengan arahan kondektur bis ini. Belum sempat aku bertanya, Ita mematikan sambungan telponnya.Huft, semua serba misterius.Sampai di penyeberangan, matahari sudah tinggi, panasnya membakar kepala. Tapi bis tidak berhenti di tempat pangkalan semestinya, sedikit menyimpang kendaraan besar itu berhenti di samping pelabuhan.Anak-anakku mulai rewel, si kembar Nakula dan Sadewa merengek karena lapar. Roti dan air putih persediaan sudah hampir.Kondektur bis tidak mengijinkan aku keluar hanya untuk sekedar mencari makan. Atau hanya per
Baca selengkapnya
Lontar
Kami duduk berhadap-hadapan, di depan kamar hotel. Laki-laki itu menyeruput kopi hitam, tangan sebelahnya memegang seputung rokok.Bibir lelaki itu tidak berhenti menyedot rokok, sesekali ia menghembuskan nafas berat.Resah, itu yang aku baca dari sikapnya.Jarak duduk kami yang dekat, membuat aku bisa mencium badannya yang wangi sabun khas hotel.Aku agak jengah, sedikit menepi.Walaupun ia sudah membantuku, tetap agak risih berdekatan dengan laki-laki asing seperti ini.Anak-anak masih tidur, kami gunakan kesempatan ini untuk berbicara.Setelah kuamati, wajahnya cukup tampan, hidungnya mancung, rahangnga kokoh, kulitnya ke coklatan, rambutnya ikal, badannya tegap tapi tidak berotot yang menonjol.Selain sikapnya yang dingin, luka bakar di pipi sebelah kirinya, yang membuat ia kelihatan mengerikan.Kenapa aku jadi menilai dia ya? ada yang salah dengan otakku.“Apa yang kakak ketahui, tentang pekerjaan suami kakak?”“Dia kerja di pemerintahan dan mempunyai beberapa bisnis.”Aku menjel
Baca selengkapnya
Malam penyerangan
Malam terbungkus pekat, saat insan manusia terbuai impian, entah pukul berapa, telingaku mendengar suara pintu di buka. Tapi, mataku rasanya lengket enggan untuk membuka.Aku menjerit, sebuah tangan dengan kasar membekap. Tanganku reflek terayun berontak, otakku bekerja ada yang terjadi.“Sstt diam, dengarkan aku, jangan menjerit” suara berat yang beberapa hari ini aku kenali.Lontar.Laki-laki itu masih memakai baju yang sama seperti kemarin.“Ada yang datang, bangunkan anak-anak, kalo mau selamat, cepat!” masih dengan berbisik di telingaku, aroma rokok tercium kuat.Aku bangun dengan tubuh limbung, hampir saja aku terjatuh, Lontar menangkap tubuhku.“Anak buah Rey datang”Demi mendengar nama itu, kepalaku seperti di pukul dengan godam.Aku meloncat menghampiri anak-anak, dengan panik aku bangunkan mereka.Diluar kamar terdengar gaduh dan suara banyak langkah.“Si*l, kita terlambat” maki LontarLontar menarik aku dan anak-anak ke pojok ruangan. Laki-laki itu membalikkan tempat tidur
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status