"Apa yang kamu lakukan, Mas?" Mazaya tak menyangka melihat suaminya begitu buas mencumbu sekretarisnya saat ia datang membawa kue anniversarry pernikahannya yang kedua siang itu. Hatinya hancur berkeping-keping melihat pengkhianatan sang suami yang ia anggap malaikat dalam hidupnya. Evan Alexander tak mengira, kekhilafan pertamanya kepergok oleh istrinya di mana ia memang merasa bosan pada Mazaya yang tak bisa merawat dirinya lagi seperti dulu. Rasa bosan itu membuat Evan tak berhasrat lagi pada sang istri sehingga ia tak sanggup lagi menahan gelora di tubuhnya, terutama ketika sang sekretaris menggoda imannya. "Kenapa kamu tega mengkhianatiku, Mas?" isak Mazaya tak kuasa menahan tangisnya. "Aku tidak memiliki hubungan apa-apa dengan Mira. Aku hanya khilaf," kilah Evan." "Khilaf? Khilaf sampai bercumbu panas di kantor, siang hari begini?" jerit Mazaya terluka. Di sisi lain, ada seorang pria yang telah lama menanti Mazaya, yaitu kakak tiri dari Evan. Mengetahui ada masalah antara Evan dan Mazaya, Arga siap menjadi pelindung Mazaya. Apakah yang akan terjadi pada pernikahan Mazaya dan Evan? Apa Mazaya akan memaafkan perbuatan suaminya? Apa Mazaya memilih bercerai lalu menjalin hubungan dengan Arga, kakak iparnya sendiri?
Lihat lebih banyak“Apa yang kamu lakukan, Mas?”
Mata Zaya membelalak lebar, kotak berisi makan siang dan kue tart untuk suaminya terlepas begitu saja kala melihat suaminya sedang berciuman dengan seorang wanita di atas sofa kantor.Kakinya gemetar, kedua tangannya spontan menutupi mulutnya, tak percaya dengan apa yang ia lihat. Sejak pagi suaminya melarangnya pergi ke kantor dengan alasan ada meeting penting, tapi karena Zaya ingin memberikan kejutan ulang tahun pernikahan yang kedua pada suaminya, Zaya nekat mendatangi perusahaan tanpa izin sang suami dan hasilnya, ia yang berniat memberi surprise, malah mendapatkan kejutan luar biasa.“Zaya?” Evan tampak terkejut. Pria itu buru-buru mendorong sekretarisnya dan membenahi resleting celananya. "K-kenapa kamu ke sini?""Aku yang seharusnya bertanya, Mas. Kamu bermain gila di belakangku?" Bersamaan dengan itu, tangisnya luruh.Ia tak percaya kalau suaminya yang selama ini terlihat baik dan setia ternyata bermain api dengan sekretarisnya sendiri."Ibu tidak salah bertanya? Bukankah sudah cukup jelas?" Mira, wanita seksi yang baru saja bercumbu dengan suaminya itu buka suara. Wajahnya tak terlihat bersalah."Tutup mulutmu, Mira!""Bukankah sudah jelas, Pak?" Lagi, wanita itu kembali memprovokasi. "Coba saja bandingkan, siapa yang akan bergairah kalau istrinya memiliki penampilan seperti ini?"Zaya terbelalak. Ia sontak menarik kesimpulan dari apa yang dikatakan sekretaris Evan itu."Cukup Mira! Keluar sekarang!" ujar Evan sambil menunjuk ke pintu yang terbuka.Namun, bukannya keluar, Mira justru merajuk sambil mencoba menggoda atasannya lagi. Bibirnya cemberut.“Tapi, kita belum selesai main, Pak,” ucap si sekretaris dengan nada manja.Evan menepis kasar tangan Mira. “Keluar kataku, atau kamu kupecat!”Mira mengentakkan kakinya saat mendengar penolakan Evan. Tak lupa, wanita itu menatap sinis ke arah Zaya. "Sudah tidak cantik, tidak seksi ... Bau bawang, lagi!" ujarnya tajam sebelum akhirnya meninggalkan ruangan CEO-nya itu.Zaya mengepalkan tangan mendengar penilaian buruk Mira tentang dirinya. Ia jadi bertanya-tanya ... Apakah seburuk itu ia, hingga membuat Evan tak lagi berhasrat padanya?Tanpa terasa, air mata mulai meluruh di pipinya."Zaya, Sayang ... Jangan dengarkan Mira." Evan yang baru saja mengunci pintu ruangannya kembali berusaha mendekati sang istri yang terus menangis."Tidak, Mas. Bukankah apa yang dikatakan wanita itu benar?" Zaya memandang nanar ke arah suaminya. "Aku tidak lagi menarik untukmu. Aku gemuk, tidak cantik, apalagi seksi. Tidak seperti dia yang baru saja kamu cumbu!"Evan menggeleng. Pria itu berusaha meraih tangan sang istri yang tentu saja langsung diempas oleh wanita itu. “Zaya, tolong percaya padaku. Aku tidak ada hubungan apa pun dengannya.”Zaya menghapus air matanya lalu menatap geram suaminya. “Tidak ada hubungan katamu? Jangan mengelak, Mas!? Kalau memang kamu tidak punya hubungan dengannya, kenapa kamu mencumbunya?”"Aku tidak mencumbunya!""Kamu masih mengelak?" Zaya menyahut tak mau kalah. “Aku tahu sekarang, rupanya ini alasan kenapa kamu tidak sudi lagi menyentuhku, kan? Selain karena aku tidak lagi menarik, ternyata kamu sudah terbiasa menuntaskan hasratmu pada wanita lain!” tuduh Zaya dengan lantang.Pria tampan yang mengenakan jas berwarna biru gelap itu menyugar rambutnya kasar. Raut frustrasi kentara sekali di wajah Evan.“Zaya, demi Tuhan--""Jangan bawa Tuhan untuk bersumpah di atas perbuatanmu yang hina, Mas!" Zaya langsung memotong perkataan suaminya. "Kamu bahkan menodai pernikahan kita di depan mataku! Tidak ada lagi yang bisa kupercaya dari laki-laki brengsek sepertimu!"Zaya menghapus air matanya. Ia kehilangan pegangan. Suami yang selama ini menjadi dunianya, telah berubah 180 derajat. Hari ini, Zaya sungguh tak mengenali suaminya lagi.“Tidak. Zaya, Tunggu—"Lalu tanpa aba-aba, Zaya berlari meninggalkan Evan yang terlihat tertegun sendiri akan perkataannya.Zaya menyempatkan diri berhenti dan menoleh ke arah Mira yang menatapnya dengan penuh kemenangan sebelum melanjutkan langkahnya menuju lift.Semula, Zaya masih yakin jika Evan akan menyusulnya untuk meminta maaf atau membujuknya lagi. Untuk itu, sebelum pintu lift benar-benar tertutup, ia melihat lagi ruangan sang suami.Akan tetapi, ia yang baru saja melambungkan harapan tinggi-tinggi kembali gigit jari saat melihat pintu ruangan sang suami tertutup kembali.Zaya menangis pilu sambil melangkah meninggalkan perusahaan suaminya dengan hati penuh luka.“Selamat tinggal, Mas!”Pernikahan Evan dan Zaya berjalan cukup baik. Dengan ditempatkannya Zaya di bawah kepemimpinan manajer Ardi, rasa cemburu dan takut kehilangan yang dirasakan oleh Evan terus saja menggebu-gebu. Hingga tak terasa satu bulan perjalanan pernikahan mereka pasca rujuk kembali pun terlewati dengan baik. Evan dan Zaya memutuskan untuk pergi ke psikolog untuk melakukan aneka terapi untuk menyembuhkan Zaya dari trauma yang dialaminya pasca pengkhianatan yang Evan lakukan dan semuanya berjalan dengan mulus. Pelan-pelan, Evan dan Zaya mulai bisa mengarungi bahtera rumah tangga mereka berdua di mana saat ini adalah hari pertama mereka kembali menyatu sebagai pasangan suami istri. Evan awalnya dengan sangat terpaksa memangkas pemanasan saat melakukan kegiatan nakalnya dengan Zaya karena itulah yang menyebabkan istrinya teringat-ingat akan perbuatannya dengan Mira dulu. Sampai akhirnya sang istri mulai terlena, baru ia bisa melakukan yang ia inginkan, yaitu mencium sang istri di tengah-tengah p
“Kenalkan Zaya, ini manajer Ardi. Dia akan menjadi atasanmu mulai hari ini.”Zaya segera mengulurkan tangannya di depan sang suami yang baru saja memperkenalkannya pada calon atasannya.“Perkenalkan, saya Mazaya– sekretaris baru Anda, Pak Ardi.”Ardi menyambut tangan Zaya, kemudian tersenyum padanya. “Aduh saya jadi tidak enak, nih! Masa bawahan saya, istri atasan saya sendiri?”Zaya membalas senyuman sang atasan. “Tidak usah merasa tak enak, Pak Ardi. Perlakukan saya sama seperti sekretaris pada umumnya saja! Saya wanita yang suka bekerja secara profesional. Saat saya menjadi sekretaris Anda, jangan pernah anggap saya seorang istri dari CEO. Kalau saya melakukan kesalahan, tegur bahkan marahi saya. Saya lebih suka seperti itu, Pak.”“Duh, saya benar-benar tidak enak, Bu Zaya!” Ardi benar-benar terlihat canggung di depan Zaya dan Evan.“Perlakukan saja saya seperti bawahan Anda, Pak. Saya tidak akan mengadu kok pada suami saya,” ucap Zaya tersenyum lebar dan itu sukses membuat Evan ke
“Kenapa denganku? Bukankah aku menikah kembali karena aku tidak bisa hidup tanpanya dan menderita membayangkan berpisah selama-lamanya dari dirinya? Bukankah aku bersedih ketika melihat video kenangan kami saat kami bersama sehingga memutuskan kembali rujuk dengannya? Tapi kenapa aku tidak bisa disentuh olehnya?” Zaya hanya bisa menggumam di dalam hati tatkala ia membuka matanya tengah malam itu. Posisinya sekarang berada di kamar di rumah barunya dengan sang suami di mana Evan menghiba padanya, meminta agar dirinya bisa bertahan melewati rintangan yang terjadi pasca resminya pernikahan mereka yang kedua kali.Suaminya itu memeluknya erat, terlihat takut kehilangan. Dipandanginya wajah Evan, membuat rasa iba menyeruak di hati Zaya. Evan begitu kukuh mempertahankannya menjadi seorang istri, sementara dirinya ragu karena bisa dibayangkan ke depannya nanti, setiap kali sang suami ingin menciumnya, ia kemungkinan akan teringat sang suami mencium Mira. Ini gawat. Ini benar-benar gawat. “
Rasa kecewa sungguh menyelimuti hati Evan ketika ia berusaha ingin mencium sang istri, tapi istrinya malah berpaling. Yang lebih membuatnya syok adalah ketika sang istri mengatakan ia belum siap.Kenapa ini? Apa yang terjadi pada Zaya? Kenapa sang istri tidak mau dicium olehnya? Evan berusaha menepis semua kemungkinan terburuk yang ia pikirkan lalu ia memegangi bahu Zaya, membawanya menghadapnya.“Kenapa, Sayang? Ada apa denganmu?” tanya Evan penasaran.Zaya memejamkan matanya, berusaha menepis kenangan-kenangan buruk yang terpintas sesaat sebelum sang suami berniat mendaratkan bibirnya di bibirnya tadi. Bagaimana tidak, tanpa ia niatkan bayangan ketika Evan memagut mesra bibir Mira, kemudian bergumul panas di atas sofa di dalam kantor di mana ia menyaksikan sendiri betapa buasnya Evan mencumbu bibir sekretarisnya itu, terbayang jelas di pelupuk mata.Itu sukses memberikan rasa sakit luar biasa di hatinya. Zaya berusaha membuang semua pikiran itu, tapi tidak bisa. Ia juga tidak menger
“Wah, rumahnya bagus, Sayang!” Zaya berdecak takjub saat ia digandeng suaminya memasuki rumah baru mereka yang luar biasa megah seusai mengemasi barang-barangnya dari rumah Gea. Rumah bergaya Eropa yang lokasinya sangat dekat dengan perusahaan itu akan sangat memudahkan Zaya dan Evan pergi bekerja agak siang karena mereka berdua tak akan pernah terlambat pergi ke perusahaan.“Kamu suka rumahnya, Sayang?” tanya Evan, mengajak sang istri masuk lalu menemaninya berkeliling dan menunjukkan detail interior yang menawan.Zaya menganggukkan kepalanya, terus mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan tak hentinya merasa takjub. Bagaimana tidak, rumah yang akan menjadi huniannya yang baru dengan Evan jauh lebih besar dibandingkan rumah lama. Interior, eksterior, serta model rumahnya juga begitu elegan, persis rumah-rumah sultan di mana ada dua pilar besar di teras depan yang terhubung dengan sebuah balkon utama yang mengarah ke arah halaman depan dan ketika masuk, Zaya pun disambut sebuah ta
Zaya tersenyum pada Gea lalu menjelaskan keinginannya.“Kayaknya nggak perlu resepsi, deh. Evan juga belum mengumumkan kalau dia sudah bercerai dariku. Yang tahu hanya Mira.”“Ah, gitu! Apa Dimas sudah membekuk Mira?” tanya Gea penasaran. “Apa bisa menjebloskannya ke penjara dengan kasus yang sekarang sedang menimpa Arga? Tapi 'kan, tidak ada korbannya?”Evan segera menengahi. “Itu urusan Dimas. Dia pasti sudah menemukan bukti-bukti lain atas kejahatan Mira. Wanita itu bukan hanya jahat padaku saja, tapi juga sudah mencelakai orang-orang lain yang akan menjadi korbannya. Tidak usah membahas itu dulu karena sekarang kami ingin bicara sesuatu pada kamu.”Zaya langsung menyambung kalimat suaminya. “Makasih banyak, ya, sudah membiarkan aku tinggal di sini, Gea. Aku sungguh bersyukur mendapat sahabat yang baik sepertimu sehingga aku tidak luntang-lantung di jalan saat aku kabur dari rumah Evan. Hari ini, aku akan ikut suamiku.”Gadis berambut pendek itu mengernyitkan kedua alisnya. “Maksud
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen