Share

3. Bertemu Sang Mantan

“Zaya? Mazaya ....”

Wanita cantik berambut panjang itu menoleh ke arah suara dan mendapati seseorang pria yang terlihat mengerutkan dahi, tak percaya sekaligus raut bahagia bisa menemukannya di sini.

"Arga??" Tak kalah terkejut, wanita itu pun heran bisa menemukan pria dari masa lalunya. "Kenapa kamu ada di sini?”

Pria itu melangkah diiringi senyum di bibirnya yang semakin lebar. “Justru aku yang mau tanya, Za. Kamu kenapa di sini? Kamu kerja di sini?”

Zaya mengangguk pelan seraya menunjuk papan informasi yang ada di atas mejanya. "Seperti yang kamu lihat, aku bekerja sebagai resepsionis di sini."

Pandangan Arga menyelidik. “Kok aku tidak tahu? Kemarin kamu belum kerja di sini, kan?”

Kemarin, selepas keluar dari rumahnya bersama pria sinting itu ... Zaya dibantu salah seorang sahabatnya melamar kerja di hotel ini. Beruntung, karena posisi ini kosong dan sedang dicari ... Wanita itu diterima dengan mudah.

Ya, meski pekerjaan ini jauh dari pekerjaan dan jabatan terakhirnya, ia tetap bersyukur. Setidaknya, ia bisa memulai kariernya kembali dari awal.

"Ya, baru mulai hari ini."

Pria di hadapan Zaya menatapnya sendu, membuat ia memalingkah wajah.

Pertemuannya dengan Arga bukanlah satu hal yang ia harapkan. Terlebih, di saat hubungannya bersama Evan sedang di ujung tanduk.

“Dunia sungguh kecil, ya? Perasaan, baru beberapa waktu yang lalu kamu memutuskanku demi menikah dengan Evan, adik tiriku." Arga sempat terkekeh kecil, sebelum kemudian menatap Zaya lagi dengan kerutan di kening. "Kenapa kamu tidak bekerja kembali ke Hotel Buana?”

Pria yang ada di hadapannya ini adalah mantan kekasihnya. Mereka putus karena hubungan jarak jauh, juga Arga yang dinilai Zaya terlalu dingin, tak acuh pada hubungan mereka.

Saat mereka terlibat keributan besar, pria itu kemudian memutuskannya dan memilih mengejar kariernya. Pada saat itulah, seorang Evan hadir dengan segudang perhatian. Mazaya yang sedang terluka pun merasa begitu diratukan.

“Belum tentu mereka mau menerimaku yang sudah resign selama dua tahun."

Arga terlihat mengangguk. Kemudian, pria itu kembali bertanya, “Tapi kenapa kamu memilih menjadi resepsionis?”

Zaya tersenyum getir. Andai ia tidak bertindak bodoh dengan memilih fokus pada rumah tangganya dengan Evan ... Mungkin ia tidak akan kehilangan karier cemerlangnya dulu.

“Apalagi? Aku memang benar-benar membutuhkan pekerjaan ini,” jelas Zaya seperlunya.

“Suami kamu mengizinkan kamu bekerja di sini, Za?” tanya Arga ingin tahu.

Mazaya tidak bisa berkata-kata, apalagi menjelaskan apa yang terjadi pada pernikahannya. Tidak etis rasanya berbagi berbagi kesedihan dengan laki-laki yang pernah sangat dekat dengannya itu.

Zaya juga tak ingin membandingkan keduanya. Bagaimana pun, Evan-lah orang yang ada bersamanya kala ia hancur ditinggal Arga. Meski sekarang, Evan juga yang kini membuatnya kembali hancur tak bersisa.

“Tidak masalah, Ga. Aku ingin kembali bekerja dan tidak ada satu orang pun yang bisa menghalangiku,” sahut Zaya ambigu. "Bukankah aku berhak atas apa pun yang ada di diriku?"

Mata Arga sontak menyipit curiga menatap wanita yang tidak pernah berubah di matanya. “Kamu ribut sama suami kamu?” tanya Arga ingin tahu.

Zaya buru-buru menunduk, tak ingin Arga sampai membaca sorot kesedihan di matanya. “Maaf, aku tidak bisa menceritakan masalah pribadiku." Zaya buru-buru mengambil tasnya. "Sekarang sudah waktunya aku pulang. Permisi, Ga.” Kemudian ia meninggalkan Arga langsung menuju ke arah lift.

Membahas Evan, atau berbincang lebih lama dengan Arga berpotensi membuat ia kembali mengingat luka kemarin yang masih belum kering. Matanya yang masih sembab itu bahkan sudah kembali berembun. Kalau tak cepat-cepat pergi dari hadapan Arga, mungkin ia sudah menangis sekarang.

Namun, belum sempat Zaya masuk ke dalam lift, tiba-tiba tangannya ditarik oleh Arga.

“Kamu mau ke mana? Kita belum selesai bicara.”

“Jangan sekarang, Ga, aku mau pulang.” Zaya berusaha berpaling, tak mau menunjukkan air matanya pada sang mantan.

“Selagi aku belum izinkan, kamu tidak bisa pulang,” tegas Arga.

Mau tak mau Zaya menyeka air matanya lalu menoleh pada Arga karena merasa kebingungan. “Apa maksud kamu?”

Arga mulai mengembangkan senyumnya lalu mengulurkan tangan di depan Zaya. “Perkenalkan, aku CEO plus pemilik hotel Diamond ini, Mazaya Azalea.”

***

“Minumlah, Za!”

Arga menyodorkan secangkir Latte yang merupakan minuman favorit Zaya saat mereka masih bersama. Pria itu juga tak lupa memesan pie vanila favorit sang mantan di kafe hotel miliknya. Senyum tak lepas dari bibir pria itu, berbanding terbalik dengan Zaya yang memilih untuk tetap dingin dan menyahut seperlunya.

Ya, setelah berusaha keras dan menghalangi Zaya pergi, pada akhirnya pria itu berhasil membuatnya untuk tetap tinggal.

“Makasih.” Zaya meraih kopinya lalu mulai menyesapnya pelan.

Tak pernah ia duga, bisa bekerja di hotel milik mantan kekasihnya. Zaya sebenarnya sangat gugup, tapi ia menutupinya karena tak mau permasalahan dengan Evan, adik tiri mantannya terbongkar.

“Sekian tahun berlalu, kamu tetap tidak berubah, Za. Kamu selalu terlihat cantik.”

"Pujianmu tidak mempan, Ga."

Zaya tersenyum getir. Meski wanita itu sadar, tatapan Arga pun tak pernah berubah ... Selalu berbunga dan penuh damba, ia sadar jika tak seharusnya ia terlena dengan pujian itu.

Lagi pula, bisa saja Arga hanya membual untuk menghiburnya. Andai pria di depannya tahu bagaimana penampilannya kemarin, sudah pasti Arga juga akan menilainya sama ... Kumal dan bau.

Pria di dunia ini memang sama, kan? Di mulut manis dengan bilang akan menerima apa adanya, tetapi pada akhirnya mereka tetap mengutamakan penampilan di atas segalanya.

“Aku serius. Kamu tetap cantik di mataku.”

Zaya meletakkan minumannya lalu menatap lembut Arga, berharap bisa segera pergi dari hadapannya, tak ingin terus-terusan dirundung penyesalan karena telah membuang laki-laki sebaik itu demi seonggok sampah.

“Aku sudah menghabiskan kopiku. Kalau tidak ada yang mau dibicarakan, aku mau pulang.”

Arga menggeleng pelan. “Aku belum mengizinkanmu pulang. Aku masih ingin bicara. Bagaimana hubunganmu dengan adik tiriku? Apa pernikahanmu bahagia?”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Safiiaa
lanjut Kak, makin seruuu...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status