Share

Bab 9

Penulis: Piemar
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-10 08:44:21

Andini mendorong gerbang besi rumah perlahan. Deritannya seolah menyambutnya dengan dingin.

Rumah itu masih sama—kelam dan menegangkan, seperti kenangan yang terus menghantui. Semua telah berubah semenjak kematian ibu kandungnya.

Begitu langkahnya menyentuh teras, pintu utama terbuka keras. Di sana berdiri pria berkulit sawo matang. Andika Raharja dalam balutan kemeja kerja menyambutnya dengan tatapan yang menusuk tajam seperti pisau belati. Tatapannya seakan-akan ingin merobek-robek putrinya yang membangkang.

“Dasar anak tak tahu malu!” Suara baritonnya menggema di udara.

Lalu tanpa tedeng aling-aling …

Plak!

Sebuah tamparan mendarat di pipi Andini, begitu keras hingga tubuhnya sedikit terhuyung. Udara sore itu terasa makin dingin menampar kulitnya.

“Kamu pikir bisa seenaknya keluar rumah, lalu muncul lagi seolah tak terjadi apa-apa?” lanjut sang ayah penuh emosi.

Seketika waktu terasa berhenti. Tamparan itu tidak hanya melukai pipinya namun lebih dalam lagi. Hatinya terluka!

Baru
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 129 What a beautiful surprise

    Di kantor pusat PT Hadinata Pharmaceutical, Dewandaru Hadinata, CEO yang lebih banyak dikenal dengan tatapan tajam dan kata-kata minim basa-basi sedang duduk membungkuk di belakang meja. Dasi dilonggarkan, jas digantung di belakang kursi kulit mahal. Wajahnya tak asing di majalah bisnis, tapi hari itu... wajahnya kusut.Hari ini partner luar negeri membatalkan kontrak ekspor. Salah satu produk unggulan mereka terkena isu label. Dan tim legal bikin keputusan sepihak.Dewa mendengus pelan. Hari ini benar-benar sial. Sampai akhirnya...Pintu ruangannya diketuk.“Pak Dewa, ada tamu…” ucap Zaka dari balik pintu.“Suruh tunggu di luar. Saya nggak terima siapa pun sekarang,” jawabnya datar.

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 128 Kejutan yang menegangkan

    “Minum dulu, Na. Ini teh kesukaan Mamimu waktu kuliah dulu,” katanya sambil tersenyum lembut. “Teh melati,”Naura mengangguk sopan. “Terima kasih, Aunty, eh, Mami. Wah... aku baru tahu rumah Mami segedeeee ini. Ini bukan rumah, tapi mansion seperti di Dracin,”Dengan cepat, Naura bisa cepat berbaur. Ia memang supel dan komunikatif. Padahal awalnya ia canggung bertemu dengan sahabat ibunya—yang memang sudah lama tak bersua.“Dracin kesukaan Mamimu.” Salwa tertawa kecil. “Ah, ini juga rumah lama. Udah sejak Dipta kecil. Rumah Daddy Jonathan, kakeknya Dipta. Cuma jarang penuh, karena kita semua sibuk. Ramai kalau nanti ada anak-anaknya Teh Nuha kemari. Maklum, Dipta kan anak tunggal,”Naura tersenyum, tapi pandangannya sempat terlempar ke arah tangga. Tak ada suara dari atas. Sejak Dipta naik ke kamar, suasananya sunyi. 

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 127 Bicara berdua

    Ruang makan keluarga Hadinata malam itu tampak elegan seperti biasa. Meja panjang kayu jati dipenuhi aneka hidangan rumah yang menggugah selera; sup buntut, ayam bakar madu, sambal mangga, dan tumis kacang panjang.Surya, sang kepala keluarga, duduk di ujung meja, berwibawa dalam batik biru tua. Di sebelahnya Ratih, ibunda Dewa, dengan senyum manis yang sedikit kaku malam itu. Kursi-kursi lainnya telah terisi oleh Rania dan suaminya Rama, Amira, Bima dan Amanda yang sedang hamil, dan Jelita.Dewa menarik kursi, duduk dengan anggun dan sikap tenang, walau dadanya terasa sesak. Semenjak ada masalah di perusahaan dan istrinya, ia malas jika harus berkumpul di sana. Apalagi, ada Bima dan Amanda.“Terima kasih sudah menyempatkan datang, Dewa,” ujar Ratih sambil menyendokkan sup untuknya. Sang ibu sangat merindukan suasana kumpul semua anaknya.“Ya, Ibu,” jawab Dewa sing

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 126 Calon cucu menantu?

    Satu jam berlalu, suasana di dalam mobil beneran hening dan sunyi mirip kuburan. Tidak ada obrolan maupun musik yang menemani selama perjalanan. Namun sesuatu yang tidak diharapkan terjadi. Suara guntur terdengar nyaring lalu diikuti tetesan hujan yang awalnya merintik lalu menderas menimpa atap mobil.Naura meringis ketika mereka masih berada di jalan area perkebunan yang terlihat sepi dan menyeramkan. Mereka sudah melewati perbatasan Jakarta-Bogor. Ia mau mengantar dr Dipta pulang ke rumahnya.Pria dingin di sebelahnya hanya diam, melirik ke jendela lalu menyandarkan kepalanya pada kursi dan memejamkan matanya.‘Ini beneran kan orang bukan bot? Kok biasa aja ya lihat hujan gede. Mana ada petir lagi nambah dramatis.’Sisi lain, jantung Naura jedag-jedug, takut sekali. Jarak pandang pendek. Hujan lebat benar-benar berhasil menutupi jalan. Alhasil, ia tidak bisa melihat dengan jelas. Oleh karena itu ia melambatkan tempo kendaraannya. Baru saja ia menghela nafas, kucing belang yang se

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 125 Mr Kulkas Empat Pintu

    Sore hari di apartemen, Andini masih berkutat di depan Laptopnya yang menyala di meja belajar, tab “BAB IV – HASIL PENELITIAN” terbuka rapi. Kini bab skripsinya sudah mengalami kemajuan. Dr Chan juga tidak mempersulitnya. Semua terasa lancar bagai air sungai. Gadis berkacamata tebal itu bersyukur akan hal itu. Ternyata, di balik kesedihan yang ia lewati, akhirnya ia bisa mendapatkan kebahagiaan setelahnya. Ia hanya butuh sabar dan berdoa.Andini duduk dengan hoodie kebesaran dan rambut dicepol asal-asalan. Di sebelah laptop, secangkir kopi susu buatan sendiri mengepul, dan sticky note warna-warni penuh semangat tertempel di pinggir layar.“Bismillah... bab empat, kita mulai dengan damai ya,” gumamnya, mengetik cepat. “Jangan rewel ya, please,”Tangannya menari di atas keyboard. Angka-angka dari kuesioner yang dikumpulkan beberapa minggu lalu mulai ia olah. Grafik mulai terbentuk, tabel SPSS yang dulu menakutkan kini tampak seperti sahabat karib. Ia mengerjakannya dengan teramat hati-

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 124 Sebuah Pertemuan

    “Pak Dewa, ada tamu,” Suara Zaka terdengar saat ia melesak masuk ke ruangan CEO tepat setelah rapat penting di perusahaan.Mendengar suara Zaka, Dewa mengangkat mata sembari membetulkan kacamata baca yang bertengger di hidung mancungnya. Helaan nafas lolos di bibirnya. Hari ini ia cukup letih dengan pekerjaan kantor yang tidak ada habisnya.“Suruh masuk,” kata Dewa lalu menggeser tumpukan dokumen kerja itu ke samping laptop. Kini ia beralih pada ponselnya. Saat ia merasa jenuh, maka ia akan menggulir layar ponselnya untuk melihat foto-foto dirinya bersama kekasih hatinya.Gerakan tangannya terhenti tatkala menangkap suara seorang wanita yang familiar. Wajahnya seketika berubah tegang. “Mas, maaf mengganggu,” imbuh wanita bertubuh semampai itu menghampiri Dewa. Ia duduk di atas kursi ergonomis di depannya bahkan sebelum pria itu mempersilahkannya.Dewa hanya berkedip pelan. Zaka keluar dari ruangan itu untuk memberi ruang dan waktu.“Katakan dengan cepat! Aku sedang sibuk,” kata Dewa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status