“Menghilang bagaimana maksudmu?”Lalu si penelepon menceritakan semua hal yang ia dapat dari ibu panti tanpa ada yang ditutupi perihal menghilangnya sang anak dibawa kabur oleh seseorang. Kini tak satu pun orang yang tahu keberadaannya. Tak siap mendengar kabar itu sambungan telepon langsung terputus begitu saja. Lelaki yang bernama Ibnu itu memijit pelipisnya dengan perasaan sedih yang luar biasa. Padahal dia sudah merencanakan membawa anak itu kehadapan istrinya yang hampir 25 tahun hidup dalam keadaan menderita menanti pulangnya sang buah hati. Untung dia belum menceritakan kepada istrinya, kalau dia sudah menemukan putranya. Surprise di hari ulang tahun istrinya harus tertunda sementara waktu, sampai sang anak ditemukan. Raut sedih terpancar jelas di wajahnya. Matanya berkaca-kaca menahan sesak di dada.'Harus berapa lama lagi hamba menunggu untuk bertemu anak hamba ya Allah. Tolong lindungi dia di mana pun ia berada. Jangan pisahkan kami lagi ya Allah. Biarkan kami berkumpul, m
“Waalaikumsalam,” sahut pak Ibnu dengan wajah terkejut bukan main. Netranya membola seketika, saat melihat tamu di hadapannya. Ternyata pendengarannya tidaklah salah. Suara itu adalah suara mantan karyawannya dulu, dulu sekali. Sudah lama berlalu.“Kamuu....”“Iya, ini saya Pak, bagaimana kabar bapak?” tanya sang lelaki itu basa basi untuk mencairkan suasana yang sempat tegang.“Kamu datang ke sini hanya untuk menanyakan kabar saya?”“Itu salah satunya pak, karena sudah lama kita tidak bertemu. Tapi saya punya tujuan lain ingin bertemu dengan bapak."“Iya untuk apa kamu sebenarnya datang ke sini? Setelah sekian tahun, baru sekarang kamu muncul di hadapan saya.”“Seperti yang saya katakan sebelumnya, kedatangan saya ke sini ingin membicarakan tentang....” Belum juga pria itu selesai bicara telah dipotong oleh pak Ibnu.“Tidak perlu diteruskan, sekarang saya mengerti, tanpa kamu beritahu pun saya sudah menduganya. Jadi selama ini kamu yang menyembunyikan keberadaan putra saya.” Cecar p
"Ada kabar baik," ucapnya setelah mendaratkan bokongnya di kursi. Pria tua yang masih terlihat gagah itu melempar senyum ke arah Ilman dan teman-temannya.“Ada kabar baik apa Pa, kenapa papa gak bilang di rumah. Kenapa harus ke sini?” tanya Ilman penasaran. Penasaran dengan kabar baik yang dibawa papanya hingga harus datang ke tempat ini. Ini pasti ada hubungannya dengan kasus yang tengah diselidikinya. Tidak mungkin kasus lain.“Apa ini ada hubungannya dengan orang tua Faiq Pa,” tanya Ilman menduga-duga ingin memastikan. Kalau iya betapa bahagianya Faiq bisa bertemu dengan orang tua yang sudah dia cari sebulan terakhir ini. Tepatnya dua Minggu menjelang pernikahannya.“Tepat sekali, makanya papa ke sini, tidak bicara di rumah, supaya kalian bisa langsung dengar sekaligus tanpa papa harus mengulang-ngulang cerita.”Dengan sangat menggebu lelaki tua itu menjawab pertanyaan sang anak dengan wajah bahagia. Mewujudkan kebahagiaan anaknya merupakan keinginan terbesarnya. Apalagi setelah me
"Pak Abraham, silakan duduk!" Ibnu menyambut tamunya dengan senyum sumringah. Ia sungguh tak sabar mendengar kabar yang dibawa tamunya.Betapa tidak, inilah hari yang dia tunggu-tunggu dengan tak sabar dari kemaren. Asa membuncah dalam rasa. Saat ibu panti memberitahunya bahwa ada seorang pria yang ingin bertemu mengabarkan keberadaan sang putra, dia jadi semangat berkali lipat. Sekian tahun menunggu, akhirnya keberadaan sang putra mulai ada titik terang.Setelah mendapatkan nomor telepon orang tersebut dari ibu panti, keduanya saling membuat janji bertemu. Maka di sinilah mereka sekarang.Sementara tiga pria yang bersama pak Abraham menatap lekat-lekat wajah ayah yang dirindukan oleh sahabat mereka Faiq. Ketiganya saling pandang haru, tak menyangka mereka lebih dulu bertemu dengan ayah sahabatnya. Padahal mereka tau betapa Faiq merindukan lelaki yang tampak begitu gagah itu.“Baik! Terima kasih Pak,” sahut pak Abraham seraya tersenyum ramah tak lupa saling berjabat tangan. Lalu menda
“Sekarang jelaskan posisi terakhir kalian. Saya akan meminta orang kepercayaan saya untuk menyelidi melalui cctv di sepanjang jalan yang kalian lewati.” pinta Pak Ibnu mulai mengerahkan tenaga dan pikirannya untuk mencari keberadaan sang putra yang telah lama dinantinya. Tidak ada waktu untuk berpangku tangan. Semakin cepat bertindak semakin cepat juga mengetahui dan mendeteksi posisi Faiq berada.Ikhsan dengan gamblang menceritakan posisi terakhirnya saat Faiq dibawa kabur dengan motor kepada pak Ibnu. Sesekali pria itu tampak marah, berani-beraninya pria itu membawa putranya di hari bahagianya. Awas saja, jika saya temukan kalian tidak akan saya beri ampun, gumam Ibnu dalam hati. Penjara tempat yang pantas untuk kalian, karena berani bermain-main dengan saya. Geram pak Ibnu dalam hati.Setelah mengetahui duduk perkaranya, serta merta pak Ibnu berdiri lalu mendekat ke arah tiga lelaki dan memeluknya bergantian. "Sekali lagi terima kasih atas bantuan kalian semua, kami sekeluarga tid
“Emang Abi tidak punya firasat seperti Umi, umi merasa Ela tengah bersedih hati mengenang nasib tragis yang menimpanya, kemudian prustasi dan akhirnya berniat mengakhiri hidupnya. Bisa saja-kan," ujar umi Rosyida tampak cemas dan mulai mengkhawatirkan anak gadisnya.“Tidak mungkin umi, Ela anak yang kuat, tidak mungkin dia melakukan hal serendah itu. Percaya sama Abi, anak Abi itu anak terdidik dan kuat iman. Jadi tak mungkin dia berbuat hal yang tercela. Umi jangan berpikiran buruk dulu," pungkas Abi Hisyam sedikit kecewa dengan pandangan sang istri terhadap Ela."Sekuat-kuatnya orang bila terus diterpa badai akan rapuh Abi. Umi rasa sekarang Ela tak sanggup lagi memikul semua komplik yang dialaminya. Makanya Ela ....” umi Rosyida tak sanggup meneruskan perkataannya, andai benar itu yang dilakukan Ela. Umi Rosyida tak sanggup membayangkan hal itu. Wanita itu tertunduk dengan air mata tak berhenti mengalir. Gestur tubuhnya menunjukkan semakin resah dan gelisah. Sementara sang suami te
“Bro! Kayaknya ini orang yang kita cari. Lihat nih! Wajahnya sama dengan wajah orang yang difoto ini.” Tunjuk salah satu pria menyodorkan ponsel ke wajah dua temannya. Ketiganya menatap foto itu secara seksama, serta mengangguk serentak.“Benar Ini orangnya, harus kita tolong segera. Jangan sampai terlambat, bos bisa marah nanti.” ujar salah seorang pria, kemudian mendekati lelaki yang tengah terbaring dalam keadaan tidak sadarkan diri."Tega benar orang itu meninggalkan dia dalam keadaan pingsan begini." celetuk salah seorang dengan perasaan khawatir. "Namanya juga orang jahat, mana punya perasaan.""Bisa jadi orang jahat itu sengaja meninggalkannya di sini untuk menghilangkan jejak? lihat saja tangan pemuda ini juga tidak terikat." "Sepertinya pemikiranmu tepat sekali. Kalau begini, bagaimana kita bisa melacak pelakunya.""Sudah! jangan pikirkan itu dulu. Keselamatan pemuda ini yang harus kita pikirkan lebih dulu."Ketiga pria itu pun langsung memberikan pertolongan dengan membawa
Pak Ibnu dan Bu Arina tampak bingung. Lalu tak lama kemudian pak Ibnu baru ingat. Mungkin saja orang suruhannya menggunakan nama Faiq sesuai identitas yang ada di dompetnya. Mungkin nama itu yang di daftarkan oleh orang yang menemukannya kemaren. Saya yakin sekarang, pasti nama itu yang di daftarkan, gumam pak Ibnu dalam hati.“Maaf Suster, sepertinya kami yang salah menyebutkan nama. Coba Suster ketik nama pasien Faiq, lengkapnya Faiq Ayyubi, itu pasien yang ingin kamu temui,” Ucap pak Ibnu.“Baik! Mohon tunggu sebentar.” Suster itu bergegas mengetik nama sesuai yang disebutkan pak Ibnu dan benar saja nama itu muncul dilayar komputer, beserta ruangan dan di kamar berapa. Suster Yati yang tertulis di name tag itu menyampaikan pada pak Ibnu.“Pasien ada di ruangan Kamboja kamar 321 Pak,” jawab Suster tak lama kemudian."Alhamdulillah, ternyata ada ya Sus, kami sudah panik duluan tadi." kelakar pak Ibnu mengurangi ketegangan yang sempat terjadi. Suster membalas dengan senyuman. "Kalau d