Share

Bab 4

Author: Sherlys01
last update Last Updated: 2025-09-29 20:04:50

Di malam hari, Eva tidak bisa tidur. Ia ingin pergi ke toilet, tetapi ia tidak tahu cara untuk menurunkan pagar besi tersebut. Ia terus meraba dan menggoyangkan pagar besinya.

“Kamu mau ngapain?”

Eva terkejut dan langsung menoleh ke belakang. William sedang berdiri di samping kasur dengan mata yang terkantuk.

“Aku… mau ke toilet.”

“Aku sudah pernah bilang ‘kan, kalau perlu sesuatu langsung beritahu aku saja.”

“Kamu saja sedang tidur, bagaimana aku- ahh!”

Tanpa aba-aba, tubuh Eva sudah digendong oleh William. “shh… sudah malam jangan teriak-teriak.”

“Kamuu..” Eva langsung memukul dada William.

William hanya tersenyum melihat tingkahnya, lalu ia segera membawa Eva ke toilet. Pergerakan yang tiba-tiba itu membuat Eva refleks merangkul leher William.

Saat keluar dari bangsal, cahaya lampu mulai menyinari wajah William. Kulitnya yang putih terlihat sangat bersih, hidungnya mancung, bibir tipisnya samar-samar tampak tersenyum. Eva juga bisa mendengar suara detak jantung William yang stabil.

Perlu diakui, pria ini ternyata cukup tampan. Beberapa detik kemudian Eva tersadar, ia segera menggelengkan kepalanya dan menepis semua pikirannya.

“Ada apa?”

Eva menundukkan kepalanya, pipinya sedikit merona. “Ng-nggak, nggak ada apa-apa.”

William melihat wajah Eva yang mulai memerah, ia menghentikan langkahnya. “Kenapa wajahmu jadi merah begitu? Kamu demam?” ia menyentuh dahi Eva dengan satu tangannya.

Eva buru-buru menepis tangannya, “nggak! Aku nggak demam kok…”

“Hm… setelah kita balik nanti, aku coba ukur suhu tubuhmu.”

“Sudah ku bilang, aku nggak demam!”

William tidak mengubris perkataannya, ia lanjut berjalan lagi ke toilet. Bahkan Eva sampai tidak bisa berkata-kata lagi. Beberapa menit kemudian, mereka kembali ke bangsal.

William mengambil termometer dari kotak P3K yang ia taruh di atas meja, lalu mengukur suhu tubuh Eva. Saat termometer itu sudah berbunyi, William menariknya.

“Hm, nggak demam.”

Dahi Eva berkerut, “aku ‘kan sudah bilang kalau nggak demam, nggak percayaan banget sih?!”

William menyentil dahi Eva, “tentu saja. Karena setiap omongan harus disertai tindakan. Sudah, tidur lagi sana.”

Eva mendengus kesal, tapi perkataannya tadi memang tidak salah. Setiap kata-kata yang tidak disertai dengan tindakan, itu seperti tong kosong nyaring bunyinya. Banyak orang yang bisa berkata manis tetapi tidak bisa membuktikannya.

William mendorong tubuh Eva perlahan, “tubuhmu masih sakit?”

“Enggak.”

“Oke, berarti lukamu sudah mulai sembuh. Seharusnya beberapa hari lagi kamu sudah bisa keluar dari rumah sakit.”

Setelah membaringkan Eva, William berjalan ke pojok ruangan, ia duduk bersandar di dinding, ia memejamkan matanya sambil menyilangkan tangan di depan dada.

Eva mendongakkan kepalanya dan melirik ke arah William.

‘Kenapa posisi tidur pria ini sangat aneh? Memangnya badan dia nggak bakal pegal? Ah, sudahlah… bukan urusanku ini.’ Pikir Eva.

Eva kembali membenamkan wajahnya ke bantal.

Selama beberapa hari ini, William selalu mengurus Eva dengan baik. Bahkan ia sampai cuti kerja beberapa hari demi menemani Eva. Setiap hari William selalu memastikan Eva makan tepat waktu, saat ingin ke toilet pun ia juga membantunya pergi.

---

Di pagi hari, William sedang mengganti perban Eva. Gerakannya sangat lembut dan juga hati-hati. Eva menatap William, wajahnya terlihat sangat serius.

Eva mengalihkan pandangannya.

‘Cuma ganti perban doang kenapa harus seserius itu sih?’ pikirnya.

“Sudah selesai.”

Lamunan Eva langsung terpecah. Ia melirik ke arah tangannya yang sudah terbungkus perban dengan rapi.

“Ada apa?”

Eva menggelengkan kepalanya, “nggak… nggak ada apa-apa.”

Terdengar suara pintu diketuk.

“Aku buka pintu dulu ya.”

William bangkit berdiri dan berjalan menuju pintu. Ia membuka pintunya lalu membawa masuk kursi roda. Ia menoleh ke arah Eva sambil tersenyum lembut.

“Kamu pasti bosan ‘kan? Udara diluar sangat sejuk, mau jalan-jalan?”

Eva menyilangkan tangannya di depan dada dan memalingkan wajahnya.

“Nggak perlu. Lagipula di luar juga nggak ada sesuatu yang menarik.”

Setelah berbicara, mata Eva sesekali melirik ke arah kursi roda. William menyadari tingkahnya, lalu ia tertawa.

“Kenapa kamu ketawa?”

William menghampiri Eva, “kamu ini ya… kalau memang mau keluar langsung bilang saja. Kenapa harus pura-pura menolak begitu sih?”

“Aku nggak pura-pura kok- EHH!”

William mengangkat Eva. Eva refleks melingkarkan tangannya ke leher William. Kemudian, William menurunkan Eva di kursi roda.

“Ayo kita keluar.”

William mendorong kursi roda itu keluar dari bangsal. Setelah keluar dari pintu rumah sakit, Eva merasakan angin sepoi-sepoi mengenai kulitnya.

Eva memejamkan matanya dan ujung bibirnya perlahan naik membentuk sebuah senyuman. Ini kali pertama William melihat Eva yang tersenyum lembut, senyuman itu membuat Eva terlihat cantik dan menggemaskan.

“Bagaimana? Udaranya sangat segar ‘kan?”

“Lumayan.”

Walaupun Eva menjawabnya dengan dingin, sebenarnya ia sangat menikmatinya. William membungkukkan badan dan tangannya bertumpu pada pegangan kursi roda.

“Kalau begitu, bersyukurlah karena kamu masih hidup dan bisa merasakan udara segar seperti ini.”

Ekspresi Eva berubah menjadi sedih. Belakangan ini, ia merasa kalau hidup itu bagaikan neraka yang sangat gelap. Tidak ada sesuatu yang bisa dinikmati, hanya ada penderitaan.

Eva teringat kembali akan masa lalunya, dari kecil dia memang sudah seperti seorang budak bagi keluarganya. Dia harus melakukan semua pekerjaan rumah tangga, lalu harus berjualan makanan demi mendapatkan uang jajan.

Namun saat ini, entah mengapa kalau ia merasa William sedikit berbeda. Ia tidak memperlakukannya dengan buruk malah seperti seorang putri. Tetapi Eva terus berusaha untuk tidak mudah luluh, karena banyak orang yang terlihat baik diluar tapi busuk di dalam.

“Coba kamu lihat keatas.”

Eva melirik ke atas melihat langit yang biru dan juga cerah.

“Langitnya sangat indah bukan? Pemandangan seperti ini nggak bisa kamu lihat kalau kamu nggak mau berjuang untuk hidup. Selain itu, masih ada banyak hal di dunia ini yang bisa kamu nikmati.”

Eva tidak berkata apapun, ia terus memperhatikan awan-awan yang bergerak dengan perlahan. Matanya tampak berkaca-kaca.

William mendorong kursi rodanya ke arah taman. Di taman itu terdapat bunga-bunga yang bervariasi. Ia membawa Eva mendekati bunga tersebut.

Eva mendekatkan wajahnya dan tercium aroma bunganya sangat harum sehingga membuat hati menjadi tenang. William hanya berdiri di belakang sambil menatap gadis itu dengan tatapan yang lembut.

William memetik salah satu bunga dan memberikannya kepada Eva, “untukmu.”

Mata Eva membelalak, “kenapa kamu petik sembarangan? Nggak takut dimarahin?”

“Tenang saja, nanti aku akan bilang ke pihak rumah sakitnya.”

Eva mengambil bunga tersebut dengan ragu, ujung bibirnya sedikit terangkat.

“Eva.”

William melirik ke arah Eva, “hm?”

“Namaku adalah Eva Brown. Aku belum kasih tahu namaku padamu ‘kan?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dosenku Penyembuh Lukaku   Bab 5

    William tampak tertegun. Ia tak menyangka kalau Eva memperkenalkan dirinya begitu saja. Lalu bibirnya perlahan membentuk senyuman lembut.“Eva ya? Nama yang sangat indah.”Eva langsung menoleh ke arah William, “indah apanya? Namaku ini ‘kan tergolong pasaran dan terdengar biasa saja…”William mendorong kursi roda Eva dan berkeliling di sekitar taman. Eva hanya duduk diam sambil mengamati bunga-bunga yang melewatinya.“Kamu tahu nggak kalau nama kamu itu sebenarnya punya arti yang sangat indah, bahkan jauh lebih indah dibandingkan bunga-bunga ini.”Eva menggelengkan kepalanya, “memangnya ada nama yang lebih bagus daripada nama bunga?”“Tentu saja ada. Salah satunya adalah namamu sendiri, Nama ‘Eva’ sebenarnya memiliki arti ‘hidup’ atau bisa juga ‘pemberi kehidupan’. Sangat indah ‘kan?”Eva terkejut mendengarnya, ia tidak mengatakan apapun. Bahkan dirinya sendiri tidak menyangka kalau namanya memiliki makna yang cukup dalam.William menghentikan langkahnya, lalu ia berlutut sehingga waj

  • Dosenku Penyembuh Lukaku   Bab 4

    Di malam hari, Eva tidak bisa tidur. Ia ingin pergi ke toilet, tetapi ia tidak tahu cara untuk menurunkan pagar besi tersebut. Ia terus meraba dan menggoyangkan pagar besinya.“Kamu mau ngapain?”Eva terkejut dan langsung menoleh ke belakang. William sedang berdiri di samping kasur dengan mata yang terkantuk.“Aku… mau ke toilet.”“Aku sudah pernah bilang ‘kan, kalau perlu sesuatu langsung beritahu aku saja.”“Kamu saja sedang tidur, bagaimana aku- ahh!”Tanpa aba-aba, tubuh Eva sudah digendong oleh William. “shh… sudah malam jangan teriak-teriak.”“Kamuu..” Eva langsung memukul dada William.William hanya tersenyum melihat tingkahnya, lalu ia segera membawa Eva ke toilet. Pergerakan yang tiba-tiba itu membuat Eva refleks merangkul leher William.Saat keluar dari bangsal, cahaya lampu mulai menyinari wajah William. Kulitnya yang putih terlihat sangat bersih, hidungnya mancung, bibir tipisnya samar-samar tampak tersenyum. Eva juga bisa mendengar suara detak jantung William yang stabil.

  • Dosenku Penyembuh Lukaku   Bab 3

    William membaringkan tubuh Eva dengan perlahan, ia mengambil selimut dan menyelimutinya hingga ke dada. William menatap Eva sejenak, pikirannya sedang kacau. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan sekarang ini.Ponsel milik William berdering, lalu ia mengangkatnya.‘Pak, saya sudah mencari tahu informasi tentang anak itu. Dia bernama Eva Brown, usia 19 tahun. Ibu kandung Eva sudah meninggal dunia sejak ia dilahirkan, jadi sekarang dia tinggal bersama ayah dan ibu tirinya.’William melirik ke arah Eva, tetapi ia hanya diam mendengarkan. Terdengar lagi suara dari telepon.‘Selama tinggal di keluarga tersebut, Eva tidak pernah makan dengan kenyang. Kamarnya juga ditempatkan di gudang yang sempit, sejauh orang yang sering memberikannya makan hanyalah para pelayan saja.’William menghembuskan nafas panjang, ia tidak menyangka kalau Eva sudah sangat menderita selama ini. Tidak heran jika gadis itu sudah tidak memiliki semangat hidup lagi.“Apa yang sebenarnya terjadi di malam itu? Sebelum d

  • Dosenku Penyembuh Lukaku   Bab 2

    Eva merasa tubuhnya seperti terguncang dan terdengar suara orang yang berbicara.“Cepat bawa dia ke UGD!”Tetapi suara tersebut semakin lama semakin menghilang, hingga akhirnya semua terasa sangat hening.‘Ibu, sebentar lagi aku akan menyusulmu. Tunggu aku ya.’Sementara itu di luar ruang UGD, seorang pria sedang berbincang dengan dokter.“Bagaimana keadaannya?”Dokter menghela nafas, “hah… nyawanya berhasil kami selamatkan, untung saja bapak membawanya tepat waktu. Tetapi kondisi tubuhnya sangat memprihatinkan.”Dokter tersebut menoleh ke arah Eva yang sedang tak sadarkan diri di ruang UGD. Ia menggelengkan kepalanya.“Kami menemukan cukup banyak luka luar di seluruh tubuhnya, lukanya terlihat seperti bekas cambukan. Bahkan menyebabkan pembuluh darah di kakinya pecah.”Pria itu sedikit terkejut, “separah itu? Lalu bagaimana dengan kondisi fisiknya yang lain?”Dokter tersebut diam sejenak, ia terlihat sedang menarik nafas dalam-dalam. Lalu ia mulai berbicara.“Selain luka luar, dia ju

  • Dosenku Penyembuh Lukaku   Bab 1

    “Dasar anak durhaka! Berani-beraninya kamu mencuri barang kakakmu!”“Bu-bukan aku yang mencurinya- AHH!”Mason mengayunkan tangannya, cambuk tersebut mengenai tangan Eva hingga meninggalkan garis panjang merah yang pedih. Eva jatuh tersungkur.“Padahal kami sudah bersusah payah membesarkanmu. Seperti inikah caramu membalas budi??”Tubuh Eva gemetaran disertai rasa perih yang menusuk. Air mata Eva mengalir dengan deras di wajahnya.“Bukan aku...”“Masih nggak mau ngaku ya??”Mason mengangkat tangannya, Eva buru-buru merangkak ke arah Mason dan memegang kakinya.“Ayah, aku mohon percayalah padaku. Bukan aku yang mencuri barang kakak.”Mason mendorong tubuh Eva menggunakan kakinya, “kalau bukan kamu lalu siapa lagi?? Di rumah kita, cuma kamu yang berani melakukannya.”Eva terdorong, tangannya yang penuh dengan luka menopang tubuhnya yang hampir jatuh ke lantai. Dengan perlahan ia mendongakkan kepalanya.“Sudahlah, Eva. Lebih baik kamu mengaku saja, ayah pasti mau kok memaafkanmu.”Eva me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status