Chapter 51Dunia yang SempitSabtu sore setelah menutup tokonya Bianca bersama Lisa pergi ke distrik Salamanca, Evander mengusulkan untuk menyewa toko yang letaknya tidak jauh dari pusat perbelanjaan kelas atas di Salamanca. Awalnya Bianca ragu, tempat itu memang sangat strategis untuk berdagang dan mengingat harga sewa di sana pastinya sangat mahal sehingga Bianca menolak usulan Evander yang menurutnya kurang perhitungan.Evander kemudian mengingatkan jika Bianca tidak perlu merisaukan masalah uang sewa. Sebenarnya dalam benaknya Bianca enggan menerima bantuan Evander, bukan tidak menghargai Evander yang berusaha menjadi garda terdepannya dan menunjukkan tindakan sebagai pria yang bertanggung jawab. Tetapi, Bianca lebih senang jika dalam bisnisnya mengandalkan kemampuannya sendiri dan Evander hanya cukup membantunya dalam bentuk imateril. Namun, itu sepertinya tidak mungkin terjadi karena Evander bukan orang yang hanya duduk menyaksikannya bekerja sendirian. Evander yang merupakan s
Chapter 50Bianca dan Toko Bunganya Hari keenam berada di negara bagian Timur Tengah dan Evander sedang berada di ruang kerja putra pertama pemilik maskapai, Mohammad Al Meer yang ruangannya lebih besar dari apartemen Evander di Madrid. Al Meer adalah figur yang sangat mudah diajak berdiskusi, bahkan dengan kesibukannya sebagai calon penerus ayahnya, pria itu meluangkan banyak waktu untuk Evander. Al Meer juga menyebutkan dirinya sebagai teman baru Evander sehingga obrolan mereka menjadi jauh lebih santai tetapi tidak melenceng dari materi dan selain membicarakan pengalaman dalam menjalankan bisnis di kantor dan di lapangan, Al Meer sering mengajak Evander pergi keluar untuk melihat-lihat negara yang baru pertama kali Evander kunjungi dan mencicipi banyak makanan khas Timur Tengah. Juga melihat budaya yang pastinya sangat bertolak belakang dengan budaya Eropa. Saat Evander menerima kabar dari Bianca yang mengabarkan jika agen properti menghubungi, membatalkan sewa lahan yang secara
Chapter 49Wanita Bijaksana “Maaf, membuatmu menunggu,” kata Ryan sembari menarik kursi di depan Delina lalu duduk. “Kenapa mengajakku bertemu selarut ini?” Delina menatap Ryan Vazquez yang telah dikencaninya selama tujuh tahun dengan perasaan yang berkecamuk. Kecewa, marah, iba, dan sedih karena harus menjalani kehamilan dan mengurus anaknya kelak seorang diri. Namun, Delina segera menapis perasaan itu menjauh karena saat ini yang ia butuhkan adalah ketenangan untuk berbicara dengan baik di depan Ryan. Ia telah menyusun kalimat per kalimat dengan sangat baik selama beberapa hari dan ia tidak ingin tampil payah di depan Ryan yang mungkin telah masuk ke dalam jebakan keluarga wanita yang akan dinikahinya. Tetapi, semua ini karena ulahnya. Ryan tidak mungkin masuk jebakan jika tidak berselingkuh darinya dan apa yang terjadi pada Ryan, Delina anggap setimpal dengan perbuatannya. Delina menghela napasnya. “Sudah lama kita tidak makan di luar dan bersantai seperti ini, jika kuingat-ing
Chapter 48Tanda KeseriusanSuasanya kamar yang tadinya dipenuhi dengan desahan dan geraman, juga suara dua tubuh yang berbenturan kini menjadi hening. Evander menyurukkan kepalanya di ceruk leher Bianca seraya mengatur napasnya dan setelah beberapa saat ia mengangkat kepalanya lalu mendaratkan kecupan di kening Bianca yang memejamkan mata.Bianca perlahan membuka matanya dan tatapannya dan tatapannya bersobok dengan Evander, ia tersenyum canggung.Evander ragu-ragu tersenyum dan berkata, “Apa kau menyesal?” “Kenapa harus menyesal?” ucap Bianca seraya membelai kening Evander, mendorong rambut Evander ke atas. Evander kembali mengecup kening Bianca dengan lembut. “Aku sangat mencintaimu,” bisiknya.Bianca sudah mendengar kalimat itu berkali-kali saat mereka bercinta dan setiap Evander mengatakannya, Bianca merasakan jika tubuhnya terasa ringan seolah hendak melayang.Bianca tersipu dan mengusap pipi Evander. “Aku juga mencintaimu.” Evander menatap Bianca beberapa saat lalu berkata,
Chapter 47MilikkuEvander memeluk Bianca dari belakang, mereka berada dalam bathtub yang berisi air hangat dan ini adalah pertama kali mereka mandi bersama. Setelah kembali dari pusat rehabilitasi mental, Evander tidak banyak bicara bahkan saat mereka makan malam Evander lebih banyak diam, Bianca ingin bertanya apa yang dibicarakan Evander dengan ibunya, tetapi sepertinya kurang tepat karena setelah berbincang hanya berdua dengan ibunya mata Evander terlihat merah dan sembab. “Kau harus berjanji untuk tidak membuatku khawatir selama aku berada jauh darimu, oke?” kata Evander seraya meletakkan dagunya di pundak Bianca sementara tangannya berada di atas paha Bianca.“Aku tidak akan pingsan lagi, jangan khawatir,” kata Bianca sembari tersenyum tipis.“Ingat untuk selalu memberiku kabar, jangan mematikan ponselmu.” Bianca menoleh dan ujung hidungnya menyentuh pipi Evander. “Bukannya kau yang sering mematikan ponselmu?” Evander tersenyum hambar. “Aku tidak pernah melakukannya lagi, sek
Chapter 46Perlindungan IbuSelasa pagi Bianca telah berada di tokonya, ia keluar dari rumah sakit Senin pagi dan keadaannya dipastikan telah dipastikan tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi. Rasanya kembali beraktivitas sangat menyenangkan, berada di rumah sakit meskipun hanya dua hari sungguh membosankan. Sebenarnya Bianca sudah merengek untuk meninggalkan rumah sakit sejak hari minggu sore karena ia tidak merasakan keluhan apa pun lagi, tetapi dokter mengatakan masih ingin mengobservasi keadaannya. Don seperti biasa disibukkan dengan tanamannya, ia terlihat lebih bersemangat karena cuaca pagi itu cerah dan hangat sehingga ia memindahkan beberapa tanaman di dalam pot agar mendapatkan cahaya matahari langsung sementara Alma seperti biasa membersihkan ruangan toko dan menata bunga-bunga di vas. Bianca membaca laporan aktivitas penjualan dan pengeluaran toko, ia juga memeriksa jumlah pesanan bunga hari ini.Pukul dua belas pintu tokonya digeser dan Bianca yang sedang membungkus buke