Dalam pusaran kehidupan Istana Damar Langit yang dipenuhi intrik dan konflik, Elang Taraka yang tidak mempunyai kedudukan dan kemampuan olah kanuragan dijadikan tumbal keserakahan. Dia hanyalah seorang asisten tabib dengan bekal ilmu pengobatan terbatas, tapi direkomendasikan untuk menyembuhkan sang Putri yang wajahnya mulai tumbuh jerawat yang parah oleh orang yang sengaja ingin memanfaatkan situasi. Dijadikan sebagai sasaran fitnah oleh seseorang yang berniat buruk untuk merebut Damar Langit dari Prabu Maheswara Kamandaka, Elang yang bernasib sial harus dibuang ke hutan Wono Daksino akibat fitnah tersebut untuk menjalani hukuman. Alih-alih mati diterkam binatang buas, Elang bermetamorfosa menjadi manusia paling kuat di seantero Damar Langit. Dialah yang akhirnya akan menjadi pahlawan yang berhasil merebut kembali Damar Langit dari musuh ketika berhasil mendapatkan pusaka sakti dan guru yang mempunyai ilmu kanuragan tinggi di Wono Daksino. Simak kisahnya dalam novel berjudul Elang Taraka di GoodNovel.
View MoreSuasana di sekitar Kerajaan Damar Langit sangat mencekam. Langit yang tadi pagi begitu cerah, kini terlihat mendung. Begitu pun dengan sang Raja dan sang Ratu, entah bagaimana kabarnya? Apa kedua pasangan itu juga ikut mendung atau bahkan hujan tangis terus mengalir deras, melihat apa yang sudah terjadi dengan kerajaan yang kini di ujung tanduk.Raden Mas Hadyan Ganendra celingak-celinguk begitu berhasil menyusup di Kaputren. Tak ada sosok Raden Ayu Kenes Kirana di setiap tempat yang dia sisir. Pemuda mengusap mukanya gusar. Napasnya tesengal dengan wajah tertarik. Rasa kecewa jelas tergambar di wajahnya. Ksatria Jumantara yang menginginkan Kenes menjadi pendampingnya itu tengah kebingungan. Dia mendapati ruangan pribadi pujaan hatinya telah kosong melompong. Jejak Kenes tidak ditemukan di seluruh Kaputren. Bahkan, tidak ada seorang Dayang pun yang bisa dimintai keterangan perihal ini. Membuat hati pria itu kecewa.Di luar sana, suasana sangat mencekam. Prajurit bawahan Kanjeng Senop
Beberapa Hari Sebelum PembelotanSemburat warna jingga di langit bagian barat tampak begitu menawan. Kawanan burung terbang secara berkelompok setelah puas seharian mencari makan untuk keluarganya, menambah suasana senja semakin indah.Hanya saja, keindahan yang menaungi senja di kerajaan Damar Langit ini, tak seindah suasana hati Gusti Prabu Maheswara Kamandaka. Pria paruh baya yang masih terlihat gagah itu sedang duduk termenung di taman Kaputren bersama Gusti Ratu. Dua hari ini, dia terus tenggelam dalam rasa tidak nyaman. Entah kenapa sikap Senopati Bratasena dua hari lalu sangat mengganggu hati dan pikirannya. Gusti Ratu yang sedari tadi duduk di sampingnya, ikut gusar."Kanda, apakah ada yang mengganggu hati dan pikiranmu?" tanya Isyana Kusumawardani lembut.Gusti Prabu menghela napas panjang. Lalu, dia membuangnya pelan-pelan."Dinda, entah kenapa ... aku merasa Paman Senopati sedang menyembunyikan sesuatu." Gusti Prabu berkata dengan gusar.Permaisuri menatap wajah suaminya de
Nyanyian jangkrik dan hewan hutan lainnya sedang mengalunkan kidung cinta untuk Sang Penciptanya. Elang tidur dengan gelisah. Beberapa kali dia menggumamkan sebuah nama dalam tidurnya.Kenes.Keringat membanjiri tubuh Elang Taraka. Padahal udara Wono Daksino malam ini dingin menusuk tulang."Bangun, Le! Kamu mimpi buruk lagi."Bukan sekali dua kali Elang memimpikan Raden Ayu, sudah tujuh malam ini. Maha Resi Acarya Adiwilaga sampai keheranan dengan kejadian berulang yang menimpa tidur pemuda itu."Kenes." Pria berambut putih itu menggoyang-goyangkan tubuh Elang supaya terbangun dari tidurnya."Elang, bangun!"Elang bangun dan duduk dengan napas tersengal seperti habis lari ribuan kilo meter. Sementara keringatnya mengalir deras dari sekujur tubuh. Menandakan dia begitu lelah dengan mimpinya. "Ada apa?""Aku mimpi yang sama lagi, Guru," resahnya. Cerita mengalir begitu saja dari mulut Elang. Dia menceritakan semua kejadian yang terjadi dalam mimpinya. Dia melihat, Kenes tengah memin
Kanjeng Senopati Raden Mas Bratasena terlihat berjalan mondar-mandir di pendopo saat Selir Gayatri berjalan tergopoh-gopoh mendekat ke arahnya. Wajah pria paruh baya itu tampak gusar, seolah menahan rasa geram yang luar biasa.Kedatangan para Ksatria dari Jumantara dua hari yang lalu di istana, membuat hatinya resah dan gelisah.Ambisi Senopati Bratasena untuk bisa mempersunting Kenes Kirana sangat besar. Gadis molek itu selalu menjadi kembang tidur pria gagah itu setiap malam. Dia harus memikirkan cara yang tepat untuk menyelesaikan persoalan ini segera, karena besok Gusti Prabu akan membuat keputusan perihal lamaran itu."Kangmas, kamu harus membantuku kali ini!" Selir Gayatri dengan wajah diliputi amarah, tak sabar untuk melaporkan apa yang telah dilakukan Ratu Isyana Tunggaldewi pada pelayan setianya."Ada apa? Kenapa kamu begitu gusar, Nimas?" tanya Senopati menahan kesal. Sudahlah dia sedang pusing memikirkan cara untuk mengenyahkan para ksatria dari Jumantara, sekarang adiknya
Sejak Elang belajar dan menguasai ajian gineng dari sang guru, pendengarannya menjadi lebih tajam. Dia bisa memahami bahasa binatang. Elang paham dengan erangan Loreng dan hewan lainnya. Seringkali dibuat takjub dengan apa yang didengarnya. Ternyata, bukan hanya manusia saja yang selalu memanjatkan pujian syukur pada Pemilik Langit dan Bumi. Para binatang juga melakukannya.Terkadang, Elang dibuat senyum-senyum sendiri saat mendengar obrolan burung yang sedang berkicau. Seperti hari ini. Sudut bibirnya terus terangkat naik mendengar burung hutan yang bertengger di pohon samping gubuk."Kuperhatikan sejak tadi, kamu terus saja tertawa," tukas sang Guru.Elang tersenyum malu, karena ketahuan sedang mencuri dengar obrolan sepasang burung di atas pohon."Ti-tidak, Guru. Hanya sedang berlatih," sahutnya pelan."Berlatih?" Maha Resi mana percaya. Berlatih apa? Sejak tadi, Elang hanya bengong saking asyik menyimak perbincangan receh sepasang burung yang sedang saling memuji satu sama lain,
Setelah berjumpa dengan Maha Resi Acarya Adiwilaga, kehidupan seorang Elang Taraka berubah seratus delapan puluh derajat. Selama ini dia tidak menguasai dasar-dasar ilmu kanuragan sama sekali. Hanya dalam waktu enam bulan berselang, telah bertransformasi menjadi seorang pendekar pilih tanding."Hiyaaat. Hiyaat."Elang terus berlatih dengan penuh semangat untuk menaikkan level kemampuannya dalam ilmu Kanuragan. Jika bukan karena fisik naga birunya, dia tidak akan secepat ini berakselerasi. Bahkan Maha Resi Acarya Adiwilaga sendiri juga mengakui hal tersebut. Elang menyerap ilmu darinya seperti air yang mengalir. Sungguh menakjubkan!"Elang, kamu sangat beruntung mendapatkan Mustika Naga Biru. Fisik naga biru telah menyatu denganmu, sehingga kamu berkali-kali lipat lebih cepat menyerap semua ilmu kanuragan yang kuajarkan padamu," puji Acarya Adiwilaga takjub."Ini adalah berkah tersembunyi dari ketaatan pada Guru." Jika bukan karena menjalankan titah Maha Resi untuk mengambil air dari
Di Balairung istana, wajah Gusti Prabu Maheswara Kamandaka sedang bermuram durja. Dia tidak senang dengan sikap Senopati Bratasena yang tidak sopan. Bagi Gusti Prabu, sikap Senopati Bratasena bisa mengakibatkan hubungan dua kerajaan itu berubah memburuk. Sementara Sang Senopati tetap duduk dengan tenang di tempatnya, seolah tidak merasa bersalah. Hal itu semakin membuat hati Gusti Prabu diliputi rasa tidak senang."Apa alasan Kangmas Senopati berkata seperti itu di hadapan Raden Mas Hadyan Ganendra?"Gusti Prabu menegur sang Senopati. Gelar Senopati adalah bawahan Raja, akan tetapi dia menunjukkan rasa hormat yang tinggi kepada Perwira utama kerajaan Damar Langit itu karena Raden Mas Bratasena adalah Kakak dari salah satu selirnya."Mohon ampun, Gusti Prabu. Pendapat saya pribadi, Raden Mas Hadyan Ganendra bukanlah orang yang tepat untuk menjadi suami Raden Ayu." Senopati berkata dengan tegas."Apa alasannya, Kangmas Senopati?""Raden Mas Hadyan terlalu ambisius, dia tidak mewarisi ka
6 bulan kemudian Sinar mentari pagi bersinar redup, membaurkan aura syahdu yang mendebarkan. Kanjeng Senopati memindahkan tempat tinggal Mbok Sumi di area dalem Senopaten, karena wanita paruh baya itu telah diangkat sebagai tabib pribadi Kanjeng Senopati Raden Mas Bratasena.Berbagai pertanyaan timbul tenggelam dalam benak wanita paruh baya itu. Putranya telah diberikan label penjahat di Istana, tapi Kanjeng Senopati malah memberinya posisi istimewa ini. Tentu saja ada kecurigaan di dalam hati Mbok Sumi.Tak ada perubahan berarti di Istana Damar Langit sejak Elang dijatuhi hukuman pengasingan di Wono Daksino beberapa bulan yang lalu. Kecuali makin intensnya para prajurit Senopaten berlatih kanuragan. Bahkan mereka berlatih siang dan malam silih berganti dari beberapa kelompok.Diam-diam, wanita paruh baya itu selalu mengintip aktivitas para prajurit. Seperti hari ini, dia juga melakukan hal yang sama. "Sumi, ternyata kamu begitu lancang memata-matai para prajurit yang sedang berlati
Elang yang beberapa saat lalu terkapar dengan rasa sakit yang teramat sangat, perlahan merasakan perubahan. Begitu rasa sakit itu menghilang, tubuhnya perlahan terasa lebih ringan dan segar. Bahkan semua indranya berubah menjadi lebih jernih dan sensitif. Kegelapan goa bawah tanah yang nyaris tidak bisa ditembus dengan cahaya, sekarang terlihat terang benderang dalam pandangan matanya. Bukan hanya indra penglihatan saja yang makin jernih. Elang bisa merasakan indra lainnya juga mengalami perubahan."Setidaknya, kamu harus mengucapkan terima kasih padaku, Anak Muda!" Suara bariton yang sama kembali terdengar menyapa indra dengar."Kenapa aku harus berterima kasih pada sesuatu yang bahkan tak berani memunculkan diri di depanku?" sahut Elang begitu kesal. Sejak tadi hanya berani bicara dari balik tabir. Setelah sesuka hati membuatnya kesakitan setengah mati, sekarang menyuruh Elang berterima kasih padanya. Huh...."Lancang!" Dinding goa bergetar hebat, seakan dihantam dengan kekuatan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.