Elegi Cinta Raka dan Nana

Elegi Cinta Raka dan Nana

Oleh:  Kanya Kalyana Kamanika  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
5Bab
1.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Raka dan Nana menikah karena perjodohan. Mulanya cinta belum tumbuh di antara mereka. Pada saat hubungan mereka baru saja menghangat, Renata--kekasih lama Raka-- datang dan mengganggu rumah tangga mereka. Siapa yang memenangkan hati Raka pada akhirnya?

Lihat lebih banyak
Elegi Cinta Raka dan Nana Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
5 Bab
Awal mula
"Bisa gak sih, geser dikit tidurnya? Dah tahu ranjangnya sempit, tidur banyak gaya gitu!" Aku menyemprot Mas Raka, yang lagi gegoleran di ranjang."Kamu itu, Na, galaknya melebihi anjing penjaga rumah tetangga!" "Biarin! Habisnya situ jahil sih! Suka ambil kesempatan dalam kesempitan. Mentang-mentang lagi ada bapak ibuku di sini." Aku masih saja mengomel panjang lebar kali tinggi kali luas alas kali volume kali, kali, ah entahlah ...."Yang ngambil kesempatan dalam kesempitan itu siapa? Kan bermesraan dah jadi kesepakatan kita, toh? Orang cuma meluk-meluk dikit, nggandeng tangan, sama nyium kening dikit aja loh, ngamuknya kaya' Kingkong gitu! Memangnya kamu mau, bapak ibumu tahu kondisi kita yang sebenarnya, terus tahu-tahu ibumu kena serangan jantung?" Seperti biasa, Mas Raka memberikan jawaban diplomatis.Kuhentakkan kakiku ke lantai keras-keras. Menyesal kemudian benar-benar tak ada guna. Seminggu yang lalu, aku sudah resmi menikah dengan lelaki
Baca selengkapnya
Flashback
Mulai deh, Ibuk mengeluarkan ceramahnya. Kulirik Mas Raka yang duduk di sampingku. Dia mesam-mesem aja. Pingin kudorong aja dia, soalnya duduknya nyender-nyender ke badanku, agak risih jadinya.Karena gak ada yang menjawab, Ibuk malah melanjutkan ceramahnya lagi."Nanti, kalau misalnya kamu sudah hamil, resign saja dari kerjaanmu, Na. Toh penghasilan suamimu sudah nyukupi to. Kamu di rumah saja mengurus rumah dan anak-anakmu. Iya kan, Nak Raka?""Iya, Bu. Saya sih terserah Nana saja."Ibuk terlihat mengangguk puas. Iya, Ibuk puas, aku yang terhempas. Gimana mau hamil, wong hingga saat ini, segelku masih rapat belum dibuka kok. Piye toh, Buk? Tunggu ya, Buk, nanti kalau sudah siap, sudah nyaman sama Mas Raka, aku tak minta 'jatahku'. Yaelah, istilahnya gitu amat yak. Nafkah batin, maksudnya. Tau-tau dah malam aja. Bapak sama Ibuk sudah masuk kamar sebelah, padahal sekarang baru jam setengah sembilan. Dah pada ngantuk rupanya. Aku sama Mas Raka
Baca selengkapnya
Setelah tiga bulan
Aku segera menghentikan langkahku. Siapa tahu akhirnya Ibuk tak tega melihatku meninggalkan rumah, menikah dengan orang asing, lalu tiba-tiba ingin membatalkan pernikahanku. Bisa saja, kan? "Kamu sudah jadi istri orang loh ya, Nduk, kurangi pecicilanmu!" ujar Ibuk dengan lantangnya, mematahkan harapanku. Aku langsung meneruskan langkahku. Aku berjalan sambil mencebikkan bibir. Dasar Ibuk! Bisa-bisanya loh, di depan mertua dan keluarga lainnya, bilang kaya' gitu. Kubanting pintu mobil keras-keras. Lalu kami pun berangkat meninggalkan rumahku. Ada sedih yang menyeruak di hatiku. Duh, kaya' apa rasanya tinggal seatap dengan orang lain?  *** Alhasil, pagi ini aku bangun kesiangan. Kulihat Mas Raka sudah tak ada di kasur. Sayup-sayup terdengar ramai orang mengobrol. Sepertinya mereka bertiga tengah sarapan bersama. Ealah, aku ditinggal. Ya gak apa-apa sih, yang penting jangan dihabisin aja lauknya. Soalnya aku ini tipe orang yang 'wani rekasa ning ra
Baca selengkapnya
Pasca penolakan
"Ya, sudah ...."Aku pun balik kanan, meninggalkan Mas Raka. "Na!" Aku langsung membalikkan badanku, siapa tahu dia berubah pikiran, kan?  "Maaf, ya, Na." Aku menganggukkan kepalaku, lalu berjalan menuju kamarku, dengan sejuta Hal yang berkecamuk di pikiranku. Jangan-jangan Mas Raka gak doyan perempuan? Atau aku kurang seksi? Jangan-jangan dia 'jeruk makan jeruk' nih. Langsung kutendang jauh-jauh ide terakhir konyol itu. Aku yakin Mas Raka normal, buktinya, pas kemarin lihat dadaku itu, dia 'on'.  Besok aku mau dandan yang cantik, lah, kalau di rumah mau pakai dress casual yang seksi-seksi, biar Mas Raka kepincut pingin meng-unboxing aku. Astaga, ngeres bener kan pikiranku? Unboxing-unboxing melulu isinya. Ketika masih asyik-asyiknya merem, mimpi bercengkerama dengan pangeran dari antah berantah, tersengar pintu kamarku digedor-gedor. Sialan. Dengan mata masih merem melek dan belekan, aku bangkit dari kasur lalu membuk
Baca selengkapnya
Hasil penyelidikan
"lha kok malah nanya aku. Ngomong-ngomong, kamu sendiri pinginnya gimana? Mau lanjut apa mau stop?" Sumpah aku pusing, mau menjawab apa. Masak iya sih, mau stop begitu saja? Entar Bapak sama Ibuk gimana dong? Bisa-bisa dikutuk jadi batu beneran aku.  "Keluar yuk, Na. Daripada bengong aja di rumah." Aji membuyarkan lamunkanku. "Yuk lah. Tunggu ya, aku pamit sama Mas Raka." Setelah minta izin, kami pun berangkat. Aji mengajakku ke pusat perbelanjaan. Di sana, ia membelikanku beberapa potong pakaian. Duh, senengnya. Berasa lagi dapat lotre deh. Setelah makan siang bersama, Aji mengantarku pulang. Sesampainya di rumah, Mas Raka sudah menyambutku dengan muka masam. "Lama bener sih, perginya?" "Maaf, Mas, tadi saya ngajak Nana shopping sebentar. Gak apa-apa, kan?" Mas Raka hanya membalas dengan tersenyum kecut-kecut asem gimana gitulah. Setelah Aji pulang, Aku segera mencoba baju baruku. Bolak-balik ngaca, ampe cerminnya bosan.&
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status