Share

Bab 3

Penulis: Bintu Hasan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-09 18:33:26

Ayah langsung duduk di samping Mas Dika. Wajah lelahnya masih terlihat jelas, peluh membasahi tubuh lelaki yang sangat mencintaiku itu. Untuk menghindari amarah, ibu meminta ayah mandi lebih dulu untuk melepas penat.

Aku bernapas lega ketika ayah tersenyum, lalu melangkah ke kamar mandi. Sekarang harus mencari tahu cara menyampaikan berita ini ke ayah. Lelaki paruh baya yang menjadi pahlawan untuk istri dan anaknya itu pasti sangat terluka ketika anak gadis satu-satunya harus ditinggal lelaki yang telah melamar dua minggu lalu.

"Telepon Ilham!" titah Mas Dika membuatku membelalakkan mata.

"T-tapi, Mas?" 

Mas Ilham mengembus napas kasar. "Telepon atau mas datangi langsung!" geramnya.

Ibu memegang tanganku dengan tatapan seakan meminta segera menelepon Mas Ilham. Aku takut Mas Dika melakukan kekerasan karena mereka seumuran, yaitu tiga tahun di atasku. Dengan ragu aku merogoh ponsel dan menelepon lelaki yang saat ini masih bersemayam dalam hati.

Panggilan ke tiga baru diangkat. Tanpa diduga, Mas Dika merampas ponsel itu dari genggamanku. Tangan kekarnya menekan ikon loudspeaker, lalu mengusap wajah kasar. Aku yakin, dia tersulut emosi.

"Maaf, Mas Ilham tadi ke luar–"

"Ini siapa?" potong Mas Dika cepat. Dia terlihat tidak sabaran.

"Nurul Hafizah."

Mas Dika menatapku penuh tanya, aku mengangkat kedua bahu sebagai tanda tidak tahu. Baru saja Mas Dika ingin menutup telepon, tiba-tiba terdengar suara Mas Ilham. Mereka mengobrol ringan yang kemudian harus berhenti karena Nurul memberitahu ada telepon untuknya.

"Halo?" sapa Mas Ilham dari balik telepon.

"Ilham, kalau kamu benar lelaki, datang ke rumah sekarang!" gertak Mas Dika.

"Sekarang tidak bisa karena ada urusan dengan ca ... maksudku dengan Nurul."

"Urusanmu dengan adikku belum selesai, aku tunggu sekarang atau aku yang datang langsung ke rumahmu!" 

Mas Ilham setuju dengan permintaan itu, suaranya gagap. Terdengar pula rengekan Nurul yang tidak terima hari ini batal jalan-jalan. Aku jadi curiga perempuan itulah yang menjadi alasan Mas Ilham memutuskan lamaran. Entah apa status mereka, tidak ada yang tahu.

Sepuluh menit kemudian, ayah keluar dari kamar dengan wajah berseri-seri. Aku merasa tidak enak jika saja senyum itu akan sirna dalam hitungan detik. Beliau duduk di samping ibu sekarang, lalu bertanya tentang apa yang membuat kami kumpul di ruang tengah padahal seharusnya melakukan kesibukan masing-masing.

"Ibu mau bicara, tapi tolong jangan marah." Ibu berusaha santai walau wajahnya terlihat tegang. "Tentang Ilham dan Yumna," lanjutnya.

"Kenapa? Ada masalah? Tanggal pernikahan tidak cocok atau apa? Ditunda?" kejar ayah.

"Ilham mem–"

"Ibu!" potongku seraya memegang bahu ibu. "Mungkin sebaiknya aku saja yang bicara pada ayah, Bu."

Setelah mendapat anggukan dari ibu, aku menarik napas panjang berulang kali. Tidak lama setelah itu, aku mulai menceritakan dari awal sampai akhir dengan suara gemetar dan air mata yang berbaris membasahi pipi. Ayah tercengang, kedua matanya membelalak sempurna.

Senyum itu benar sirna. Aku sangat terluka pun menyesal tidak mendengarkan Mas Dika. Kalau saja waktu itu aku menolak lamarannya, pasti tidak akan ada kejadian seperti ini. Keluarga kami hanya akan merasakan bahagia. Ataukah ini bagian dari ujian?

"Lalu, apa orangtuanya Ilham tidak ada tindakan apa-apa selain menelepon?" tanya ayah dengan suara lemah.

"Tidak, Yah, katanya terlalu malu untuk bertatap muka." Mas Dika yang menjawab.

Tatapan ayah kosong, aku jadi ingat kejadian dua hari sebelum lamaran. Orangtua Mas Ilham menelepon dan memberi kabar kalau beliau akan datang membawa rombongan keluarga dan seorang ustaz untuk meminang. Saat itu mata ayah berbinar sampai menangis haru, lalu beliau dengan gerak cepat menelepon saudaranya yang ada di kota untuk datang ke rumah menghadiri acara lamaranku.

"Ayah kenapa?" tanya Mas Dika saat itu.

"Adik kamu, Dik. Adik kamu mau dilamar laki-laki yang agamanya baik!" jawab ayah antusias.

Mas Dika tersenyum, langsung memelukku sejenak. Bahkan dia tidak merasa sedih jika aku menikah lebih dulu. Sebegitu sayangnya Mas Dika pada adik sendiri. Sementara ibu, beliau terus berucap syukur dan tidak sabar menunggu hari berikutnya.

"Ilham telah mencoreng nama baik keluarga kita. Lamaran yang dibatalkan ini akan menjadi buah bibir tetangga bahkan sampai satu kampung," lirih ayah masih dengan tatapan kosongnya memecah lamunanku.

***

Setelah salat asar, Mas Ilham sudah tiba di rumah. Dia sendirian padahal tadi saat menelepon sedang bersama perempuan yang entah siapa. Aku menggigit bibir dengan rasa was-was takut Mas Dika tidak bisa menahan emosi.

"Apa alasanmu memutus lamaran ini sepihak, Ilham? Juga kenapa tidak bicara langsung, melainkan hanya mengirim pesan." Ayah membuka percakapan. Mas Ilham terlihat biasa saja tanpa rasa bersalah.

"Tidak ada salahnya menyampaikan lewat pesan Whats*pp karena belum menikah, Pak. Orang yang sudah menikah saja bisa menalak istrinya dengan mengirim sms."

"Ilham!" bentak Mas Dika, dia berdiri dengan tangan terkepal. Beruntung ibu langsung memaksanya duduk kembali.

"Kalian datang ke sini dengan cara baik-baik, melamar dengan melibatkan ustaz pula. Kami terima dengan baik bahkan tanggal pernikahan sudah ditentukan. Lalu, kenapa sekarang tiba-tiba memutus lamaran tanpa diskusi atau memberi alasan yang masuk akal?" Ayah masih berusaha meredam amarah.

Mas Ilham menunduk, bibirnya terkatup rapat. Entah kenapa aku merasa kasihan juga pada lelaki itu. Walau bagaimana pun akhirnya dia datang juga ke sini meski tanpa orangtua atau keluarga lainnya yang menemani. Namun, tidak bisa disangkal bahwa luka yang berusaha aku balut kembali menganga.

Lelaki itu masih diam, tiba-tiba dari luar rumah muncul seorang perempuan yang memakai jilbab sepinggang. Dia cantik dan sangat manis. "Maaf, semuanya. Aku mau minta antar pulang sama Mas Ilham karena ibuku menelepon."

Semua pandangan mengarah pada perempuan itu. Mungkin dia yang bernama Nurul Hafizah karena suaranya persis saat di telepon tadi. Dada bergemuruh hebat karena terbakar api cemburu. Aku memang kalah cantik darinya.

"Maaf, Pak, Bu. Aku harus pamit mengantar Nurul pulang dulu." Suara Mas Ilham masih terdengar santai. Aku jengkel dibuatnya.

"Kamu lelaki tidak bertanggung jawab, Ilham!" geram Mas Dika mengarahkan telunjuk di depan wajah Mas Ilham.

"Aku tidak peduli kamu bilang apa, Dik. Satu hal yang pasti adalah aku bukan lagi calon suami adikmu, tetapi Nurul. Ya, ini perempuan yang berhasil memikat hatiku sehari setelah melamar Yumna."

Ayah berdiri hendak memukul Ilham, tetapi ditahan ibu. Aku tahu beliau naik pitam mendengar anaknya diperlakukan buruk seperti itu. Akan tetapi, aku tidak bisa berbuat banyak karena sekarang kami bukan siapa-siapa.

"Semoga Mas Ilham bahagia bersama Nurul," lirihku, lalu melangkah masuk kamar dengan hati hancur tanpa kepingan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
Semoga Ilham Sadar KARMA mempermalukan orang kira kira apa yang di dapat
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
syukurlah klu kau nyadar g secantik si nurul. masih muda tapi kamu kegatelan minta dinikahi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • GAGAL MENIKAH KARENA ORANG KETIGA   Bab 100

    "Ibu, apa lamaran Gus Hanan ditolak saja?" tanyaku ragu-ragu.Selama ini sibuk menimbang hingga sekarang masih belum menemukan jawaban padahal ba'da dzuhur mereka akan datang sesuai janji Gus Qabil malam tadi. Jejak kenangan terus tereja dalam memori sejak waktu terasa tak berdetak begitu Mas Dika menyampaikan unek-uneknya."Apa alasanmu menolak lamaran Gus Hanan? Dia baik agama dan akhlaknya. Lantas tidak takut jika kelak musibah menimpa kamu? Beliau akan datang bersama Kyai Sholeh, apa berani menolak?"Aku diam, semua yang dikatakan ibu ada benarnya. Namun, bagaimana dengan Mas Dika yang kehilangan cahayanya? Apakah ditakdirkan hidup sebagai mentari redup?"Bu, aku belum mencintai Gus Hanan dan malu pada keluarganya yang semua orang berilmu. Coba Ibu bayangkan dilamar putra kyai yang sangat disegani. Semua orang akan mengira aku bodoh, tetapi memang sulit menjalaninya," lirihku."Apa maksudmu menolak lamaran Gus Hanan?" Pertanyaan Mas Dika berhasil meluruhkan air mata yang sejak tadi

  • GAGAL MENIKAH KARENA ORANG KETIGA   Bab 99

    "Maaf, Mas. Haram melamar pinangan orang lain," gumamku berhasil membuat Mas Ilham membisu.Selama ini aku tidak pernah menduga akan dilamar untuk kali ketiga. Padahal sudah banyak waktu terlewat menuai luka yang begitu dalam.Aku menunduk, tidak sanggup menatap wajah yang penuh kedukaan apalagi jika melihat mata Mas Ilham. Pasti ada perih yang seketika membelenggunya. Aku memejamkan mata berusaha menenangkan diri."Carilah perempuan lain, Ham. Yumna sudah dilamar Gus Hanan. Jawabannya sudah ada hanya belum menyampaikan.""Tapi aku cinta ....""Cinta saja tidak cukup. Takdir yang menentukan sementara kita menjalani. Tiada cinta tanpa pengorbanan. Mungkin memang ini yang sudah menjadi takdirmu. Terima saja walau perih merajai hati." Penjelasan Mas Dika cukup bisa membungkam lelaki itu.Masalah kesungguhan hati, aku bjsa merasakannya. Dia memeriksakan diri, kemudian kembali dengan sejuta harapan berujung nestapa. Kejujuran memang a

  • GAGAL MENIKAH KARENA ORANG KETIGA   Bab 98

    "Diamlah! Cinta adalah sebutir permata yang tak bisa kaulemparkan sembarangan umpama sebutir batu." –Jalaluddin Rumi.***"Mas, janji loh ya temani ke toko jilbab. Aku tuh mau pakai jilbab baru saat menerima lamaran!" teriakku sambil mengetuk pintu kamar Mas Dika.Tidak ada sahutan padahal sudah puku sepuluh siang. Kalau terus-terusan begini lebih baik pergi sendiri. Aku meminai sekliling rumah mencoba menemukan kunci motor. Nihil."Mas, kunci motor ada di kamu?" teriakku kesal.Bukannya menjawab, Mas Dika malah tertawa jahat. Aku semakin kesal sampai menendang daun pintu tersebut. Rengekanku tidak berarti lagi, Mas Dika kekeuh menutup pintu.Sialnya karena ayah ibu tidak ada di sini, jadi dia bebas berulah. Berulang kali aku memutar otak agar bisa menemukan cara, tetap gagal. Memang ada satu lagi, tetapi tidak meyakinkan.'Coba saja! Kalau gagal, gak apa!', bisik hati nuraniku.Pintu kamar kembali kuketuk. "Ya udah, engg

  • GAGAL MENIKAH KARENA ORANG KETIGA   Bab 97

    Ada pesan What$app dari Nurul yang izin bertamu jam dua siang. Sebenarnya it's okay, hanya saja nanti Mas Dika marah. Permintaannya ditolak, tetapi tetap juga datang.Sekarang dia ada di depanku. Mas Dika yang mendengar kabar kedatangan Nurul buru-buru masuk kamar dengan membanting pintu kasar. Aku sampai terperanjat dan mengelus dada."Aku mau ke Amerika minggu depan, Yum. Sebelum ke sana, tolong maafkan aku. Sampaikan pada Mas Dika juga ibu dan ayahmu." Nurul memulai percakapan dengan mimik datar."Serius?" tanyaku kaget.Dia mengangguk. "Sebelum ke Amerika, aku sudah harus selesai mengunjungi semua orang yang pernah kubuat sakit hati. Aku ingin memulai lembaran baru, maka harus meninggalkan Indonesia.""Mas Ilham sudah tahu?" Walau mereka sudah cerai, aku tidak tahu kenapa menanyakan itu. Nurul menggeleng lemah."Di sana nanti sama siapa?""Saudaranya mendiang ibu." Setelah itu Nurul menyodorkan sebuah surat. Katanya buat Mas Dika.

  • GAGAL MENIKAH KARENA ORANG KETIGA   Bab 96

    Sepulang dari belanja, aku kaget melihat banyak ibu-ibu kumpul di depan rumah seperti acara bagi sembako. Kali ini masih dipimpin Bu Wenda dan Bu Arin. Mereka selalu berulah seperti akan sekarat jika sehari belum menggibah atau fitnah orang lain. Andin ikut singgah dengan beberapa belanjaan dan itu mengundang perhatian mereka sambil berbisik-bisik. Aku hanya bisa diam karena belum tahu duduk masalahnya. "Mas Dika mana, Bu?" tanyaku setelah menyadari ibu menghadapi mereka semua sendirian. "Masmu lagi ke luar beli ... ibu lupa." "Jawab dong, Bu kenapa sampai cerai sama ayah Dika?" Mataku membulat sempurna mendengar mereka. Pantas saja kumpul seperti orang unjuk rasa, ternyata kepo tingkat dewa. "Wah, Yumna langsung belanja banyak setelah menerima uang dari ayah Dika. Baru pertama seumur hidup ya?" Aku tidak tahu siapa yang melempar pertanyaan itu. Hati mendadak panas, aku meremas gamis sendiri agar bisa menguasai diri. Mereka semua sudah kelewat batas. Semua belanjaan kuserahkan

  • GAGAL MENIKAH KARENA ORANG KETIGA   Bab 95

    "Mas, kamu mau ngerebut ayah, kan?" tuduh Nurul yang sengaja bertamu ke rumah kami"Apa katamu? Aku ngerebut ayah?" Mas Dika terkekeh pelan dengan tatapan nyalang. "Ayahku cuma satu dan sedang bekerja. Mentang Pak Fajar itu orang kaya lantas aku akan merebutnya? Sorry, aku gak matre kayak kamu!"Tetangga ada yang melihat kami dari kejauhan, mungkin penasaran apa yang sedang terjadi. Ya, kabar Nurul sebagai adik Mas Dika belum menyebar, aku suka itu.Katanya Mas Dika ingin merebut ayahnya? Ambil saja Pak Fajar-mu itu! batinku kesal."Lalu, kenapa kamu menerima uang sepuluh juta dan ATM itu. Aku saja gak dikasih!" protes Nurul. Aku pikir dia benar berubah kemarin atau karena uang, makanya marah?Mas Dika hendak masuk rumah, mungkin mau mengembalikan apa yang diterimanya kemarin, tetapi aku mencekal sekuat tenaga. Setelah itu, melirik pada Nurul. "Mas Dika punya hak, bahkan lebih daripada kamu!" tegasku."Ibumu dicerai hidup, tetapi ibuku dicer

  • GAGAL MENIKAH KARENA ORANG KETIGA   Bab 94

    Tiga puluh lima menit berlalu, sebuah alphard hitam terparkir di halaman depan. Untuk rumah sesederhana ini, aku merasa tidak cocok jika ada mobil mewah di depan. Terlalu mencolok. Seorang lelaki paruh baya dengan perut sedikit besar ke luar dari mobil. Dia memakai kacamata minus. Jas warna abu muda dengan sepatu hitam. Penampilannya jauh berbeda waktu datang sama Nurul. Dia mengetuk pintu, mengucap salam tanpa tahu kami mengintip di balik jendela. Mas Dika membuka, aku bisa melihat tangannya yang gemetaran. Ketika daun pintu terbuka lebar, Pak Fajar terpaku sesaat memindai Mas Dika dari bawah ke atas. Detik selanjutnya, hanya tangisan yang sedikit menggema di rumah sederhana ini. Dia memeluk penuh kerinduan. Aku tidak tahu kenapa dulu beliau mengaku bujang padahal ibu penyayang. "Silakan duduk!" Mas Dika menyilakan Pak Fajar. Beliau duduk di depan kami. Bisa kulihat binar kebahagiaan di matanya, senyum pun merekah menciptakan keriput kecil di

  • GAGAL MENIKAH KARENA ORANG KETIGA   Bab 93

    22 08 22Aku suka tanggal itu karena angka di depan dan belakangnya sama persis, kemudian di antarai angka nol dan delapan yang tidak berujung. Jika diumpamakan ; 22 adalah sepasang kekasih, cinta pun sayangnya tiada ujung.Di tanggal itu pula Pak Fajar ditemani Nurul datang bertamu ke rumah mencari Mas Dika, sementara hanya ada aku dan ibu yang bibirnya terkatup rapat. Lelaki paruh baya ini sangat mirip dengan masku, Nurul mungkin tidak memikirkan itu sebelumnya."Sekali saja, Dahlia. Sekali saja aku ingin melihat Dika!" mohonnya."Maaf, Pak Fajar. Namun, Dika selama ini mengira ayahnya telah meninggal." Ibu menyahut setelah lima menit diam. Itu pun karena aku memegang tangannya.Pak Fajar mendesah berat, aku bisa melihat bagaimana dia tidak mudah putus asa atau menyerah jika butuh sesuatu. Nurul sejak tadi tidak pernah membuka suara, aku tidak tahu bagaimana caranya menyampaikan tentang Mas Dika pada ayah mereka.'Ayah mereka', aku tidak s

  • GAGAL MENIKAH KARENA ORANG KETIGA   Bab 92

    Mas Dika pulang ke rumah pukul tiga sore, sementara ayah katanya menyusul karena singgah dulu di rumah teman lama yang sefrekuensi. "Mas, tadi Nurul ada di sini loh nungguin kamu!" aduku ragu-ragu. "Ngapain nunggu mas? Gak ada urusan!" ketusnya. "Mas, dia kan adik kamu juga. Apa nanti Mas Dika berubah dan melupakanku apalagi kalau sudah menikah dengan Gus Hanan?" "Yumna, kamu itu ngomong apa sih?! Cuma kamu adik mas gak ada yang lain!" Suara Mas Dika meninggi, aku sedikit takut mendengarnya. Ibu memanggil Mas Dika, sementara aku melangkah cepat masuk kamar. Mungkin sekarang lebih baik mengabari Amel tentang fakta mengejutkan ini. Ketika sibuk dengan ponsel, aku teringat pada Mas Ilham. Sejak lamaran aku tolak, nomornya tidak pernah aktif lagi. Apalagi sekadar lewat atau menyapaku. Tidak ada kabar, Nurul pun seperti enggan memberitahu. "Halo, Amel. Apa aku mengganggu?" sapaku ketika panggilan tersambung. "Tidak, lagi san

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status