Home / Romansa / GELORA HASRAT SANG MAFIA / 7 | Tentang Ryuse Adam

Share

7 | Tentang Ryuse Adam

Author: Vieneze
last update Last Updated: 2023-09-16 16:07:08

“Kakak Ryu, mengapa kau termenung?” Marvin menepuk pundak Ryuse yang tengah menatap hampa pemandangan di luar jendela.

Ryuse mendesah dalam diam panjang. Dia melirik Marvin yang menatapnya dengan ekspresi penasaran. Ryuse memutar langkah, dia kembali ke meja kerjanya. Kaki terangkat ke atas meja, kepala bersandar pasrah pada bahu kursi, dan dia memejamkan mata sejenak.

“Tidak ada.” Hanya itu yang keluar dari mulut Ryuse. Datar dan tanpa ekspresi.

“Sungguh? Tapi kau terlihat berbeda belakangan ini. Tsssk ... apa ada yang mengganjal di hatimu?” Mata Marvin membulat besar ketika dia membayangkan penyebab kegelisahan Ryuse karena wanita. “Apa kau menyukai seseorang? Oh, ayolah kau bisa bertukar pikiran denganku. Aku cukup berpengalaman.” Marvin memainkan mata menggoda Ryuse.

“Pergilah! Mulutmu berisik sekali.”

“Sikapmu semakin mencurigakan. Baiklah jika kak Ryu tidak mau berbagi, maka aku akan mencari tahu sendiri,” ujar Marvin sembari terkekeh. Dia berjalan ke pintu dengan lagak keren.

“Tutup pintunya,” timpal Ryuse.

Ryuse tidak lagi seperti dirinya sejak bertemu singkat dengan Sunny malam itu. Dia berusaha untuk tidak membiarkan wajah polos itu membayangi benaknya. Namun, tatapan Sunny yang memohon, diam-diam menghantuinya. Dia ingin membantu Sunny, tapi dia tahu batasan mana harus dilewati. Ryuse bukan tipe pria yang sembarangan mengambil milik orang lain, meskipun pekerjaannya juga tidak lebih baik, tapi Ryuse tahu itu tidak benar.

Ryuse memijat keningnya, lagi-lagi mendesah berat, dan akhirnya dia memutuskan untuk tidak membiarkan dirinya terjebak rasa bersalah. Ryuse melihat berkas yang berserakan di atas meja, mengambilnya, dan membaca sekali lagi profil target misi selanjutnya.

Seseorang kenalan lama menghubunginya baru-baru ini, lelaki yang usianya tidak jauh beda dengannya, meminta bantuannya dalam hal gila.

Buat dia menderita, kalau bisa singkirkan sekalian.

Kata-kata itu masih terngiang jelas dalam benak Ryuse. Seketika perasaan dilema mendera hatinya, bagaimana tidak, targetnya adalah seorang kakek tua. Entah apa yang merasuki pikiran kliennya itu, sampai-sampai dia tega membuang orang tuanya sendiri.

“Aih, dia benar-benar anak yang durhaka,” gumam Ryuse ketus.

Bagaimanapun juga itu pekerjaan Ryuse yang tidak perlu berempati pada targetnya. Seharusnya dia tahu, perasaan tidak boleh dibawa ketika sedang bekerja.

Ryuse adalah ketua kelompok gengnya, sekaligus CEO dari Your Guard, sebuah perusahaan konsultasi keamanan. Sebenarnya itu hanyalah perusahaan kosong, Your Guard merupakan kedok penyamaran Ryuse dari hukum. Pekerjaannya tidak lebih dari menghilangkan seseorang, memukuli dan menakutinya, bahkan kemampuannya juga kadang-kadang disewa untuk mengawal seseorang.

Dia menghasilkan banyak uang dari pekerjaannya, membeli barang branded untuk kesenangan, dan dia juga punya rumah mewah. Ryuse selalu berpenampilan menarik dengan setelan jas ketika bekerja, namun selalu tidak memakai kaus atau pun kemeja di dalamnya. Dia lebih suka memamerkan keindahan tubuhnya yang menggoda pada dunia, seolah menunjukkan betapa dia berkharisma. Tentu saja itu membuat banyak wanita tergila-gila padanya.

“Gordon!” Ryuse berteriak.

Gordon segera menghampiri Ryuse tergopoh-gopoh setelah dia mendengar namanya dipanggil. Dia memasang ekspresi kesal, seolah dia telah direnggut dari waktu istirahatnya.

“Kakak memanggilku? Bisa saja panggil Marvin, aku baru saja mengeluarkan sepotong kotoran dan kakak memanggilku. Perutku masih mulas,” gerutu Gordon.

“Kau bisa melanjutkannya nanti,” timpal Ryuse dingin. “Kembalikan ini pada Samu. Katakan padanya, aku tidak menyakiti orang tua.”

Ryuse memberikan berkas itu pada Gordon.

“Hanya itu?”

Ryuse mengangguk. “Hmm ....”

“Astaga, kakak bisa meminta Marvin. Ah, sudahlah, aku akan melakukannya setelah menyelesaikan urusan perutku.” Gordon meraih berkas itu, kemudian dia berlari seperti dikejar hantu setelah perutnya melilit lagi.

Beberapa saat kemudian, terdengar suara Marvin yang berteriak.

“Kentutmu bau sampah busuk! Aku akan membunuhmu Gordon brengsek!”

Ryuse yang mendengar itu hanya bisa menggeleng. Pemandangan seperti itu adalah hal biasa yang dia lihat setiap hari. Gordon dan Marvin sudah seperti kerabatnya. Ryuse masih ingat bagaimana dia menyelamatkan Marvin dari kematian, dan Gordon— dia dulu seorang pecundang yang selalu dirundung teman-temannya. Ryuse menjadi penyelamat mereka.

Sejak saat itu, Gordon dan Marvin mengabdikan dirinya pada Ryuse dan menyebutnya dengan panggilan kakak. Mereka menghormati Ryuse, namun kadang bersikap sembarangan padanya tanpa rasa takut.

Bukan tanpa alasan, Ryuse yang terlihat dingin itu, sebenarnya pribadi yang menyenangkan. Walaupun dia tidak pandai berkata manis, namun dia orang yang paling hangat.

“Betapa sialnya aku tinggal bersama mereka,” gerutu Ryuse. Dia berjalan menuju pintu dan menutupnya dengan keras. “Mereka selalu saja ribut dan aku selalu terjebak di antara mereka. Sungguh menyebalkan.”

Seketika ponsel Ryuse berdering. Ryuse mengambil ponselnya dari meja, dia menekuri sesaat nama yang tertera di layar. Camila.

Ryuse mendesah panjang. Dia enggan menjawab panggilan itu, namun ponselnya tidak berhenti berdering.

“Ya,” sahut Ryuse malas pada akhirnya.

“Mari bertemu. Aku ada di Fantagio.”

“Aku sibuk.”

“Aku akan membuat kekacauan jika kau tidak datang. Aku bersungguh-sungguh, Ryu. Dan ... aku sudah memesan sampanye kesukaanmu.” Camila memutus panggilan sepihak.

Ryuse memijat keningnya dengan frustasi. Dia mendesah kesal. Dia tidak ingin bertemu Camila, sungguh—dalam hal apapun dia tidak ingin terlibat dengan gadis itu lagi. Namun, Ryuse sangat mengenali sifat tak sabaran dan manja Camila. Dia bisa melakukan hal gila, ditambah dia selalu mendapatkan dukungan dari ayahnya yang merupakan mafia paling disegani di seantero Rosentown.

Lagi pula, Fantagio adalah klub milik Marco. Jika dia pergi ke sana, sama saja itu dengan menyerahkan diri pada Marco.

Ryuse mendesah lagi. Berpikir, menimbang lagi permintaan Camila, dan pada akhirnya Ryuse mengambil kunci mobilnya dan bergegas menuju Fantagio.

Camila telah menunggu Ryuse hampir satu jam. Kini, dia mulai tidak sabaran, gelisah dan kesal. Sudah tiga gelas sampanye dia tenggak. Dia menekuri gelas kosongnya, menggenggam erat, dan berpikir untuk menambah satu lagi. Jika Ryuse tidak datang, dia bersumpah akan membuat Ryuse menyesal telah mengabaikannya.

Namun, sosok menawan berstelan burgundi yang tidak asing tertangkap dalam mata Camila. Seketika jantungnya berdebar, bahagia, dan senyumnya merekah.

“Kak Ryu,” Camila melambaikan tangan pada Ryuse yang sedang mencari dirinya.

Ryuse menghampiri Camila, tanpa ekspresi, dan duduk begitu saja tanpa menanyakan kabar. Ryuse memilih menatap bartender yang tengah meramu minuman.

Camila merona ketika melihat tubuh Ryuse menyempil di balik jasnya. Lalu dia membuka pembicaraan.

“Kakak terlambat. Aku hampir—”

“Kali ini apa lagi?” tanya Ryuse datar, tidak menoleh, bahkan dia tidak penasaran dengan ekspresi Camila yang mendadak berubah ketus.

“Sekali saja, cobalah untuk peka terhadapku. Aku lelah jika harus terus mengejarmu,” ujar Camila.

Ryuse menoleh dan tersenyum pahit. “Kalau lelah, berhenti saja. Aku tidak pernah memintamu untuk melakukan itu. Camila ... kencani saja pemuda yang seusiamu. Kau seperti adik bagiku, tidak lebih dari itu. Aku menghargai perasaanmu, aku menghormatimu karena ayahmu dulu telah membantuku. Hanya itu. Hanya sebatas itu.”

“Tapi aku tidak mau. Aku tidak peduli jika kau lebih tua dariku. Kakak hanya 32 tahun, usia kita hanya terpaut sebelas tahun. Apa aku salah menyukaimu?”

“Pulanglah. Kau tidak boleh ditempat seperti ini,” tukas Ryu dingin.

Camila menatap tajam Ryuse dengan penuh tekad. “Aku tidak mau. Sebelum kak Ryu menerima aku.”

Kepala Ryuse mendadak sakit. Dia mendesah panjang. “Kau merepotkan.”

Setelah mengatakan itu, Ryuse pergi ke toilet untuk menenangkan diri. Dia berdiri di depan cermin, menatap wajahnya yang lelah. Kemudian dia membilas mukanya, membiarkan air itu menyejukkan sejenak penat yang ada di dalam kepalanya.

Dua orang pria mendadak masuk, topik pembicaraan mereka menarik perhatian Ryuse.

“Kau lihat gadis tadi? Dia tipeku sekali. Aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Semua uangku akan kuberikan asal aku bisa mendapatkannya,” ujar pria berkemeja biru.

Pria berjanggut menimpali, “wajahnya begitu polos, murni, dan manis. Dia milikku, Ted. Uhm, kira-kira dari mana Marco mendapatkan gadis seperti itu ya?”

“Entahlah, tapi aku suka dia,” sahut pria yang disebut Ted.

Ryuse mendadak teringat dengan Sunny. Penggambaran mereka sangat cocok dengan gadis itu. Lantas, Ryuse bertanya dengan penasaran, “gadis mana yang kalian sebut? Aku jadi penasaran dengannya.”

“Kau tidak tahu? Di lantai atas ada ruang khusus untuk menyewa gadis itu. Tapi, Marco menaruh harga tinggi. Aku menjadi kesal saat memikirkannya.”

Ryuse segera berlalu meninggalkan mereka. Dia pergi ke lantai atas, mengabaikan Camila yang memanggilnya lagi. Ryuse melewati lorong gelap bernuansa merah hitam, dia berhenti di pintu paling ujung. Dia membukanya hati-hati dan sekitar dua puluh lelaki mata keranjang berdiri di depan panggung, menatap Sunny dengan wajah penuh nafsu.

Sunny berdiri malu di tengah panggung itu, menutupi bagian dadanya yang terlalu terbuka dengan tangan. Matanya tampak bersedih, namun tertutupi dengan ekspresi penuh tekadnya. Pandangan Sunny menangkap sosok Ryuse yang berdiri di ambang pintu. Pada satu titik, pandangan mereka berserobok. Dada Ryuse terasa sesak, jantungnya seolah berhenti.

Tatapan itu, tatapan yang sama persis ketika dia mengunjungi Marco. Namun, kali ini sorot matanya berubah seolah menuding Ryuse.

Seandainya kau menolongku waktu itu ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • GELORA HASRAT SANG MAFIA     33 | Kecupan terakhir

    Sunny menatap Ryuse dengan mata terbelalak ketika tangan lelaki itu mendekapnya erat. Raut wajah Sunny menggambarkan kebingungan dan ketidakpercayaan. Detak jantungnya berdegup kencang dan Sunny bersumpah bahwa napasnya seolah berhenti—memikirkan apakah yang terjadi benar-benar nyata. “Ryu, apa yang kau lakukan?” Sunny berusaha menyusun kata-kata, namun suaranya terdengar seperti bisikan lembut. “Tetaplah seperti ini sebentar,” sahut Ryuse berbisik. Tangan Ryuse mengusap lembut punggung Sunny. Ryuse tidak tahu mengapa dia harus melakukan hal konyol dan tidak tahu malu seperti ini. Tindakannya yang tiba-tiba ini bukan menunjukkan dirinya yang sebenarnya. Perbuatan romansa dan hubungan intim antara lelaki dan wanita, Ryuse tidak peduli dengan semua itu sebelumnya. Namun kehadiran Sunny merubah segalanya. Ryuse pun tidak menyadari perasaan itu. Dia hanya tahu itu adalah perasaan empatinya terhadap kisah Sunny. “Jangan salah paham,” imbuh Ryuse. “Aku melakukan ini sebagai ucapan perp

  • GELORA HASRAT SANG MAFIA    32 | Ryuse tidak ingin Sunny pergi

    “Namun, itu hanyalah sebuah benda,” ujar Ryuse. “Aku masih bisa membelinya. Melihatmu yang bertanggung jawab, aku akan membiarkanmu.” “Maafkan aku, Paman. Aku tidak akan mengulanginya lagi.” Ryuse memijat keningnya dan mendengus. “Jangan panggil aku paman. Aku tidak setua itu. Panggil saja aku sesukamu asal jangan sebutan yang tua.” Rury mengangguk dan tersenyum ceria. “Baik, Kakak keren.” “Kakak keren?” Ryuse menaikkan satu alis. “Tentu saja. Aku melihatmu bertarung waktu itu dan itu sangat keren,” ungkap Rury gembira. Ryuse tersenyum tipis dan menimpali dengan wajah tenang, “Itu tidak buruk. Aku suka.” Sementara Marvin tersenyum puas melihat sikap Ryuse terhadap Rury. Dia menang taruhan. Makan malam sepuasnya di Cozy resto akan menjadi hal yang paling menyenangkan untuk Marvin. Setidaknya dia terbebas dari makan roti lapis setiap harinya. Pekerjaannya yang sering menghabiskan waktu di malam hari, membuat Marvin sering mengabaikan makan malam. “Hei, aku menang. Jangan lupakan

  • GELORA HASRAT SANG MAFIA    31 | Mari bertaruh

    Ketika Rury pertama kali memasuki rumah mewah milik Ryuse, matanya terbuka lebar. Dia terdiam sejenak di pintu masuk, menelan ludah dengan pemandangan yang begitu mewah di hadapannya. Langit-langit tinggi, lukisan-lukisan mahal, perabotan klasik, dan hiasan-hiasan yang tersebar di seluruh ruangan. Rury bisa merasakan jawaban di ujung lidahnya, bibirnya bergerak tanpa suara saat dia mencoba untuk menggambarkan betapa takjubnya dia pada kekayaan dan keindahan rumah Ryuse. "Wow, ini... ini luar biasa," gumamnya gemetar. Rumah ini jauh lebih baik dari rumah mereka, jauh lebih nyaman. Tidak ada nyamuk yang akan mengganggu tidur mereka, atau angin laut yang merebak masuk melalui lubang dari jendela mereka. Tatapan Rury berkeliling dengan takjub, membenamkan diri dalam keelokan dan berharap dalam hatinya bahwa dia ingin mempunyai rumah sebesar ini. Itu adalah Rury di hari pertama. Namun yang terjadi sekarang di hadapannya bukanlah hal baik. Setelah tiga hari terlewati dengan bersenang-b

  • GELORA HASRAT SANG MAFIA    30 | Diam-diam memperhatikanmu

    Ryuse terkekeh dan memberikan tatapan pengertian. “Sansan, setiap hal yang kuberikan padamu adalah tulus. Kau jangan berpikir yang aneh-aneh,” ujar Ryuse dengan santai tanpa menyadari bahwa Sunny mungkin saja menyukainya. Sunny bergumam dalam hati saat menatap Ryuse, “Aku hanya takut berharap terlalu banyak dan aku takut melakukan kesalahan dalam membaca perasaan ini.” Dalam momen itu, dokter tiba-tiba datang dan membuat Sunny melompat dari kasur dengan tergesa-gesa. Dokter tersebut, dengan sorot penuh perhatian menilik wadah infus yang hampir habis dan berbicara dengan senyum lebar. “Selamat pagi, pak Ryuse. Bagaimana perasaanmu hari ini?” “Halo dokter. Rasanya lebih baik dari kemarin.” Dokter melakukan beberapa pemeriksaan dan melihat catatan medis, kemudian dia mengangguk puas. “Hasil pemeriksaan menunjukkan peningkatan yang baik. Saya pikir anda sudah cukup pulih untuk pulang ke rumah. Tapi tetaplah menjaga kesehatan dan lakukan kontrol rutin di rum

  • GELORA HASRAT SANG MAFIA    29 | Pelukan pagi yang tak terduga

    Sunny merasa malu dengan kecerobohannya sendiri yang dengan tidak sengaja mengungkapkan bahwa dia menyukai seseorang. Matanya yang bercahaya dan senyumnya yang manis kini terasa begitu berat, dihiasi oleh rasa gugup dan keraguan. Dia berlari ke kamar mandi, berdiri lama menatap wajahnya di depan cermin. Tangan Sunny menyentuh pipinya yang telah memerah, seketika dia menjadi malu dan Sunny membasuh wajahnya untuk menghilangkan rona itu dari wajahnya. Ryuse merasakan ada sesuatu tidak biasa yang terjadi pada Sunny dan pertanyaan-pertanyaan pun mulai mendominasi pikirannya. “Mengapa dia terlihat begitu tergesa? Apa aku salah bicara?” pikirnya sambil mencoba mencari jawaban. Hatinya berdebar, tak bisa menolak rasa ingin tahu yang muncul begitu saja. Tanpa dia sadari, Ryuse pun mulai penasaran dengan pria yang dikagumi oleh Sunny. Pikirannya mencoba membayangkan siapa sosok pria yang dapat membuat Sunny begitu terpana dan membuatnya ingin tahu lebih banyak tentang siapa pria itu, apa y

  • GELORA HASRAT SANG MAFIA    28 | Kau yang bersinar

    Luigi Kasto, seorang pimpinan dari Red Dragon, sebuah organisasi kriminal yang menyelundupkan senjata dan mengoperasikan rumah perjudian. Dia lelaki yang paling ditakuti di seluruh Rosentown. Tindakannya selalu lebih sulit dipahami, liar, dan keji. Tak seorang pun berani menentangnya. Namun, pria yang di hadapannya itu tidak pernah menunjukkan rasa takut padanya. Pria yang dulu pernah dia 'pelihara' dan dia besarkan untuk menjadi sama dengannya. Ya, pria itu selalu membangkang terhadap perkataan Luigi. Satu-satunya orang yang berani melawan Luigi, Ryuse Adam. Ryuse bukan tidak ingin membalas kebaikan Luigi terhadapnya, apa pun akan dia lakukan—tapi tidak untuk Camila. Hanya Camila. Ryuse tidak pernah memiliki perasaan romantis terhadap Camila. Dia selalu memandang Camila seperti saudara perempuan. Ryuse pernah mencoba memaksa dirinya untuk mencintai Camila, namun dia tidak berhasil melakukan itu. Demi membalas jasa Luigi, Ryuse berkali-kali mencoba membuat dirinya jatuh cinta pa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status