Gadis Nakal itu Istriku

Gadis Nakal itu Istriku

last updateLast Updated : 2025-04-18
By:  Muliani Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
11Chapters
131views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

"Jika kau tidak mau menjadi milikku secara sukarela, maka aku akan memastikan kau tidak punya pilihan lain, Marcus!" Rea Ardinata Alexander bukan wanita biasa. Di balik sosoknya sebagai desainer terkenal, ia adalah agen rahasia yang mematikan. Keras kepala, bar-bar, dan tak kenal takut. Satu hal yang pasti, ketika dia menginginkan sesuatu, tidak ada yang bisa menghentikannya. Dan yang dia inginkan saat ini adalah Marcus Dexa Cruz. Marcus adalah pria dingin, penuh rahasia, dan berbahaya. Seorang mafia kejam yang menyembunyikan identitasnya di balik kedok seorang CEO sukses. Dia bukan pria yang mudah didekati, apalagi dicintai. Tapi bagi Rea, semua itu bukan alasan untuk mundur. Jika Marcus tak bisa ia taklukkan dengan cara biasa, maka ia akan menggunakan cara yang lebih ekstrem. Pernikahan paksa? Perangkap? Manipulasi? Tidak ada yang tidak mungkin bagi Rea. Dia terobsesi dengan Marcus, dan dia akan memastikan pria itu menjadi miliknya, seutuhnya. Hati, jiwa, dan terutama… tubuhnya. Namun, Rea lupa satu hal—bermain dengan api bisa berbahaya. Ketika Marcus mulai berbalik mengendalikan permainan, siapakah yang sebenarnya akan terjebak? Apakah Rea akan memenangkan hati Marcus, atau justru ia yang akan kalah dalam obsesinya sendiri?

View More

Chapter 1

bab 1

DOORRR!!

Letupan pistol membelah keheningan malam. Pelurunya menembus tengkorak si tawanan, meninggalkan lubang menganga di kepalanya. Pria malang itu terjatuh ke tanah, darah segar mengalir dari lukanya yang mengerikan.

"Astaga, Rea! Apa yang kau lakukan?" Sasa, asisten Rea, memekik ngeri. Matanya terbelalak menatap mayat di depannya.

Rea menjatuhkan punting rokoknya, menginjaknya dengan sepatu bot berkulit kuatnya. Wajahnya tenang bak permukaan danau, seolah membunuh adalah kegiatan rutin semembosankan menguap.

"Melakukan tugasku," ujarnya datar. Ia meniup kepulan asap dari rokoknya yang baru dinyalakan.

"Tapi dia seharusnya dibawa ke kantor polisi! Bukan ditembak begitu saja!"

Rea mendengus angkuh. "Sejak kapan kantor polisi bisa menangani kasus seperti ini? Bajingan itu telah memperkaos anak-anak tak berdosa. Membunuh kedua orangtua kecil itu dengan keji. Menurutmu hukuman apa yang sepantasnya dia terima?"

Sasa menggigil, teringat foto-foto mengerikan dari TKP yang mereka dapat. Seorang ayah tewas dengan leher terputus, sementara ibu dan anak gadisnya diperkaos lalu dicekik sampai tewas. Darah dan jeritan kesakitan seakan masih membayang di pikirannya.

Tentu saja Rea benci itu!!

"Tapi tetap saja, kita tak bisa main hakim sendiri!" Sasa memberanikan diri berargumen.

Rea menghampirinya dengan langkah pasti. Bahkan dalam balutan gaun sutra merah berpotongan rendah, ia masih tampak mengintimidasi. Rambut ikalnya yang panjang seolah bergerak bak ular berbisa.

"Dengar, Sayang," desisnya di telinga Sasa.

"Hukum dan keadilan itu omong kosong. Dunia ini kejam dan dingin. Yang tersisa hanyalah siapa yang paling kuat, paling tak tersentuh."

"Jika kau lemah! Kau akan di injak-injak!" Desis dingin Rea.

Sasa menelan ludah, tak mampu membalas kata-kata tajam itu. Rea benar, batinnya ngeri. Ini adalah dunia Rea, mentornya yang mematikan namun begitu mempesonanya. Seorang agen rahasia yang akan melakukan apa saja, tanpa ragu, demi mencapai tujuannya.

Seperti biasa, Sasa tak bisa menang berargumen dengan Rea. Mentornya itu seperti batu karang, kokoh dan tak tergoyahkan. Sasa menghela napas panjang, memijat pelipisnya yang berdenyut.

"Kau benar-benar tak kenal ampun, Rea," gumamnya lelah. "Bagaimana jika suatu hari nanti kau juga membunuh orang yang tak bersalah?"

Rea tertawa renyah, seolah Sasa baru melempar lelucon paling lucu sedunia.

"Tak akan pernah terjadi, Sayang. Insting dan analisisku terlalu tajam untuk membuat kesalahan seperti itu."

"Tapi kau juga manusia, Rea. Semua orang bisa khilaf kapan saja!" Sasa tak menyerah membantah.

Rea mengangkat bahu anggun. "Aku menciptakan kaidahku sendiri, Sasa. Tidak peduli apa kata manusia lain. Hanya pendapatku yang benar."

Sasa menggeleng-gelengkan kepala. Sudah sering dia mencoba memberi nasehat pada Rea, namun selalu berakhir sia-sia. Rea terlalu memuja dirinya sendiri, terlalu percaya bahwa caranya adalah satu-satunya jalan.

Tiba-tiba saja, Rea menyeringai jahil. "Ah sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Ada hal lain yang lebih menarik untuk dibahas."

Sasa menatapnya curiga. "Apa maksudmu?"

Seringai Rea semakin lebar. "Kau pasti penasaran siapa pria yang berhasil mencuri hatiku, bukan?"

"Astaga, Rea!" Sasa memijat kepalanya frustrasi. "Di saat seperti ini kau masih memikirkan pria? Kita baru saja membunuh seseorang!"

"Nah, justru karena itulah aku butuh pengalihan pikiran," Rea terkekeh ringan.

"Lagipula, pria ini bukan sembarang pria. Dia sangat istimewa."

Sasa menghela napas panjang. Tak ada gunanya membantah jika Rea sudah membahas soal pria incarannya. Perempuan itu akan berubah jadi gadis remaja yang kelewat memuja idolanya, Pria yang satu-satunya mampu membuat Rea sedikit berbeda di depan orang lain, yang mampu membuat ia tidak semena-mena pada orang lain!

"Baiklah, baiklah. Siapa pria istimewa ini?"

Mata Rea berbinar-binar. "Marcus Dexa Cruz. Bahkan namanya saja terdengar seksi, bukan?"

Sasa mengernyit. "Tunggu, bukankah dia...CEO dari Northbridge Enterprise? Perusahaan raksasa yang bergerak di hampir semua bidang usaha?"

"Tepat sekali!" Rea tergelak riang. "Pria sekaya, setampan dan sebrillian dia sulit sekali ditemukan. Sungguh dia pria yang cocok bersanding denganku, meskipun yah sulit sekali di taklukan!"

"Calon suami?" Sasa mengerjap tak percaya. "Jangan bilang kau berniat menikahi pria itu?"

"Tentu saja aku berniat!" Rea mengibaskan rambut panjangnya dengan percaya diri.

"Kenapa tidak? Aku cantik, kaya, dan sangat berbakat. Tak ada pria yang bisa menolakku!" seringainya.

Sasa memandangnya tak yakin. "Kudengar Marcus Dexa Cruz bukanlah pria yang mudah didekati. Reputasinya sebagai pria dingin dan tak tersentuh bahkan sudah melegenda!"

"jangan aneh-aneh Rea, Pria itu berbahaya mematikan! saranku jangan terlalu terkait dengannya!" lanjut Sasa.

"Justru itu yang kusuka darinya," Rea terkikik genit. "Semakin sulit pria itu didapatkan, semakin membuatku tertantang. Percayalah, Sayang. Tak akan kubiarkan pria setampan dia lolos dari jeratan ku!"

"Meskipun sebenarnya... ucapan mu itu benar Sasa, dia berbahaya! CK sial!" batin Rea, tidak mungkin ia bicara blak-blakan ke Sasa, ia tidak suka di anggap lemah padahal kebenaranya memang ia berbeda di depan Marcus.

Tapi kebenaran yang tidak Sasa ketahui yaitu... misi Rea! Rea punya misi penting hingga perlu mendekati Marcus bagaimana pun caranya bahkan dengan cara pernikahan sekalipun!!

sudah banyak Agen rahasia menghilang ketika mencari tahu tentang mafia kelas kakap seperti Marcus!! dan kali ini Rea berani mengambil keputusan untuk menelusuri Marcus, meskipun di dalam hati kecilnya tercetus Rasa takut akan kekuasaan dan kehebatan seorang Marcus Dexa crush!

Marcus bukan Pria sembarangan, dia mungkin diam dan tidak bergerak secara langsung tapi terkadang dia lebih dulu bermain-main di depan bahkan mendahului lawanya, Marcus akan menjadikan lawannya orang paling dekat lalu membuatnya menjadi debu.... Jika Marcus sudah bosan!!

"bagaimana pun caranya, aku harus bisa menaklukkan nya!" desis Rea.

Sasa hanya bisa menggelengkan kepala mendengar deliran Rea. Jika sudah menyangkut pria idamannya, Rea akan berubah jadi sosok obsesif yang mengkhawatirkan. Sasa berdoa semoga Rea tidak bertindak terlalu jauh kali ini.

"Terserah kau sajalah, Rea," ujar Sasa pasrah.

"Tapi kusarankan fokuslah dulu pada pekerjaan kita. Kita harus membereskan kekacauan ini sebelum ada saksi yang melihat."

Rea melemparkan pandangan mencemooh ke arah mayat di lantai. "Yeah, kita bisa pikirkan nanti cara membereskannya."

Rea lalu berputar anggun, membuat gaunnya meliuk sensual. Sasa memandangnya was-was.

"Sekarang, izinkan aku bermimpi dulu tentang masa depanku sebagai Mrs. Marcus Dexa Cruz," Rea terkikik seperti remaja yang baru pertama kali jatuh cinta.

Sasa hanya bisa menggeleng prihatin melihat sisi lain mentornya yang tampak sangat manusiawi. Rea memang tak kenal takut menghadapi maut. Namun Sasa meragukan apakah Rea bisa sama kuatnya saat berhadapan dengan panah asmara.

****

Suara mesin mobil meraung halus di jalanan sepi. Sebuah SUV hitam melaju kencang meninggalkan lokasi kejadian. Di dalamnya, suasana jauh dari hening.

Sasa, duduk di kursi penumpang, terus mengoceh tanpa henti, sementara Rea, di kursi pengemudi, tampak acuh dengan sebatang rokok menyala di tangannya.

“Kau tahu, Rea, kita benar-benar melangkah terlalu jauh kali ini. Membunuhnya seperti itu? Serius?” Sasa menoleh tajam, berharap mendapat respons.

Tapi Rea hanya memejamkan mata sejenak sambil meniupkan asap rokoknya ke luar jendela yang sedikit terbuka. Aroma tembakau memenuhi udara kabin mobil.

“Dia pantas mati, Sasa. Kau tahu itu,” jawab Rea akhirnya, dengan nada malas seperti seseorang yang sudah bosan mengulang argumen yang sama.

“Tapi kita ini agen, bukan algojo! Ada batas, Rea. Kita seharusnya menyerahkannya ke polisi atau apa pun itu yang sesuai prosedur.” Sasa melipat tangannya, matanya menyipit kesal.

Rea membuka matanya perlahan, menoleh sekilas ke arah Sasa, sebelum kembali fokus pada jalan di depannya. Dia memijit batang rokok di asbak portabel di dashboard dengan gerakan anggun.

“Prosedur itu cuma alasan untuk orang-orang yang terlalu pengecut mengambil keputusan sendiri,” ujar Rea dingin.

“Bajingan itu melampaui batas, dan kau tahu polisi tak akan pernah bisa menyentuhnya. Kalau kau ingin keadilan, Sasa, kadang kau harus kotor.”

Sasa menghela napas panjang. “Kotor, ya? Seperti yang kau lakukan tadi? Membunuh dengan begitu... dingin?”

“Dingin? Oh, Sayang, aku tak merasa dingin sama sekali. Malah, aku menikmati setiap detiknya.”Rea menyeringai, tetapi matanya tetap fokus pada jalan.

Sasa mengerang frustrasi dan menggelengkan kepalanya. “Kau sungguh... aku tak tahu lagi harus berkata apa padamu, Rea.”

“Kalau tak ada yang perlu kau katakan, bagaimana kalau diam saja?” Rea menyeringai lebar, tapi matanya tetap tak meninggalkan jalan.

Sasa mendengus, tetapi ia tidak berhenti. “Dan soal Marcus Dexa Cruz itu, kau yakin mau mengejarnya? Aku tahu kau sangat terobsesi, tapi pria itu bukan main-main, Rea. Aku dengar dia lebih berbahaya daripada semua target kita digabungkan.”

Rea tertawa pelan, nada gelinya memenuhi ruang kecil dalam mobil.

“Itulah sebabnya aku sangat tertarik padanya, Sasa. Kau tahu aku suka tantangan.”

“Tantangan? Ini lebih mirip bunuh diri, Rea. Marcus bukan pria biasa. Kalau kau membuatnya marah—atau lebih buruk lagi, jika dia tahu siapa kau sebenarnya—dia tak akan ragu untuk membunuhmu.”

Rea mengangkat bahu ringan, seolah ancaman maut tidak berarti apa-apa baginya.

“Oh, Sayang, kau terlalu banyak membaca berita buruk. Marcus adalah pria dingin, ya, tapi dia juga punya kelemahan. Dan kelemahannya adalah wanita. Aku akan membuatnya jatuh cinta padaku, dan ketika dia berada dalam genggamanku, dia tak akan punya pilihan selain tunduk.”

Sasa hanya bisa memandang Rea dengan tatapan tercengang.

“Kau gila,” gumamnya. “Kau benar-benar gila.”

“Gila? Mungkin,” jawab Rea santai. “Tapi siapa yang waras di dunia ini, Sasa? Semua orang hanya berusaha bertahan hidup dengan cara mereka masing-masing. Aku hanya sedikit lebih kreatif.”

Mobil melaju melalui tikungan tajam, dan Rea menekan pedal gas sedikit lebih dalam. Angin malam menerobos masuk melalui jendela yang masih terbuka, membawa aroma tanah basah dan hujan yang baru saja reda.

Sasa diam untuk beberapa saat, mencoba mencerna semuanya. Tapi pikirannya terus berputar, tidak bisa diam.

“Kau yakin rencanamu dengan Marcus ini akan berhasil?” tanya Sasa akhirnya, memecah keheningan.

Rea tersenyum, kali ini sedikit lebih hangat, tetapi tetap penuh kepercayaan diri. “Tentu saja. Aku selalu berhasil mendapatkan apa yang aku inginkan, Sasa. Kau tahu itu.”

“Tapi bagaimana kalau kali ini berbeda? Bagaimana kalau Marcus tidak semudah itu dijebak?”

Rea mematikan rokoknya di asbak dengan gerakan anggun, lalu menoleh ke arah Sasa. Mata cokelat gelapnya bersinar penuh tekad.

“Kalau begitu, aku hanya perlu mencoba lebih keras. Aku tak pernah mundur dari tantangan, Sayang. Itu bukan gayaku.”

Sasa menelan ludah. Ia tahu mentornya ini keras kepala, bahkan lebih keras dari baja. Tapi ada sesuatu tentang Marcus Dexa Cruz yang membuat bulu kuduknya meremang.

Entah itu reputasinya, auranya, atau mungkin cerita-cerita mengerikan yang selalu beredar tentangnya. Sasa hanya bisa berharap Rea tahu apa yang dia lakukan.

“Terserah kau, Rea,” gumamnya akhirnya, menyerah pada kegigihan mentornya. “Tapi jangan bilang aku tidak memperingatkanmu.”

Rea tertawa kecil, lalu kembali fokus pada jalan. Tapi di balik tawa itu, pikirannya melayang jauh.

Marcus Dexa Cruz... Nama itu saja sudah membuat jantungnya berdegup sedikit lebih cepat. Pria itu adalah tantangan terbesar yang pernah ia hadapi, dan ia tidak sabar untuk memulai permainannya.

Marcus Pria yang mampu membuat Seorang Rea merasa terintimidasi dengan auranya yang dingin nan datar! Marcus satu-satunya pria yang mampu membuat ia merasa tidak seimbang.

Mobil SUV hitam yang dikendarai Rea mendadak berhenti, rodanya bergeser sedikit di atas jalan yang licin karena sisa hujan. Sasa, yang tengah melipat tangan dengan kesal, hampir terhempas ke depan karena hentakan mendadak itu.

“Rea! Apa yang—” suara protes Sasa terputus ketika pandangannya tertuju pada sesuatu di luar jendela. Mata cokelatnya membulat penuh keterkejutan.

Di jalan yang diterangi lampu neon pucat, terlihat pertarungan sengit yang melibatkan lebih dari lima puluh orang.

Beberapa mengenakan setelan hitam rapi, jelas anak buah seorang bos besar, sementara sisanya berpenampilan liar dan berantakan seperti gerombolan kriminal kelas bawah. Suara benturan logam, jeritan, dan tembakan sesekali memenuhi udara malam yang dingin.

Namun, bukan hanya perkelahian itu yang membuat Rea dan Sasa terpaku. Sedikit lebih jauh, di dalam sebuah mobil sport mewah berwarna hitam mengilap, duduk seorang pria dengan tatapan dingin menusuk nan menaikkan.

netra setajam elang itu, diam-diam membuat Rea merasa ada yang aneh dengan dirinya sesuatu yang mampu membuat ia merasa seakan-akan tatapan Pria itu mampu membuat dirinya terdiam.

sedangkan Marcus?? Ia tidak bergerak sedikit pun, hanya menonton dengan wajah tanpa ekspresi, seolah kekacauan di depannya hanyalah sebuah tontonan yang membosankan, yang tidak selevel dengan dirinya.

Mata Rea menyipit, fokus pada pria itu. Mata hijau zamrudnya bersinar penuh minat, bibirnya membentuk seringai kecil, meskipun dalam hati kecilnya ia benar-benar takut berhadapan dengan mafia sekelas Marcus Dexa cruis!!

“Kesempatan emas,” gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada Sasa.

Sasa menoleh dengan ekspresi bingung. “Apa maksudmu, Rea? Apa yang akan kita lakukan sekarang?"

“Diam saja dan nikmati pertunjukannya,” jawab Rea santai, menyalakan rokoknya dengan satu gerakan mulus. Kepulan asap pertama ia tiupkan keluar jendela, matanya tak pernah lepas dari pria dingin yang duduk di mobil sport itu.

Di depan mereka, pertarungan berlangsung brutal. Anak buah pria dingin itu, meskipun terlatih dan bersenjata lengkap, mulai kewalahan menghadapi jumlah musuh yang jauh lebih besar.

Salah satu dari mereka tersungkur ke tanah setelah menerima pukulan keras di kepala dengan tongkat besi.

Yang lain berteriak kesakitan ketika peluru bersarang di bahunya. Namun, mereka tidak menyerah. Mereka terus melawan dengan semangat gigih, seolah tahu bahwa kegagalan bukanlah pilihan.

Rea memerhatikan semuanya dengan tenang, menghisap rokoknya perlahan, menikmati setiap detiknya.

“Lihat itu, Sasa. Betapa indahnya kehancuran yang terencana,” katanya dengan nada genit.

“Indah?” Sasa hampir tercekik mendengar kata itu. “Rea, mereka saling membunuh! Ini mengerikan!”

“Tentu saja, Sayang,” jawab Rea santai.

“Tapi dari kehancuran, selalu ada peluang. Dan aku adalah orang yang tahu bagaimana memanfaatkan peluang itu!"

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
11 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status