Kini, Adelia diam-diam melirik ke arah Carlton yang sedang mengemudi. Jujur saja, Carltok jauh lebih tampan dari Alvin. Sayangnya, ini bukan tipe ketampanan yang disukai Adelia. Wanita itu lantas memalingkan wajahnya lagi ke arah jendela.Carlton sendiri menyadari tatapan Adelia. Pria itu tersenyum tipis, lalu mengulurkan tangannya untuk menyentuh tangan Adelia."Babe, aku memang tampan! Jika kamu masih belum puas, silahkan tatap lagi. Aku sungguh tidak merasa keberatan sama sekali!" ucap Carlton.Adelia segera menarik tangannya. "Jangan sentuh tanganku secara sembarangan!" pekiknya dengan kesal.Carlton menaikan alisnya. "Kenapa tidak boleh? Bukankah aku bahkan sudah pernah menyentuh setiap inci dari tubuh kamu?" godanya. Adelia sontak melirik tajam ke arah Carlton. "Kamu!" Hanya saja, dia tak bisa melanjutkan ucapannya. Jadi, wanita itu hanya bisa menatap kesal Carlton dan kembali memalingkan wajahnya.Carlton menghela nafas panjang, lalu segera menepikan mobilnya membuat Adeli
Mobil pun berhenti tepat di sebuah gedung yang asing bagi Adelia. "Ini ...." Adelia menatap ke arah Carlton saat mobil itu berhenti. Carlton menoleh ke arah Adelia. "Ikut aku!" ajak Carlton. Adelia yang masih takut pun, masih duduk diam. "Mau apa ke dalam? Ka-kamu jangan katakan kamu ...." Adelia segera menyilangkan kedua tangannya di dada secara refleks. "Eh!" Carlton menaikan alisnya ketika melihat Adelia seperti itu. "Kenapa seperti itu? Apakah aku terlihat seperti seorang yang mau memakan kamu?" ucap Carlton. "Aku ...." Adelia merasa canggung dan secepatnya melepaskan kedua tangannya. "Aku tidak berfikir seperti itu! Hanya saja, aku takut kamu akan melakukan hal tidak senonoh seperti yang sebelumnya kamu lakukan padaku!" jawab Adelia, dia memalingkan wajahnya ke arah jendela. Carlton terkekeh mendengarny
Carlton memicingkan matanya saat mendengar ucapan Adelia."Aku kenapa?" tanyanya.Adelia yang sudah membuka mulutnya sangat lebar langsung mengatupkannya kembali."Kamu ... Kamu pasti mengajukan pinjaman online memakai data-data milik aku kan? Ya kan?" tuduh Adelia.Seketika, Carlton tertawa keras saat mendengarnya."Hah! Pinjaman online? Aku meminjam data-data kamu untuk membuat pinjaman online? Hahahaha ... Hahahaha ...." Carlton tertawa keras dan baru kali ini, ada wanita sepolos Adelia."Kamu? Kenapa kamu tertawa?" tanya Adelia yang bingung melihat Carlton tertawa terbahak-bahak."Aku ... Pinjaman online? Hahahaha ...." Carlton tertawa lagi, dia tak bisa menghentikan tawanya itu sampai menangis, karena dia tak bisa berhenti tertawa."Kenapa sih kamu terus tertawa? Aku benar-benar bingung sama kamu!" ucap Adelia, dia masih tak mengerti dengan tawanya Carlton.Sehingga, Carlton pun menghentikan tawanya dan berusaha unt
Carlton yang sudah berada di dalam ruangan.Semua orang memberi hormat kepadanya dan ternyata, semuanya sudah di atur oleh Daffa untuk mengurus segalanya dan sisanya Carlton yang melanjutkan."Selamat siang Tuan!" sapa semuanya dengan sopan."Ya! Selamat siang juga," jawab CarltonDia segera duduk dan memberikan kartu identitas milik Adelia serta menunjukkan kartu keluarga online yang ada di layar ponselnya."Cepat selesaikan! setengah jam harus selesai!" perintahnya.Petugas yang ada dua orang di hadapan Carlton mengangguk patuh."Baik Tuan! Kami akan menyelesaikan semuanya dalam setengah jam, mohon untuk menunggu sebentar, ya!" ucapnya dengan sopan.Keduanya bergegas melakukan pekerjaan mereka sesuai permintaan Carlton dan tak ada yang berani yang membantah, karena mereka sudah menerima uang dari Daffa.Carlton menghela napas panjang dan melihat ke sekelilingnya."Haiistt!"Carlton mel
"Ini ...."Adelia tersentak saat melihat melihat layar ponselnya yang terus menyala, karena ponselnya terus berdering."Ada apa?" tanya Carlton saat melihat ekspresi wajah Adelia yang tiba-tiba diam itu.Adelia pun tersentak."Ah! A-aku mau menjawab panggilan telepon ini dulu," jawabnya, yang langsung bergegas menjauh dari Carlton.Sedangkan Carlton, dia menatap kepergian Adelia."Siapa yang menelepon? Kenapa dia terlihat panik sekali?" gumam Carlton."Apa mungkin dia si brengsek itu?" ucapnya."Kalau benar dia, aku harus tahu apa yang sedang mereka bicarakan! Aku ... aku tidak mau kalau dia mengganggu wanita yang sudah jadi istriku! Ya, aku tidak mau!" ucap Carlton.Yang segera memasukkan dua buku nikah ditangannya dan belum sempat diberikan kepada Adelia."Pak, semuanya sudah selesai kan? Apakah saya bisa pergi sekarang?" tanya Carlton."Bisa Tuan! Semuanya sudah selesai,
"Eh!"Adelia terkejut saat melihat ada tangan yang tiba-tiba memeluk tubuhnya."Si-siapa kamu?" tanyanya, yang langsung menoleh ke arah si pemilik tangan yang sudah menyelamatkan dirinya."Ka-kamu! Kenapa kamu ada di sini?"Adelia terkejut ketika melihat Carlton lah yang menolongnya."Kenapa harus terkejut saat melihat aku? Bukannya sangat wajar ya, kalau aku berada di sini?" jawab Carlton, dia tersenyum menatap Adelia.Seketika Adelia segera menjauh dari Carlton dan pelukan itu terlepas."A-aku! Aku hanya terkejut mengapa kamu sudah berada di sini? Bukannya tadi kamu masih berada di dalam?" tanya Adelia, dia merasa canggung sendiri."Ckckck ... memangnya kenapa kalau aku sudah ada di sini? Sepertinya kamu sedang menyembunyikan sesuatu dibelakang aku, ya kan?" tanya Carlton, dia menyipitkan matanya, menatap tajam Adelia.Adelia langsung memalingkan wajahnya."A-aku tidak menyembunyikan sesuatu darimu, hanya
Sepanjang jalan, Adelia hanya diam dan tatapannya yang kosong terus menatap ke arah luar jendela, membuat suasana hening tanpa ada salah satu dari mereka yang bicara."Di mana rumah kamu?" tanya Carlton yang memulai pembicaraan agar tidak terus menerus dalam keheningan.Adelia menoleh."Rumahku dari depan sana belok saja ke kanan, nanti ada gang kecil bernama gang kerinci, stop di sana!" jawab Adelia.Carlton mengangguk."Baiklah!"Setelah itu, kembali hening dan Adelia kembali menatap ke arah jendela, pikirannya sangat berantakan dan dia tak tahu harus bagaimana untuk mengatasi semuanya."Hutang kakak banyak sekali! Bagaimana aku harus melunasinya sedangkan aku saja tak memiliki uang sepeserpun sekarang," Batinnya.Carlton diam-diam melirik ke arah Adelia dan dia tahu, jika Adelia sedang sibuk memikirkan masalahnya.Carlton menghela nafas panjang dan bergumam, "Wanita ini! Sudah jelas tak mun
"Itu ...."Carlton langsung teringat dengan pembicaraan telepon yang dia dengar antara Adelia dengan lawan bicaranya."Jangan katakan, kalau itu kakaknya? Kalau benar, maka ...."Carlton langsung bergegas mengikuti preman-preman yang membawa pria yang sudah babak belur itu.***Sedangkan di tempat lain.Adelia yang sudah sampai di depan pintu rumahnya bergegas masuk dan dia tak mendapatkan sosok kakaknya dan orang-orang yang tadi menelepon dirinya."Di mana mereka? Mengapa tidak ada kakak di sini?"Adelia langsung memeriksa setiap sudut rumahnya, tapi dia benar-benar tak menemukan sosok kakaknya."KAK! KAKAK!" panggil Adelia, dia terus mencari keberadaan kakaknya.Namun tak dia temukan sama sekali.Sampai, saat Adelia sudah putus asa mencari keberadaannya.Terdengar suara gaduh dari arah depan rumahnya."