Share

Hamil Untuk Suamiku
Hamil Untuk Suamiku
Penulis: El GeiysyaTin

1. Gara-gara Berhutang

"Mengapa kita turun? Di sini tidak ada rumah! Apa kamu akan mengurungku setelah menjadi istrimu?” Riti bertanya pada Tama, pria yang baru dinikahinya satu jam yang lalu. Ia heran dengan Tama yang menghentikan mobil dan tinggalkannya begitu saja, di tempat asing. tidak ada perumahan di sekitarnya.

Kata orang, Tama laki-laki yang menakutkan, tapi Riti tetap berharap tidak akan diperlakukan dengan buruk, apalagi harus tinggal di tempat seperti itu, ia tidak mau.

Tama hanya berdiri tegap dan menatap lurus ke depan, lalu mengajak Riti memasuki kawasan yang mirip hutan.

Rasa takut mulai menyelimuti hati Riti sebab ia bersama dengan pria yang sama sekali belum dikenalnya. Apalagi, sosok pria seperti Tama bukanlah tipenya. Ia menikah karena terpaksa.

Kemarin, Riti datang ke rumah ayahnya, dengan niat untuk meminjam uang, hanya itu cara yang bisa ia lakukan demi bisa membayar biaya pengobatan ibunya. Ia anak yang diperlukan seperti orang asing oleh ayahnya.

Tidak ada niat dalam hatinya untuk menjadi istri seseorang.

Namun, Riti terpaksa menuruti keinginan saudara kandungnya, Yuna, untuk menikah dengan Tama. Dengan begitu, ia akan mendapatkan uang pinjamannya.

“Apa Ayahmu tidak mengatakan apa pun soal aku?” Tiba-tiba Tama bertanya saat mereka sudah berjalan beberapa langkah dan laki-laki itu melihat pada Riti dengan tatapan menyelidik.

“Ayah hanya bilang kalau kamu anak tiri dari keluarga Brawijaya, dan kamu bisa mendapatkan warisan dari keluarga itu kalau kamu berhasil memiliki anak dengan menikahiku!"

“Hanya itu? Dia tidak bilang seberapa besar dia berhutang padaku, dan menjadikan kamu sebagai bayangannya?”

Riti diam, ia menunduk malu, mendengar pertanyaan itu. Ia harus siap kalau dirinya akan dijadikan budak nafsu.

“Kalau tidak tahu, maka diamlah!” Tama berkata lagi.

Sikap Tama begitu dingin, dan memberikan aura menakutkan. Riti pasrah ke mana pun akan dibawa laki-laki itu pergi. Nasibnya bagai tergadai karena perjanjian pernikahan yang harus dilakukannya.

Riti menyalahkan Marhen--ayahnya, atas segalanya. Apa lagi pria itu tidak mengatakan apa pun tentang Tama. Ia diminta melakukan pernikahan itu hanya sampai Tama memiliki keturunan saja, setelah itu ia bisa bercerai darinya.

Sebelumnya ada perjanjian tak tertulis yang diucapkan Marhen, yang akan memberikan anak perempuannya sebagai tebusan kepada Tama. Semua itu Marhen katakan agar Tama mengampuninya dari kesalahan konstruksi yang dilakukannya. Ia membuat kerugian besar pada, proyek perusahaan Tama..

Tama menerima tawaran itu, tapi ia tetap memikirkan nama baiknya, hingga ia melakukan pernikahan dengan Riti secara sah.

Awalnya, Marhen meminta Yuna, anak pertamanya, untuk menikah dengan Tama, tapi gadis itu menolak.

Begini kejadian saat Marhen membicarakannya dengan Yuna dan istri mudanya, di rumah mereka.

“Apa Ayah tega nama baikku sebagai artis, tercoreng karena menikah dengan anak yang tidak diakui itu?” kata Yuna, saat Marhen membujuknya, karena gadis itu cukup cantik dan seksi.

“Ini untuk membantu Ayah, Yuna ... Tama memang anak tiri, tapi dia kaya dan warisan dari keluarga Brawijaya juga banyak, kalau kamu bisa melahirkan anaknya, maka kamu akan mendapatkannya juga!"

“Tapi apa kata penggemarku kalau aku menikah tanpa mas kawin, dan hanya sebentar? Lagi pula belum tentu aku mendapatkan warisan, walaupu, aku melahirkan anaknya?” ketus Yuna pada Marhen.

Marhen terdiam sesaat lamanya, membenarkan ucapan Yuna. Perjanjian pernikahan itu hanya untuk menebus kesalahannya. Jadi, tidak mungkin berharap harta dari Tama.

“Ayah, bagaimana kalau Riti saja yang menikah dengan Tama?” usul Yuna tiba-tiba.

Bagi Yuna, Riti lebih tepat untuk ditumbalkan demi keinginan ayahnya yang tanpa pikir panjang, menjadikan anaknya barang dagangan, dan jaminan hutang. Ia punya nama besar di dunia perfilman, yang dibangun dengan payah. Tidak mungkin mengorbankan harga diri demi pria seperti Tama. Oleh karena itu ia menawarkan adiknya untuk hal itu.

“Aku kira itu usul yang bagus!” kata Kiran—wanita muda yang belum lama dinikahi Marhen.

“Aku benar, kan, Bu?” kata Yuna, Kiran pun mengangguk.

Wanita muda itu berparas cantik dan berpenampilan glamor. Ia sangat dekat dengan Yuna—anak sambungnya, karena mereka terlibat dalam kerja sama di dunia Entertainment.

Pernikahan Marhen dengan Kiran, membuat Yuna bahagia, tapi tidak dengan Riti.

Tina, ibu kandung Yuna dan Riti, seorang wanita yang sakit-sakitan sejenak beberapa tahun terakhir, tapi Marhen justru memutuskan untuk bercerai, hanya karena istrinya tak lagi bisa disembuhkan. Sejak saat itu, Riti tinggal bersama ibunya, dan berjuang hidup sendirian. Ia rela melakukan perjanjian pernikahan, demi memenuhi biaya rumah sakit untuk ibunya.

Riti tersadar dari lamunannya saat Tama menggamit tangannya. Ia kembali melangkah dengan hati-hati menyusuri jalan kecil yang penuh dengan semak belukar.

Riti tidak menolak genggaman tangan Tama yang kokoh, walau, ia agak riskan, sebab mereka baru mengenal, sentuhan seperti itu hanya layak untuk orang yang memiliki hubungan dekat. Namun, ia tak mungkin melepaskannya sebab ia harus menjaga langkah agar tidak jatuh.

“Apa kamu kerepotan berjalan seperti itu?” tanya Tama, sambil menatap kaki Riti yang putih mulus, sedangkan gadis itu justru menatap wajah Tama.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status