“Aku dengar kau pulang kerumah dan membuat masalah lagi disana.”
Aktifitasku yang sedang menata makanan di atas meja terhenti saat mendengar suara dari atensi itu, seperti suamiku ini memang sangatlah peduli dengan keluargaku.“Masalah?.... Masalah apa yah?”Damian yang baru saja pulang kantor itu tak langsung mengistirahatkan dirinya melainkan langsung menghampiri sang istri yang sedang sibuk di dapur bersama dengan pelayan – pelayan disana.“Kau mengatakan sesuatu yang buruk pada Queen.”Tamara tersenyum simpul mendengar itu, memangnya pria mana yang tidak keberatan jika kekasih tercintanya diperlakukan tidak baik oleh orang lain, tapi Tamara tidak melakukan hal seperti yang apa yang tuduhkan.“Sesuatu yang buruk, seperti apa yah aku tidak merasa melakukan itu. memang benar aku pulag kerumah orang tuaku dan hanya mengambil beberapa barangku yang ketinggalan saja.”“Tapi Queen tidak mungkin berbohong.”Tamara menyunggingkan senyumanm, tentu Damian akan lebih memilih percaya dengan kekasih tersayangnya itu. “Lihat ini!” Seru Tamara dengan memperlihatkan bekas tamparan diwajahnya.“Dia menamparku hanya karena tersinggung aku mengatakan mencuri, tapi kalau dia tidak mencuri kenapa harus marah dan menamparku.”“Tapi muncul di depan Queen denga napa yang telah terjadi itu salah, Queen masih ditahap kesedihannya wajar jika ia tersinggung.” Ujar Damian mengutarakan pembelaan.“Sedih? Sedih kenapa, kupikir tidak ada lagi yang harus ditangisi. Bukankah semuanya sudah selesai, dengan kita yang resmi menikah.”“Queen hanya dalam masa dimana dia belajar menerima semuanya, tolong jangan ganggu dia.”“Damian, aku tidak pernah menganggunya, toh memang dia harus bisa menerima semuanya kan. Yang turut andil memutuskan kita berdua harus menikah kan ada dia juga, padahal aku sama sekali tidak keberatan jika harus hamil anakku tanpa seorang ayah.”“Dia melakukan ini juga demi menjaga nama baik keluarga, justru kau yang egois ingin memiliki semua apa yang dia miliki.”Ucapan seperti itu, ucapan seperti itu yang Tamara paling benci. Ia sangat benci jika ada orang merasa paling tahu dan mengerti tentang dirinya dan apa yang ia jalani.“Milik. Jika bicara tentang milik, kau bisa lihat sendiri jika tidak buta. Apa yang kau lihat yang aku miliki sekarang? Apa yang ada di diriku dan apa yang aku bawa?” Tanya Tamara dengan sorot mata tajam.“Kau bertingkah seoalh dirimulah yang paling dirugikan disini, itulah membuat semua orang jijik terhadap dirimu Tamara. Kau berbeda dengan Queen yang selalu memikirkan perasaan orang lain ketimbang dirimu.”Memikirkan perasaan orang lain? Damian kau dalam masalah besar.“Ya, begitulah Queen dimata semua orang.” Putus Tamara dan berlalu pergi.***Tidak ingin terus – terusan berdebat dengan Damian aku memilih untuk lari, dengan mata yang berkaca – kaca aku berusaha untuk tetap membendung cairan bening yang sudah ingin jatuh. aku berjalan dengan langkah cepat menyusuri tangga dan memasuki kamarnya.Menutup pintu kamar dengan begitu rapatnya, demi memilih untuk menanggung semua apa rasa sakit yang kini kembali menggores hatinya. Aku mungkin kuat dan terbiasa dengan semuanya, tapi juju raku maish belum bisa menerima dengan hal yang berbicara tentang memikirkan perasaan orang lain dibanding diri sendiri.Semua orang memang sudah buta, buta akan kasih sayang meeka kepada Queen. Sampai tak lagi dapat melihat segala pengorbanan besar yang aku lakukan demi Queen sedari kecil. Cinta, kasih sayang, perhatian bahkan keadilan sama sekali tidak berpihak padaku. Semua orang hanya melihat Queen, segala apa pun tentang Queen bahkan sampai yang terkecil pun. Sementara aku kebaikan besar pun yang aku lakukan tidak akan pernah membuat semua orang dapat melihatku.Mencari pembelaan diri untuk diriku sediri pun seakan – akan tidak boleh dan tidak bisa, hanya aku yang paling tepat untuk disalahkan, akulah yang paling di tuntut untuk bertanggung jawab atas segala hal yang sama sekali bukan kesalahanku.Dan pada ahirnya aku hanya bisa terduduk lemas memikirkan semua itu, seperti halnya sekarang ini aku menyandarkan diriku di pintu kamar ini sambil meratapi segala kemalangan hidupku.***Cukup lama aku menghabiskan waktu dikamar, padahal rencanaku sebelumnya aku ingin makan malam bersama Damian setelah ia pulang dari kantor layaknya pasangan suami istri pada umumnya.Tenagaku terkuras habis karena terus – terusan menangisi diriku sendiri, aku memutuskan untuk keluar dari kamar.mataku celigak – celinguk memperhatikan dengan seksama suasana rumah yang rupanya sudah gelap dan hanya ada beberapa pencahayaan saja. Dengan langkah pelan aku berjalan menuruni tangga berniat untuk langsung kedapur.“Ingin apa tengah malam begini.”Suara pria itu memenuhi seisi rumah yang sudah sunyi itu, aku pun terkejut memegangi dadaku. Hampir saja aku terjatuh akibat terkejut mendengar suara Damian yang rupanya ia sedang duduk di ruang keluarga dengan secangkir minumnya.Dan aku tetap mengontrol ekspresi wajahku, aku pun tidak ingin terlihat konyol karena bagaimana pun kami berdua baru saja berdebat tadi.“Lapar.” Uajrku singkat dan kembali melanjutkan langkahku.Damian tak mengubris lagi dan memilih fokus pada ponselnya, aku membuka lemari dan melihat stok mie instan disana. Segera aku memanaskan air dan menyiapkan makanku sendiri. Padahal tadi aku telah memasak makanan yang lebih sehat untuk makan malam, jika bukan karena Damian mungkin ia tidak akan repot memasak mie instan seperti saat ini.Setelah semuanya siap aku menuangkan mie yang sudah matang itu ke mangkok dan meletakkannya dimeja makan. Bersamaan dengan itu Damian datang dengan membawa cangkir bekas minumnya, sepertinya ia baru saja meminum kopi.Meminum kopi dimalam hari, mungkin ada yang ingin dia selesaikan dengan cepat, atau mungkin ingin menghabiskan malam dengan bermesraan bersama dengan kekasih. Memang paling enak jika telfonan sepuasnya dimalam hari.“Bibi Harry menyimpan sisa makan malam didalam lemari es, jika kau mau kau bisa memakannya.” Ucap Damian dengan meletakkan bekas cangkir yang telah ia bersihkan ditenpat yang seharusnya.Aku melirik lemari es sambil menguyah pelan makananku, melihat Damian telah pergi kekamarnya aku dengan segera beranjak dan memeriksa apa kah benar yang dikatakan pria itu.Shit!!Benar saja Bibi Harry telah menyisakan makan malam untukku, padahal tadi aku sangat tergiur dengan ayam saus tiram dan berbagai macam sayuran yang bibi Harry masak.Prangg!!!Suara bising terdengar ruang kamar rumah sakit itu, perawat yang berada disana dengan buru keluar setelah meliat dokter mereka marah dan membanting kotak makanan itu ke lantai.“Kamu gila!!” Marahnya pada wanita yang duduk itu.“Kamu tahu kan, makanan selain dirumah sakit itu tidak boleh untuk pasien. Lagi pula tidak ada yang bisa menjamin makanan itu sehat atau tidak dan kamu memberikannya pada pasien yang sedang sakit.” Lanjutnya lagi.Tamara hanya terdiam mendengar amukan Queen padanya, saat tadi ia sedang menyuapkan makan makan untuk nenek Hanna Queen tiba – tiba masuk melihatnya dan membanting kotak makan itu.“Sekarang kamu pergi!!” Ujar Queen sembari menunjuk kea rah pintu.“Pergi!! Aku bilang, aku akan kasih tahu ibu dan ayah kalau kamu berani mengganggu nenek.”Tamara tak ada pilihan lain, meskipun Queen langcang padanya tapi saat ini ia tidak ada kekuatan untuk membalas Queen. Ia beranjak mematuhi Queen yang memintanya untuk segera keluar, namun tangan nenek Hanna
“Apa maksudnya tadi itu?” Satu pertanyaan dari rentetan pertanyaan yang sebelumnya diajukan oleh Damian pada sang isteri, layaknya seorang isteri yang tertangkap basah berselingkuh oleh suaminya Tamara hanya bisa diam dengan posisinya duduk di sofa sementara Damian berdiri mengintrogasi dirinya.“Kamu pergi dengan laki – laki lain, apa menurutmu itu baik? Kamu mau mempermalukan aku lagi, mempermalukan keluarga kita lagi?”“Ini tidak seperti yang kamu pikirkan, kami bertemu di taman dan dia berbaik hati mengantarkan aku pulang karena kondisiku yang tidak memungkinkan.” Jelas Tamara.“Tapi kenapa harus bersama dia, selama ini juga kamu selalu memesan taksi. Apa kamu tidak tahu siapa Kenzo itu, kalau ada ada media yang melihat kalian bersama menurutmu akan seperti apa reaksi mereka. Posisi kamu sekarang ini adalah sebagai seorang isteri, isteriku.” Damian.Tamara menganguk puas dengan itu, tak ingin lagi berlama – lama ia segera perlahan beranjak dari duduknya. Tak ingin terus mendengar
“Apa ini, kamu melukis calon bayimu?” Tamara lantas berbalik melihat seseorang itu yang tak lain adalah Kenzo.“Kamu.”Kenzo tersenyum melihat Tamara, ia sudah tahu jika wanita hamil itu akan terkejut melihatnya. Bagamana tidak terkejut jika ia secara tiba – tiba datang dan menanyakan soal lukisannya.“Kupikir siapa wanita hamil yang duduk sendiri dibawah pohon.” Ujar Kenzo.“Bukan urusanmu, lagi pula untuk apa kamu disini. Ingin menggangguku?” Sembur Tamara mendengus kesal pada Kenzo.“Tadinya sedang lari sore dan tak sengaja melihatmu disini. Aku tidak ganggu lo yah, aku cuna bertanya tentang lusikanmu itu. Tidak kusangka kalau kau pandai melukis, kau pasti seorang seniman.” Jelas Kenzo.“Bukan urusanmu.” Ucap Tamara berbalik, ia enggan untuk mempedulikan Kenzo apa lagi ia bertanya tentang lukisan bayi kecil yang dibuatnya. Kenzo menarik nafas dan menghembuskannya, cukup menguras mental berbicara dengan Tamara. Apa karena mereka sebelumnya tidak pernah berinteraksi, waktu masih se
“Dia adalah salah satu guru yang sempat bengajar disini selama tiga bulan, sekarang ia mengajukan cuti dengan alasan kondisi kehamilannya yang semakin tua. Namun kami belum menerima kejelasan apakah ia akan kembali mengajar atau tidak.” Jelas seorang pria tua yang merukan kepala taman kanak – kanak.Pria itu mengaguk puas sambil membolak balikkan berkas mengenai ibu guru Tamara, tentu ada rasa kepuasan tersediri baginya setelah mengatahui dengan jelas bahwa Tamara adalah salah satu guru ditaman kanak – kanak ini.“Baiklah, kurasa itu cukup.” Ujarnya dengan mengembalikkan berkas itu kepada kepala taman kanak – kanak.“Apa ada saran dari anda tuan, anda kan sekarang adalah pemilik sah taman kanak – kanak ini.”“Aahh tidak, kau urus saja sendiri.”*** Sore hari yang cerah itu sekitar pukul 15:33, Tamara keluar dari rumah dengan menenteng keranjang kecil entah apa yang ia bawa. Setelah bermapitan kepada bibi Harry, Tamara langsung saja berjalan keluar dari gerbang rumahnya menghampiri mo
Pintu lift hotel terbuka untuk seorang pria yang sudah menunggu disana, sejenak ia me melihat arlojinya dan memutuskan untuk masuk kedalam lift bersama dengan asisten pribadinya.“Apa jadwal hari ini?” Tanya pada sang asisten wanitanya.Mendengar atasannya menanyakan jadwal dengan sigap wanita itu membuka tabnya dan mengecek jadwal untuk hari ini.“Pagi ini jam 09:00 kita akan menghadiri taman kanak – kanak untuk peresmian bagunan baru disana.”Pria bernama Ammanuel Kenzo Algatra itu kembali melirik arlojinya yang sudah menunjukkan pukul 08:10 pagi, baru ingat jika ia akan meresmikan gedung baru untuk taman kanak – kanak yang dibangun oleh keluarganya dan itu juga salah satu alasan mengapa Kenzo kembali ke negara ini.Pintu lift terbuka lagi untuk orang yang akan turun menuju lantai bawah, namun yang membuat alisnya terankat dan tersenyum tipis adalah seorang pria yang ia kenal disana bersama dengan seorang wanita yang memeluk lengan si pria. Pria yang tak lain adalah Damian Frendrick
Damian PovAku melirik arlogiku dan sudah menunjukkan pukul 10 malam, ini sudah waktunya jam kerja selesai melihat juga area parkiran sudah banyak yang kosong dan hanya ada beberapa mobil saja. Kantor yang pada jam awal begtu adat dan sibuk dengan pekerjaan masing – masing karyawan, kini terasa begitu senyap dengan langkah kakiku bersama Erlando terdengar begitu nyaring menyentuh lantai.Beberapa langkah aku melewati beberapa bagian kantor menuju ruanganku, terdengar juga suara seperti entakal heels seorang wanita. Aku yang akan mengarah ke kiri dan dia yang sebaliknya, bertemulah aku dengan wanita yang sudah dua minggu ini kami tidak ernah bertukar kabar.“Damian!!”Aku sedikit terkejut dan merasa hangat sekaligus saat merasakan nyamannya pelukan dari wanita itu, wanita bernama Queensha Nathallya Noa kekasihku, cintaku.Aku melepaskan pelukan kami dan beralih menatapnya dengan senang, melihat wajahnya yang lucu dan polos super menggemaskan ini membuat perasaanku perlahan membaik. Waj
Queen menatap tajam penuh kebencian pada kakaknya yang sudah berjalan jauh darinya, ia merasa kesal karena sampai sekarang Tamara masih saja bisa terlihat kuat padanya. Padahal ia begitu ingin melihat Tamara memujanya dan menghormatinya, tapi justru Tamara semakin membangkang padanya bahkan bersikap kurang hajar padanya seperti tadi.Tidak!! Queen tidak bisa terima dirinya diperlakukan seperti itu, ia mau semu orang memujanya dan mencintainya termasuk Tamara harus bisa tunduk patuh tak berdaya dihadapannya. Tidak bisa dibiarkan jika seperti ini terus, Tamara harus mengambil tindakan yang lebih keras lagi agar ia bisa membuat Tamara menangis dan memohon padanya. Harus lebih keras lagi dibanding dengan malam pesta itu. Tapi mengingat Tamara, pikiran Queen jadi terbesit dengan Damian.Sekarang ia jadi penasaran apa yang pria itu lakukan dan dimana pria itu sekarang, belakangan ini komunikasi mereka tidak berjalan dengan baik. Akhir – akhir ini mereka jarang sekali berkomunikasi, terakhir
Keduanya berbalik kesumber suara laki – laki yang kini telah berada di dekat mereka berdua, dengan santainya tersenyum dan menyapa mereka.“Senang bisa bertemu kembali dengan anda tuan George,” Salamnya.Vladimir lantas mengalihkan perhatiannya pada sosok pria yang kini menyapa dengan penuh hormat, Ammanuel Kenzo Algatra.”Vladimir terbelalak senang melihat sosok partner bisnis itu, tanpa menunggu lama ia langsung membalas uluran tangan dan menyapanya kembali. “Ooohhh hahahaha….. Algatra, rupanya anda juga menhadiri acara saya, saya pikir yang akan datang hanya orang perwakilan anda. Saya benar – benar tidak menyangkan.”Diam, kaku dan dingin.Begitulah reaksi Damian saat melihat seseorang yang baru saja muncul dihadapannya ini, Ammanuel Kenzo Algatra. Ia masih begitu jelas mengingat wajah orang itu, orang yang dulu begitu ia benci dan sekarang kini mereka kembali bertemu.Kenzo diam – diam menyunggingkan senyuman dan mengedipkan mata jahil pada orang yang ada didekatnya ini, memang t
Queen menatap kagum melihat pantulan dirinya sendiri di cermin meja riasnya, setelah tadi ia merasa kesal dengan ibunya ia pun memutuskan untuk segera bersiap sebelum waktunya ia pergi ke rumah sakit. Penampilannya yang feminim memang tidak pernah gagal, tak heran jika ia bisa mencapai tingkat popularitas sebagai anak pengusaha terkenal di kota ini. Bahkan tak banyak orang yang merasa iri dengannya karena hidupnya yang begitu SEMPURNA, memang selalu sempurna dimana ia bisa mendapatkan apa pun yang dia inginkan. Dan hal itu akan terus ia pertahankan dan tidak akan pernah ia sia – siakan.Queen beranjak dari meja riasnya dan melangkah keluar dari kamar, ia melihat jika suasana rumahnya sudah sepi dan hanya ada pelayan yang sedang bekerja itu artinya sekarang ibunya sudah tidak berada dirumah.Queen sedikit berdecak kesal padahal ia sangat berharap jika ibunya itu tetap berada dirumah dan menunggunya keluar dari kamar untuk meminta maaf langsung padanya. Suasana hatinya jadi sediki buru