Home / Romansa / Hasrat Pria Lumpuh / Bab 2 Malam pertama

Share

Bab 2 Malam pertama

Author: Penulis Hoki
last update Last Updated: 2025-08-21 16:14:12

Anna menelan ludahnya, gaun putihnya masih melekat sempurna. Pernikahan ini seharusnya hanya pura – pura saja, tak berarti apa-apa. Namun, saat duduk berhadapan dengan Damien di meja makan malam itu, suasananya terasa jauh dari formalitas.

Damien duduk tegak di seberang, tanpa kursi roda. Jari-jarinya terlipat rapi di atas meja, matanya yang kelam menatap Anna lekat-lekat, membuat jantung gadis itu berdetak lebih cepat.

“Kenapa tidak makan?” suara Damien pelan.

Anna buru-buru menunduk, tangannya sedikit gemetar saat mencoba memotong steak. “Aku tidak terlalu lapar,” jawabnya.

“Padahal kau akan butuh banyak tenaga untuk malam ini,” ucap Damien, terdengar seperti ancaman.

Anna mencoba tersenyum kaku. “Aku pikir kau tahu pernikahan ini hanya—”

“Pura-pura?” potong Damien.

Anna terdiam, merasa lehernya menegang. Ia tak tahu harus menjawab atau diam.

“Kau tidak perlu menjelaskan, Anna,” lanjut Damien. “Sudah kubilang, aku tahu semua alasan kalian sejak awal. Sayangnya, aku bukan orang yang mudah dipermainkan.”

Anna ingin menyangkal, tapi tak bisa. Ia menggigit bibirnya. “Aku tidak tahu sebelumnya ternyata kau bisa berjalan,” katanya, terdengar bodoh.

Damien tersenyum, senyum yang tak sampai ke matanya. “Semua orang tidak tahu. Termasuk ibumu. Kalian pikir kalian menjebak rusa sekarat. Tapi sayangnya, kalian berurusan dengan serigala.”

Suasana makan malam berubah menjadi medan perang tersembunyi. Anna menatap piringnya, kehilangan selera makan. Namun, ia tahu bangkit dari kursi akan membuatnya terlihat lemah.

“Aku tidak pernah berniat menyakitimu,” gumamnya.

Damien mencondongkan tubuhnya. “Justru itulah masalahnya, Anna. Kau tidak berniat menyakitiku. Kau hanya berniat memanfaatkan aku, dan itu lebih buruk.”

Anna merasa kata-katanya takkan mampu melawan logika dingin pria di hadapannya.

“Aku tidak peduli kau menginginkanku atau tidak. Malam ini aku akan menyentuhmu. Siap atau tidak.”

Anna terkejut.

“Kita tidur di kamar utama. Dan mulai besok, aku yang akan mengatur hidupmu. Kau ingin menikah demi balas dendam kan? Maka terimalah konsekuensinya sebagai istri Damien Sinclair.”

Jantung Anna seolah berhenti berdetak. Damien bangkit, melangkah kokoh, membuktikan bahwa semua cerita tentang kelumpuhannya hanyalah kebohongan. Ia menarik Anna dan membawanya ke kamar pengantin.

“Selamat datang di permainanmu sendiri, Anna.”

Pintu tertutup. Anna duduk di ujung ranjang yang luas, merasa gaunnya seperti kain kafan. Ia ingin menangis, tapi tak ada air mata yang keluar. Damien, pria yang seharusnya lumpuh, kini berdiri di hadapannya. Ia telah membalikkan papan permainan dan menahan Anna di dalamnya.

Ia mencoba mengingat wajah Lucian, pria yang dicintainya, yang menjanjikan kebebasan. Tapi jarak mereka terlalu jauh sekarang. Ia menyandarkan kepala, memejamkan mata. “Jika ini baru awalnya… bagaimana dengan akhirnya?”

Kamar pengantin terasa terlalu luas. Anna berdiri kaku di ambang pintu.

“Segera lepas gaunmu,” perintah Damien. Ia meletakkan tongkatnya dan duduk di sofa, mengawasi Anna seperti pemburu. “Aku tidak akan mengulanginya lagi, Anna. Lepas gaunmu se-ka-rang.”

Anna menoleh, matanya menahan air mata. “Kau berbohong, ini tidak adil,” bisiknya.

“Aku tidak pernah berbohong,” Damien tersenyum tipis. “Itu ibumu yang bicara, bukan aku.”

Napas Anna bergetar. “Aku tidak mencintaimu, biarkan aku minum pil darurat setelah ini… atau bisakah kau menggunakan pengaman?”

“Aku pun tidak butuh cintamu,” jawab Damien. “Aku hanya butuh… tiga anak saja.”

“Anak?” Anna menyipitkan mata.

“Akui kekalahanmu sekarang,” kata Damien.

“Kalah?”

“Bahwa ibumu gagal menghancurkanku. Dan kau hanya versi lebih muda dari kekalahannya.”

Anna tahu, jika ia melawan, Vivienne akan kehilangan segalanya. Dengan tangan gemetar, ia mulai membuka resleting gaunnya. Damien perlahan mendekat, langkahnya tenang. Ia berhenti sejenak, menatap Anna.

“Takut?” tanyanya.

“Benci,” jawab Anna. “Tapi lebih dari itu… aku jijik.”

“Bagus,” Damien tersenyum sinis. “Benci adalah bahan bakar yang bagus untuk api. Tapi jangan salah, Anna. Kau bukan korban di sini. Kau hanya bagian dari permainan ini.”

Ia mengangkat dagu Anna. “Dan kalau kau ingin bertahan, belajarlah memainkan peranmu lebih baik.”

Damien berbisik di dekat telinga Anna, “Karena mulai sekarang, kau milikku. Tubuhmu, nama belakangmu, juga sisa hidupmu.”

Malam itu, semua milik Anna direnggut paksa. Ia merintih kesakitan, bahkan Damien terkejut karna ternyata ini adalah pengalaman pertama bagi dirinya dan juga Anna...

Arrgh, sa-kit…” rintih Anna.

“Tahan, Anna. Hanya malam ini. Besok kau yang akan memintanya sendiri karena ketagihan!” Damien bergerak maju-mundur tak beraturan. Ini juga yang pertama baginya.

“Am-pun…” Anna memohon, tapi Damien punya banyak gaya yang ingin ia coba.

“Sabar, Anna, ini baru satu gaya. Aku masih punya banyak permainan sampai pagi.”

Benar saja, Damien melakukannya hingga hampir pagi. Anna berusaha meyakinkan dirinya bahwa setelah ini ia bisa kabur dan kembali ke Lucian. Ia menatap langit-langit kamar saat Damien akhirnya pergi tidur. Anna berusaha kabur, tapi ia tak sadarkan diri.

---TBC---

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hasrat Pria Lumpuh   Bab 12 Lanjut main atau makan malam?

    Anna mengangkat sebelah alisnya, penasaran.Damien mendekat, mengunci pergerakan Anna. Lidahnya bermain, seolah menantang Anna untuk beradu. Anna menolak seperti biasa, tapi Damien tak menyerah. Ciumannya turun, menjelajahi leher hingga dadanya.“Ahhh...”Akhirnya Anna mendesah tanpa sadar. Bibirnya tertahan, namun desahan itu tak bisa membohongi Damien. Tangan Damien juga mulai bermain di bawah, perlahan namun membuat Anna tak karuan. Tepat saat Anna hampir mencapai puncaknya, Damien menjauh.“Oke, sudah waktunya kita makan malam di bawah,” ucap Damien seolah tak terjadi apa-apa.Anna menelan ludah, napasnya tersengal. Dia terkejut. Bagaimana bisa Damien berhenti begitu saja saat dia hampir meledak? Tapi Anna terlalu malu untuk meminta Damien melanjutkan.“Gimana? Mau makan malam atau---““Makan malam!” potong Anna cepat. Dia sudah cukup merasa dipermalukan di depan Damien.&ldqu

  • Hasrat Pria Lumpuh   Bab 11 Menikmatinya

    Anna menatap mata yang dingin itu. Jauh di lubuk hatinya, ia tahu satu hal. Jika ingin bertahan, ia harus mulai melawan.Keesokan harinya, Anna mulai membuat salinan semua dokumen yang ia kirim dan menyimpannya di drive pribadi. Ia juga diam-diam mempelajari sistem log perusahaan dan mencatat setiap waktu akses file. Benar saja, ada dua dokumen yang diakses ulang oleh akun Bianca tepat setelah Anna mengunggahnya. Namun, satu file terpenting. laporan Zurich hilang total. Tidak hanya dihapus, tetapi benar-benar musnah dari server utama.Jantung Anna berdegup kencang saat menatap layar laptopnya. Sekretaris Damien bukan hanya ingin menyingkirkannya. Dia ingin Damien sendiri yang membuangnya.Anna berdiri di depan kaca, memandangi bayangannya. Ia sadar, cinta saja tidak akan cukup untuk bertahan di rumah ini. Ia harus cerdas, licik dan harus tega."Bianca yang memulai perang. Aku harus siap membalasnya. Tapi kenapa aku harus terlalu ikut campur? Bukankah aku tidak menyukai Damien? Tugasku

  • Hasrat Pria Lumpuh   Bab 10 Bianca

    Aroma kopi pekat dan parfum mahal menguar di ruang rapat utama lantai lima. Pagi itu, Anna terpaksa hadir. Duduk di ujung meja panjang, ia merasa kecil di antara para penasihat hukum perusahaan yang mengapitnya. Gaun formal berwarna abu-abu lembut membalut tubuhnya, namun rasa malu jauh lebih terasa. Sebab ia masih merasa sebagai istri sementara Damien.Entah mengapa ia begitu pasrah saat Damien memintanya ikut mengurus perusahaan setelah dua hari lalu ia dikurung di kamarnya. Seolah-olah hidupnya sudah bukan miliknya lagi.Sepuluh menit kemudian, Damien masuk. Langkahnya cepat, dingin, dan penuh wibawa. Seluruh orang di ruangan berdiri serentak. Di belakangnya, seorang perempuan anggun mengikuti. Setelan hitam yang pas dengan ukuran badannya, rambut diikat rapi, clipboard di tangan kanan, dan tablet di tangan kiri.“Selamat pagi, semuanya,” sapa Damien tanpa melirik Anna sedikit pun.Perempuan itu menarik kursi tepat di samping Damien. Dengan

  • Hasrat Pria Lumpuh   Bab 9 Gugatan

    BRAKK !Pintu kamar terbanting terbuka dengan kasar. Langkah kaki Damien menghentak lantai marmer, bergegas dan penuh amarah yang mendidih. Anna, yang baru saja melepas sepatu, membeku di tempatnya. Jantungnya serasa berhenti berdetak sesaat.Tubuh Damien kini berdiri tegap di ambang pintu, siluetnya mengancam. Mata gelapnya menancap langsung ke pupil mata Anna seolah sedang menghakiminya."Kau mau lari... lagi, hmm?" suaranya nyaris berbisik, namun justru membuat Anna gemetar hebat."A-aku..." Suara Anna tercekat, mencoba menyangkal meskipun tubuhnya tak bisa berbohong. tas kecil, dompet, bahkan ponsel, semua tetap tersembunyi di balik kardigan.Damien berjalan perlahan ke arahnya, seperti predator yang mengintai mangsanya. Tapi bukan karena amarah atau benci semata. Ada sesuatu yang lebih dalam di wajahnya yaitu luka dan frustrasi."Kau pikir aku akan diam saja? Setelah semua ini?" suaranya dalam, mengandung racun kekecewaan. "Setelah aku memberimu tempat tinggal, makan, keamanan, d

  • Hasrat Pria Lumpuh   Bab 8 Ketemu

    Air mata jatuh sebelum sempat ia sadari. Ia membuka satu per satu dokumen. Sebuah percakapan email antara Viviane dan seseorang bernama “L”—jelas Lucian. Kalimat-kalimat yang menusuk, membicarakan Anna seolah hanya alat.“Begitu dia menikah dengan Damien, aku bebas. Selena juga tak perlu kusembunyikan lagi.”“Viviane, tolong jaga agar dia tak kembali. Aku tak ingin Anna melihat kami sebelum waktu yang tepat.”Anna mematung. Nafasnya sesak. Ia hampir tidak bisa menelan rasa pahit yang mendadak memenuhi kerongkongannya. Semua yang ia pertahankan, kenangan, cinta, harapan bahwa suatu hari ia akan kembali ke pelukan Lucian ternyata tidak lebih dari kebohongan yang dikemas rapi.Ia menggeleng, menutup laptop. Tapi semuanya sudah terlanjur terekam dalam kepalanya.Lucian...Selama ini, Damien yang ia benci, ternyata adalah satu-satunya yang tetap jujur dengan ketidakjujurannya. Sementara Lucian, pria yang ia percaya sampai akhir... adalah kebohongan itu sendiri.Dan Anna tertawa. Pelan. Pah

  • Hasrat Pria Lumpuh   Bab 7 Viviane lumpuh

    Viviane tersengal pelan, tubuhnya seperti kehilangan kendali, dan dalam pandangan mata yang remang itu, Anna melihat sesuatu yang ganjil dan terlihat ketakutan. Ketakutan seorang ibu. Atau mungkin sekadar ketakutan seorang manusia yang kini tahu ia bukan lagi siapa-siapa.Anna ingin tertawa, tapi yang keluar malah sesak. Ia duduk di lantai, menatap lantai marmer yang dulu ia pel dengan tangan sendiri karena dihukum. Kini marmer itu dingin menempel di kakinya yang basah kuyup."Aku mau gugurin anak ini," katanya, lirih, tapi tajam. "Anak dari pria yang kau paksa jodohkan denganku. Anak dari rencana yang kau buat sendiri. Tapi sekarang aku lihat kau seperti ini..."Ia menoleh ke arah Viviane, yang tampak mulai kelelahan bahkan hanya untuk menangis."Aku benci kau... tapi aku juga benci rasa kasihan ini."Viviane merintih, tubuhnya merosot lebih dalam ke kursi, dan Anna bangkit.Ia menyusuri rumah. Mencari kotak P3K, mencari handuk, mencari botol air. Ia menemukan semua itu dalam lemari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status