Ruangan berukuran sekitar 5x5 meter. Terdapat beberapa peralatan yang sudah familier di hidupku. Beberapa peralatan penjalan sistem komputer, juga pengubah susunan struktur tubuh asli manusia dengan beberapa imbuhan sistem komputer. Ruangan ini adalah ruangan khusus yang didesain dengan sangat akurat. Tembok bercat putih kebiruan dengan pelapis keamanan sudah dari awal berdiri dengan tegak.
Selain itu, terdapat juga ranjang kecil yang dilengkapi dengan peralatan canggih yang aku pun tak tahu apa namanya. Namun, setahuku di sanalah tempat praktek yang sesungguhnya. Ini ruangan ayahku, ruang utama yang ia gunakan untuk melaksanakan tugasnya. Sebenarnya bukan lagi tugas, karena ia sendiri yang terkadang memaksa orang lain yang justru bertugas padanya.
Aku duduk di hadapan ayah, hanya terpisah meja kecil. Ayah memainkan pulpennya dengan lihai, sepertinya ia sedang berpikir. "Apakah kau sudah siap, Annie?" Ayah menatapku, memastikan keadaan.Aku hanya mengangguk gugup, sedikit memalingkan muka. Ya, memang benar. Aku sangat membenci ayah, bahkan sejak dulu saat aku mulai mengerti semua pekerjaan busuk ayah. Sejak umurku menginjak 15 tahun, aku telah mengerti semuanya, berkat pengintaianku, juga berkat informasi yang kucari tahu dari para pekerja di kantor ayah. Namun bagaimana lagi, aku sudah tidak memiliki seorang pun yang bisa melindungi diri ini. Ibuku telah meninggal ketika umurku masih menginjak usia 5 tahun. Bahkan aku belum bisa mengingat dengan jelas semua kejadian saat itu. Namun, berdasarkan informasi yang kudapatkan dari Rey, ibu meninggal karena ayah juga. Sebenarnya aku tahu, kalau Rey mengetahui tentang kisah ini lebih detail, hanya saja dia sangat mengkhawatirkanku akan melakukan hal yang mustahil untuk ayah. Padahal sangat jelas itu tidak mungkin terjadi.Ayah adalah pemilik kukuasaan tertinggi. Bahkan ia telah memiliki kekuatan yang didesainnya sendiri. Sayangnya, aku tak sedikit pun ingin mengetahuinya.
Ren, dia adalah satu-satunya orang yang melindungiku selama ini. Dia yang selalu mengertikanku. Walau begitu ia tak pernah menentang ayah. Biasanya ia selalu mengutamakan tingkah laku baiknya dengan ayah, jika mereka beradu argumen, mereka bisa membahasnya dengan santai. Mereka terlihat sangat cocok, walau sebenarnya jelas Ren lebih mendukungku. Bahkan saat Ren harus melawan ayah, ia tak pernah menunjukkan nada tingginya, semua hanya ia katakan dengan baik, lalu menunduk mendengarkan.Beberapa kali ia juga mengomunikasikan padaku bahwa ayah sebenarnya baik, memiliki niatan baik untuk membantu manusia. Namun tidak denganku, bagiku semua hanya akal-akalan ayah agar memiliki penghasilan besar.
"Apa yang kau pikirkan, Annie?" Ayah tampak mulai emosi.Aku hanya diam, tetap memalingkan muka.Terasa sangat muak saat ini untuk melihat wajah ayah yang membuat emosiku bertambah parah. Seorang ayah yang kebanyakan orang bilang bahwa ia adalah pahlawan keluarga, seorang yang pasti sangat menyayangi keluarganya, menyayangi anak perempuannya, bahkan akan sangat melindunginya dari bahaya apapun, kini ia malah bersiap dengan entengnya mengorbankan kembali anggota keluarganya? Apakah ada, ayah yang bersikap seperti itu? Ia akan menjadikanku bahan percobaannya, setelah beberapa tahun yang lalu telah ia lakukan pada ibu, dan hasilnya gagal.Apakah ada seorang ayah yang sekejam itu pada anaknya sendiri? Aku tak habis pikir, mungkin dia bukan manusia. Otaknya hanya terisi oleh susunan bahasa komputer dan ilmu-ilmu teknologi maju. Semua ia lakukan demi kesenangannya, demi jabatan, juga demi sanjungan pada orang-orang yang menurutku sangat bodoh.
"Annie!" Ayah menatapku geram, tangannya terkepal di meja. Aku hanya mendengus kesal."Kau sendiri yang sudah memutuskan berada di ruangan ini, Annie. Kau sendiri yang menyetujui semua rencana terbaik kita, apakah saat ini kau ingin menggugurkan impian ibumu? Kau lupa, hah?""Impian ibu kau kata? Heh, tolong jangan sebut nama ibu di sini. Apalagi sampai ayah tega menuduhnya dengan alasan yang sangat tak masuk akal. Demi apa, Ayah? Agar aku bisa mengikuti kemauanmu? Agar aku mengikuti semua ide gilamu?" Aku menatapnya berapi."Tolonglah, Annie. Keadaan sekarang sudah terlampau sulit dan kau jangan menambah sulit keadaan dengan mengikuti kemauan kerasmu yang sama sekali tak berguna. Dengarkan ayah baik-baik dulu, Nak. Dengarkan semua, dengarkan jika kau ingin mengerti mengapa ayah melakukan ini padamu. Juga ibumu, aku tak pernah omong kosong dengan keinginannya dulu. Dia yang berkata dengan sangat mantap, bahwa ia menginginkanmu menjadi ...""Diam, Ayah!" Aku menjerit lantang.Ayah hanya diam, terlihat garis kecewa di matanya. Pertama kali dalam hidupku, aku membentak ayah. Memang tak pernah diajarkan oleh kedua orang tuaku untuk bisa membentak orang-orang yang telah berjasa bagiku. Namun, aku sendiri tak tahu, kata itu terlepas begitu saja dari mulutku. Aku menunduk, menyadari kesalahan."Keluarlah, jika kau tak ingin berada di sini. Lupakan semua kerja kerasku beberapa tahun terakhir, lupakan semuanya, Annie." Ayah berkata memelas.Entahlah apa yang ada di pikirannya saat ini, sikapnya berubah seratus persen dari biasanya. Justru hal seperti inilah yang membuatku semakin merasa tertekan."Lakukan sekarang juga," ucapku mantap.Ayah memandangku lamat, "Apa yang kau bilang barusan, Nak?"Aku hanya diam, melangkah ke tempat praktek ayah, memposisikan diri di sana. Beberapa butir air mataku menetes. Aku tak tahu apa yang akan terjadi pada tubuh ini selanjutnya. Mungkin nanti tak bisa mengendalikan tubuhku lagi. Jelaslah, setelah ini aku bukan lagi manusia. Aku adalah Cyborg!Ren, maafkan aku .... Mulai sekarang aku bukan lagi kekasihmu. Aku sama sekali tak pantas bersanding di sisimu lagi. Lebih baik aku pergi. Pertemuan tadi, biarlah menjadi waktu terakhir kita. Aku sangat mencintaimu, Ren.Setelah ini, bisa saja aku sudah lupa dengan kehidupan asliku, denganmu, juga dengan mimpi kita. Aku akan pergi jauh sesuai perjanjianku pada ayah, aku tak ingin melihatmu lagi. Aku langsung menghapus air mata, saat ayah perlahan mendekatiku. Tampak dengan jelas jas kebesarannya dengan anggun bertengger di badan sosok jenius itu.Kuakui, sebenarnya ayah adalah orang yang memiliki pemikiran sangat baik. Semua keperluan kesehatan masyarakat ia desain sendiri dengan melakukan percobaan berkali-kali. Ibu juga pernah mengatakan dulu, kalau ia bangga memiliki ayah, memiliki suami yang bisa berguna bagi orang banyak. Namun, mengapa aku tak merasakan seperti itu? Sama sekali tak ada rasa bangga di hatiku. Semua telah tertutup dengan rasa benci."Apakah kau benar-benar yakin, Annie? Barusan Ren menghubungiku, dia ingin berbicara padamu sebentar. Sepertinya ia sedikit sudah bisa membaca rencana kita. Apa yang akan kau lakukan? Aku takkan memaksamu untuk bersama rencanaku lagi." Ia tersenyum licik."Lakukan sekarang juga. Jangan sampai rahasia kita bocor dan dia mengetahuinya." "Apakah kau tak mau mendengarkan penjelasanku dulu? Kau akan tetap menjadi manusia, Annie. Semua tak seperti yang kau pikirkan. Aku sudah memikirkan ini berpuluh-puluh tahun. Setidaknya kau harus tahu dulu apa alasanku melakukan ini padamu.""Tidak perlu, Ayah. Aku percaya padamu," ujarku sedikit tak percaya."Baiklah, persiapkan dirimu. Proses ini memerlukan waktu yang sangat lama. Nanti juga akan ada beberapa rekanku yang siap membantu kita. Aku janji, setelah ini, kau masih menjadi layaknya manusia. Hanya saja kau menjadi manusia yang luar biasa." Ayah tersenyum mantap.Aku hanya diam. Beberapa rekan ayah telah memasuki ruangan dan tengah mempersiapkan segalanya. Mereka mulai memasangakan banyak alat di tubuhku, termasuk di kepalaku. Kepalaku tiba-tiba terasa sedikit pusing, tubuhku lemas. Mungkin aku terlalu berpikir negatif. Aku selalu membayangkan wajah Ren yang sejuk, juga senyumnya yang selalu bisa membuatku kebih baik. Aku sudah tak bisa meneteskan air mata, segala emosi telah bercampur aduk saat ini.Ayah memimpin rekannya dengan sangat baik. Itu hal yang terakhur kulihat, sebelum akhirnya aku memejamkan mata.
Pintu terbuka otomatis setelah beberapa detik aku berdiri di depannya. Sensor pengenal wajah telah meloloskanku. Ternyata benar, aku adalah Putra Mohkota asli di sini.Tak ada ornamen sedikit pun yang melayakkan bangunan ini disebut istana. Kuperhatikan kanan kiri, terpajang beberapa lukisan 4 dimensi, juga masing-masing memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi.Aku melanjutkan langkah. Barang-barang yang dipajang sangat aneh untukku. Sesuatu yang kukenal di dunia bawah ternyata di sini terdesain lebih rumit. Memang aneh, bahkan bentuk botol saja mereka buat serumit ini. Padahal di bumi asli, botol adalah alat minum yang biasa saja, dan sangat mudah membuatnya.Tak kutemukan seorang pun di sini. Hanya beberapa pajangan benda 4 dimensi, juga hiasan yang sangat aneh. Aku baru mulai menyadari, setelah lama berkeliling dan tak kutemukan seorang pun, termasuk raja di sini.Bangunan ini memiliki konsep 4 dimensi, tent
Aku lebih tertarik menatap penduduk sini yang tak merasakan panas walau menggunakan pakaian tertutup dan berwarna gelap. Juga aku, tak merasa panas sama sekali, walau sedang berada di bawah sinar matahari langsung. Ternyata teknologi di sini memang sangat canggih. Bahkan pakaian saja yang disepelekan di dunia bawah, ternyata di sini justru mendapat perhatian khusus. Mereka menerapkan teknologi yang sangat maju bahkan pada sehelai pakaian.Namun, ternyata aku baru menyadari satu hal. Wanita bahkan walau di dunia mana pun, akan sama. Memiliki sifat foya-foyanya dan sangat menyukai shopping, untuk menenangkan pikirannya. Aku tertawa kecil."Kau baik-baik saja, Tuan?" Cray ternyata sudah ada di sampingku."Aku hanya menertawakan mereka, Cray. Bahkan sifat para wanita akan sama walau berada di dunia mana pun. Lihatlah toko pakaian di sana. Buat apa mereka berdesakan membeli pakaian yang sama persis seperti yang mereka gunakan? Berwarna hitam,
Sehari berada di dunia dimensi baru seperti apa yang dikatakan Cray, aku mulai bisa memahami tentang keadaan dan alasanku tak bisa kembali. Kuputuskan untuk kembali ke kota, melanjutkan perjalanan menuju istana. Cray mengatakan, jika hanya raja yang memperbolehkanku kembali ke dunia bawah, dunia asliku. Maka aku harus segera menemuinya sekarang juga."Langsung bawa saja aku ke sana, Cray. Aku tahu, kau pasti bisa menghilang dan membuka portal di mana-mana, bukan? Tak perlu mengelak lagi, aku sekarang sudah bisa memahami semua permainan ini." Aku menatap ke samping kanan.Sekarang juga, aku bisa memahami di mana letak dan keberadaan Cray. Dengan merasakan dan mempertajam pendengaran, aku bisa mendengar desingan halus Cray, dan tahu di mana posisinya."Apakah sekarang kau juga tahu aku di mana, Tuan?"Aku tertawa, "Jelas, Cray. Kau ada di samping kananku."Desingan Cray bertambah keras, menandakan kalau ia se
Merasa baru pertama kali melihat dapur yang sangat tradisional, membuatku bertambah penasaran dengan seluruh isi rumah. Tak ada kompor di sini, hanya ada tungku dan beberapa kayu bakar yang berserakan.Entah kenapa, tiba-tiba tubuhku merasa merinding. Aku berjalan ke arah rak piring dari kayu yang sudah sedikit rusak. Beberapa piring dari tanah liat, juga keramik tersusun rapi. Sedangkan di sini, gelas menggunakan bahan dari kaca bening yang tergambar motif bebunga di luarnya.Sangat indah, aku menyentuhnya. Dinding di sini hanya separuh, itu juga bukan dari batu bata. Ada anyaman daun kelapa yang digunakan sebagai pembatas, lalu dirancang sedemikian rupa hingga tak mengganggu aktivitas memasak.Tiba-tiba ada sesuatu di kakiku, yang membuatku harus menjerit keras."Aaakkh ... "Aku meloncat ke belakang. Sebuah tikus agak besar berwarna gelap berlari begitu saja, sambil ikut mencicit keras.Aku memandan
Sesuai perintah dari Pak Edwin, malam ini aku segera memaksakan diri untuk beristirahat. Memang tubuhku masih merasakan segar dan belum lelah sama sekali, walaupun sehari ini banyak sekali kegiatan yang harus kulakukan. Demi Pasukan Bayangan, besok aku harus menemani Ren dan Erd menuju Pulau Ujung Selatan.Aku menutupkan mata, mulai mencari dunia lain dalam mimpi. Padahal, semenjak adanya sistem perobotan dalam tubuhku, aku sama sekali tak bisa merasakan mimpi lagi, entah dengan malam ini.Satu ...Dua ...Tiga ...Sayup-sayup kudengar denting jam kuno menggema dan membangunkan tidurku.Perlahan kubuka mata, ada cahaya silau di atas sana. Aku menutupnya lagi. Sejak kapan juga ayah mempunyai jam kuno yang hanya kuketahui berasal dari teknologi dulu? Dia pasti ingin memberiku kejutan. Bukankah aku pernah bercerita padanya, kalau aku menginginkan benda-benda kuno? Aku sangat menyukai kebudayaan du
Terik matahari membuatku membuka mata perlahan. Cukup lama aku tertidur dengan malas di atas hamparan rumput lembut. Kupandang kondisi sekitar, sepertinya Cray sudah tak ada di sini. Aku bingung akan melakukan apa jika dia terus mengawasi dan cerewet seakan dia ibuku saja. Bahkan belum pernah aku dicereweti oleh ibuku.Aku berdiri, mencari jalan keluar yang memungkinkan. Terus berjalan di hamparan rumput, yang diselingi beberapa pohon besar, aku mulai mendengar keributan suara-suara aneh. Sepertinya benar perkataan Cray, kalau wilayah ini bukanlah sekedar hutan biasa tanpa penghuni. Ternyata aku akan memasuki kota yang ia maksud.Tak apa, jika aku mulai memasukinya, itu tandanya aku bisa mencari tahu informasi tentang kehidupan di area sini. Juga dengan apa yang dimaksud dimensi baru yang Cray katakan.Aku memandangi suasana di depan yang yang sangat berbeda. Mereka seakan hidup jauh dari wilayah pepohonan yang baru saja kulewati. Ini