Home / Rumah Tangga / I'm The Queen / Rencana di Balik Tirai

Share

Rencana di Balik Tirai

Author: MbakMoll
last update Last Updated: 2024-11-22 22:21:30

Bab 5-Rencana di balik tirai

Hari-hari berlalu, dan hubungan antara Elea dan Beatrice semakin dingin. Elea menjalankan tugasnya sebagai ratu dengan sempurna, tetapi setiap kali ia berbicara dengan Beatrice, kata-katanya penuh dengan ketegasan yang nyaris seperti peringatan.  

Suatu hari, saat perjamuan istana, Beatrice mencoba memamerkan wewenangnya sebagai *Selir Tingkat Satu*. Ia memberikan perintah kepada pelayan untuk mengubah susunan meja makan tanpa berkonsultasi dengan Elea terlebih dahulu.  

Ketika Elea tiba di aula perjamuan, ia melihat perubahan itu dan langsung menyadari siapa dalangnya. Namun, alih-alih marah, Elea tersenyum tipis dan mendekati Beatrice.  

“Beatrice,” ujar Elea dengan nada datar, “aku melihat kau telah membuat beberapa perubahan. Aku harap kau paham bahwa meskipun kau memiliki wewenang, setiap keputusan besar tetap harus melalui persetujuanku.”  

Beatrice membalas dengan senyuman manis, tetapi suaranya penuh kepura-puraan. “Tentu, Yang Mulia. Saya hanya ingin memberikan sentuhan baru. Saya pikir ini akan menyenangkan tamu-tamu kita.”  

Elea tidak membalas, tetapi tatapan matanya cukup untuk membuat Beatrice merasa tidak nyaman. Para tamu mulai memperhatikan ketegangan antara mereka, tetapi Elea segera mengalihkan perhatian dengan memulai percakapan tentang urusan diplomatik.  

***

Malam itu, Daisy kembali ke kamar Elea dengan berita yang mengejutkan. Ia telah menemukan bahwa Beatrice sering bertemu dengan seorang pria asing di taman istana pada malam hari. Pria itu berpakaian seperti bangsawan, tetapi tidak ada yang mengenalnya sebagai bagian dari kerajaan.  

“Dia bertemu dengannya hampir setiap malam, Yang Mulia,” bisik Daisy. “Saya tidak yakin siapa dia, tetapi mereka tampaknya berbicara tentang sesuatu yang penting. Saya mendengar kata-kata seperti ‘rencana’ dan ‘pembalasan,’ tetapi saya tidak bisa mendengar lebih jelas.”  

Elea mendengarkan dengan seksama, alisnya berkerut. “Baiklah, Daisy. Teruskan pengamatanmu. Jangan sampai mereka menyadari bahwa kita mengawasi.”  

Daisy mengangguk, lalu pergi untuk melanjutkan tugasnya. Elea duduk di kursinya, memikirkan langkah berikutnya. Jika Beatrice benar-benar bersekongkol dengan seseorang di luar istana, maka itu bisa menjadi peluang untuk membongkar kedoknya.  

“Permainan ini baru dimulai, Beatrice,” gumam Elea pelan. “Aku akan membuktikan pada Flynn dan semua orang siapa dirimu sebenarnya.”  

***

Di sisi lain istana, Beatrice duduk di balkon kamarnya, menikmati angin malam. Ia tidak menyadari bahwa bayangan masa lalunya mulai mengejarnya. Ia menatap langit berbintang dari balik jendela besar, pikirannya melayang kembali ke masa lalunya yang kelam. Masa yang ia sembunyikan dari siapa pun, termasuk Flynn.  

**Flashback ke Masa Lalu**  

Beatrice bukanlah wanita jalanan seperti yang sering ia ceritakan pada Flynn. Ia lahir di sebuah keluarga bangsawan miskin dari wilayah Utara, sebuah tempat terpencil yang sering kali terlupakan oleh kerajaan. Keluarganya, keluarga Luwent, pernah berjaya, tetapi kekayaan mereka habis akibat pengelolaan yang buruk dan tuntutan pajak yang berat dari kerajaan pusat.  

Ayahnya, Lord Gerion Luwent, adalah seorang pria keras yang menyalahkan nasib buruk keluarganya pada ibu Beatrice, Lady Anette, seorang wanita yang terlalu lembut untuk melawan. Dalam tekanan kemiskinan, Beatrice tumbuh sebagai seorang gadis yang cantik tetapi licik. Ia tahu bahwa kecantikannya adalah satu-satunya cara untuk melarikan diri dari penderitaan keluarganya.  

Ketika Beatrice berusia 17 tahun, ia jatuh cinta pada seorang pria bernama Cedric, seorang pedagang muda yang sering berkunjung ke tanah milik keluarganya. Cedric bukan bangsawan, tetapi ia memiliki pesona dan ambisi yang membuat Beatrice tertarik. Mereka sering bertemu diam-diam di hutan, di mana mereka berbicara tentang mimpi-mimpi besar dan masa depan yang indah.  

Hubungan mereka berkembang menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar cinta. Beatrice, yang saat itu masih muda dan naif, menyerahkan segalanya kepada Cedric. Namun, ketika ia hamil, segalanya berubah.  

Ketika keluarganya mengetahui bahwa Beatrice mengandung anak dari seorang pria biasa, mereka murka. Ayahnya merasa bahwa kehormatan keluarga telah tercoreng. Ia mengusir Beatrice dari rumah tanpa memberikan kesempatan untuk menjelaskan.  

“Pergi dari sini, Beatrice!” teriak Lord Gerion di depan semua pelayan keluarga. “Kau telah menghancurkan nama baik keluarga ini. Jangan pernah kembali!”  

Beatrice, dengan air mata yang mengalir deras, meninggalkan rumah besar yang telah menjadi penjaranya selama ini. Ia pergi ke hutan, berharap Cedric akan menyelamatkannya. Namun, ketika ia menemukan Cedric, pria itu tidak memberikan tanggapan yang ia harapkan.  

“Aku tidak bisa mengambil risiko ini, Beatrice,” kata Cedric dingin. “Aku masih membangun bisnis dan tidak bisa terlibat dalam skandal seperti ini. Maaf, tapi kau harus menghadapi ini sendiri.”  

Hati Beatrice hancur. Pria yang ia cintai dan percayai meninggalkannya dalam kondisi yang paling rentan. Ia melahirkan seorang anak laki-laki di sebuah gubuk kecil di pinggir desa. Bayi itu adalah satu-satunya cahaya dalam hidupnya yang gelap. Namun, kehidupannya sebagai seorang ibu tunggal tidaklah mudah.  

Beatrice harus mengemis dan bekerja serabutan untuk memberi makan dirinya dan bayinya. Hingga suatu hari, dalam keputusasaan, ia membuat keputusan yang menghantuinya seumur hidup. Ia meninggalkan bayinya di depan rumah seorang pedagang kaya, berharap sang bayi akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik.  

“Maafkan aku,” bisik Beatrice sambil meneteskan air mata, meninggalkan bayinya di bawah cahaya bulan.  

Setelah itu, ia berkelana tanpa tujuan. Ia menjadi wanita yang terlatih untuk menggunakan pesonanya demi bertahan hidup. Setiap langkahnya dipenuhi oleh tipu muslihat, hingga akhirnya ia bertemu Flynn di tengah perjalanan.  

 **Kembali ke Masa Kini**  

Beatrice tersentak kembali ke kenyataan. Ia menghapus air mata yang tiba-tiba mengalir di pipinya. Tidak ada yang tahu tentang anak itu, tentang Cedric, atau tentang keluarganya di Utara. Semua itu adalah rahasia yang ia bawa hingga kini.  

“Aku tidak akan kembali ke kehidupan itu,” gumamnya dengan suara dingin. “Aku telah sampai sejauh ini, dan aku tidak akan membiarkan siapa pun merebut apa yang seharusnya menjadi milikku.”  

Namun, di balik kekerasan hatinya, ada luka yang tak pernah sembuh. Kenangan akan bayi kecil yang ia tinggalkan masih menghantuinya di setiap mimpi buruk.  

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • I'm The Queen   Jaring Intrik

    Elea menatap suaminya dengan penuh selidik. Ia mengenal Alaric dengan baik, terlalu baik. Dan ekspresi yang baru saja melintas di wajah pria itu bukanlah sesuatu yang bisa ia abaikan begitu saja. "Alaric," ucap Elea pelan, suaranya lembut, tetapi penuh tekanan. "Apa yang dikatakan Grand Duke kepadamu sebelum pergi?" Alaric tetap diam sejenak, lalu beranjak dari kursinya dan berjalan ke arah jendela. Ia menatap ke luar, seolah mencari jawaban di balik langit Veridion yang mulai meredup. "Tidak ada yang perlu kau khawatirkan," jawabnya akhirnya. Elea menyipitkan mata. "Jangan meremehkanku." Alaric menghela napas, lalu berbalik menghadapi istrinya. "Grand Duke hanya mengingatkanku tentang beberapa hal di masa lalu. Tidak ada yang penting." "Jika tidak penting, kau tidak akan bereaksi seperti tadi," sahut Elea cepat. Raja Veridion itu menatap Elea beberapa saat sebelum akhirnya mengusap wajahnya dengan lelah. "Grand Duke mengungkit sesuatu yang seharusnya tetap terkubur."

  • I'm The Queen   Api yang Berkobar

    Bab 84 – Api yang BerkobarDi mansion Grand Duke Elvenhart, Aveline duduk di ruang pribadinya, jemarinya mencengkeram surat dari Baron Reynard dengan kuat. Matanya membara penuh kemarahan saat membaca isi laporan yang ia terima. Putra Mahkota Kaelen membela Edith. Dan yang lebih buruk lagi, ia mengaku bahwa Edith adalah kekasihnya. Aveline tidak bisa menerima ini. Tidak. Ini tidak bisa dibiarkan. Dengan langkah cepat, ia keluar dari kamarnya dan langsung menuju ruang kerja ayahnya. Tanpa ragu, ia mengetuk pintu keras sebelum masuk. Grand Duke Elvenhart, yang tengah membaca dokumen di mejanya, menoleh dengan alis berkerut. Melihat ekspresi putrinya yang tegang, ia meletakkan penanya dan menatapnya dengan tajam. "Aveline," katanya dengan nada dalam. "Ada apa?" Aveline menegakkan tubuhnya, berusaha menjaga nada suaranya tetap terkendali. "Ayah, saya baru saja menerima kabar dari Baron Reynard," katanya dengan tenang, meskipun ada ketegangan dalam suaranya. "Putra Mahkota Ka

  • I'm The Queen   Api yang Menyala dalam Bayangan

    Edith tahu keputusan Grand Duke Elvenhart akan membawa dampak besar, tetapi ia tidak menduga seberapa cepat situasi akan berubah. Dua hari setelah pengumuman bahwa Kota Velfenne menjadi tanggung jawabnya, Edith menerima surat dari salah satu pejabat di kota tersebut. Isinya bukanlah ucapan selamat, melainkan peringatan. "Ada gerakan yang mencurigakan di antara beberapa bangsawan lokal. Mereka tidak secara terang-terangan menentang keputusan ini, tetapi banyak yang meragukan legitimasi Anda. Saya khawatir ada sesuatu yang direncanakan di balik layar."Edith membaca surat itu dengan dahi berkerut. Ia sudah menduga bahwa tidak semua orang akan menerima posisinya, tetapi jika ada sesuatu yang direncanakan di balik layar, itu berarti masalah lebih besar akan datang. Sementara itu, di sisi lain mansion, Aveline duduk di ruang pribadinya dengan tenang. Di hadapannya berdiri seorang pria dengan wajah kaku dan pakaian bangsawan sederhana. Ia adalah Baron Reynard, salah satu pemilik tanah

  • I'm The Queen   Hadiah yang Membakar Dendam

    Bab 82 – Hadiah yang Membakar DendamDi dalam mansion Grand Duke Elvenhart, ketegangan terasa semakin pekat. Edith berusaha untuk tetap tenang, tetapi rumor yang terus berkembang membuatnya semakin sulit bernapas. Malam itu, ia berjalan melewati koridor yang diterangi cahaya lilin, pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan. Saat ia sampai di depan pintu kamarnya, langkahnya terhenti. Di ujung lorong, seseorang berdiri menunggunya. Gaun ungu lembut yang membalut tubuh wanita itu tampak begitu anggun di bawah cahaya lilin, tetapi sorot matanya yang tajam mengisyaratkan sesuatu yang lain. "Akhirnya kau pulang juga," suara Aveline terdengar lembut, tetapi ada sesuatu yang membuat bulu kuduk Edith meremang. Edith menghela napas. "Apa yang kau inginkan, Lady Aveline?" Aveline tersenyum kecil, melangkah mendekat. "Kau terdengar begitu kaku, Edith. Aku hanya ingin berbicara." Edith menegang, tetapi tetap berdiri tegak. "Jika kau ingin membicarakan rumor itu, aku tidak tertarik." Av

  • I'm The Queen   Ombak Fitnah

    Hari-hari setelah perburuan itu tidak berjalan seperti yang diharapkan Edith. Sejak kepulangannya dari hutan bersama Roderic, namanya tiba-tiba memenuhi setiap bisikan dan percakapan para bangsawan. Di setiap perjamuan teh, di lorong-lorong istana, di antara tawa para lady yang mengenakan gaun-gaun indah, hanya ada satu topik yang mereka bahas. "Lady Edith sudah tidak suci lagi."Rumor itu menyebar seperti api yang melahap hutan kering. Tidak ada yang tahu pasti dari mana asalnya, tetapi bisikan-bisikan itu menjadi semakin liar setiap harinya. Di Ruang Teh Para LadyDi sebuah taman indah di dalam istana, para lady tengah menikmati perjamuan sore. Teh harum memenuhi udara, diiringi suara-suara lembut yang penuh kepalsuan. "Benar-benar mengejutkan," kata Lady Vivienne dengan nada dramatis. "Aku mendengar bahwa Lady Edith menghabiskan malam di hutan bersama Lord Roderic. Berdua saja!" Lady Marielle, yang duduk di sampingnya, menutup mulutnya seolah terkejut. "Astaga, kalau itu

  • I'm The Queen   Berbagi Rahasia

    Di dalam hutan yang gelap, cahaya bulan mengintip di antara celah dedaunan, memberikan sedikit penerangan bagi Edith dan Roderic yang masih terjebak. Suara jangkrik dan hembusan angin menjadi latar belakang keheningan di antara mereka. Edith menggigit bibirnya, mencoba mengabaikan rasa dingin meskipun mantel Roderic sudah membalut tubuhnya. Ia melirik pria di sebelahnya, yang tampak santai bersandar pada batang pohon, seolah-olah keadaan ini bukan masalah besar. "Kau terlihat tenang," kata Edith akhirnya, suaranya lirih namun cukup jelas. Roderic menoleh dengan senyum kecil. "Harus ada yang tetap tenang, kan?" Edith menghela napas, lalu menatap langit yang terbuka di antara pepohonan. "Aku tidak menyangka perburuan akan berakhir seperti ini." Roderic terkekeh. "Sama. Biasanya aku hanya berburu sebentar, lalu kembali dengan kemenangan kecil. Kali ini... kurasa kita tidak bisa mengandalkan keberuntungan." Keheningan menyelimuti mereka lagi, hingga akhirnya Edith berbicara le

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status