Satpam terpaksa memberitahu Tuannya. Gegas ia berlari masuk ke dalam kediaman Adam tanpa permisi."Tuan!! Tuan!!""Dimanakah adab kesopanan mu!! Datang lari-lari, masuk tanpa permisi!!" Adam membusungkan dada kesal."Maaf Tuan Adam. Saya hanya ingin melaporkan, Nona Anne di culik!" ucapnya dengan nafas terengah-engah. Tapi untung saja nafasnya tidak terputus karena faktor usianya."APA?? Anne di culik?!" Hampir memberikan respon bersamaan. Adam dan Exel segera berdiri karena panik."Kamu jangan bercanda!!" Adam memberi ancaman. "Cepat Tuan Exel, tolong wanita itu. Saya tidak dapat mengejarnya. Dua pria berpakaian hitam memasukkannya ke dalam mobil."Tanpa banyak bertanya lagi, Exel meraih kunci mobil yang tergeletak di atas meja. Buru-buru ia menyusul mobil tersebut sesuai petunjuk pria berseragam coklat; yang telah bekerja di rumah Adam beberapa tahun lamanya.Satpam memberikan informasi mengenai nomor kendaraannya. Petunjuk yang benar-benar membantu. "Penjahat amatiran!! Mereka ti
Sekitar pukul 10. 30 malam, Anne telah sadar. Ia merasa sedikit pusing. Pandangannya mengedar. Merasa asing di ruang itu."Dimana aku?!" Memijit kepalanya yang masih terasa pening. Mengingat kejadian terakhir sebelum ia tak sadarkan diri.Beberapa pria berpakaian hitam meringkusnya. Membiusnya hingga tak sadarkan diri. Ia mulai bangkit dari tidurnya. Kedua matanya fokus pada pria yang bersandar di dinding sofa. "Tuan Exel??" ucapnya lirih. "Apa Tuan Exel yang menolongku?? Atau malah jangan-jangan pria itu dendam padaku dan menyewa orang suruhan untuk menyekap ku??"Kembali ia mengedarkan pandangan ke segala sisi ruangan. Dekorasinya sama seperti kamar milik Nyonya Aisyah. Dan kini barulah ia sadar jika saat ini sedang berada di kediaman Adam.Saat ia turun dari ranjang, Exel terbangun. Meski Anne sudah sangat berhati-hati. Tetap saja pria itu dapat mendengarkan gerakan tubuhnya."Sudah sadar rupanya." Hanya satu bait kalimat tak berarti. Anne harus tetap berhati-hati terhadapnya. Ia
"Saya akan antar kamu pulang!!" "Tidak perlu. Saya bisa pesan taksi online." Anne menolaknya dengan halus. Sembari membuka tas melihat ponselnya. Takut-takut ayahnya menelepon namun ia tidak mendengarnya. 'Ya ... Kehabisan daya.' batinnya menatap gawai yang sudah mati."Jangan!! Aku khawatir. Ini sudah akan larut malam. Aku tidak ingin kejadian tadi terulang kembali. Jadi biarkan aku mengantarkan kamu.""Baiklah jika itu tidak merepotkan Anda." Akhirnya ia menyetujui penawaran Exel. Karena pun ia tidak akan bisa memesan taksi karena ponselnya mati."Shitt ... bicaramu terlalu serius."Keduanya berjalan keluar, beriringan. Tanpa sadar, Exel menggandeng tangannya. Anne sempat melirik ke bawah. Ada yang beda dari sifat biasanya yang cuek dan masa bodoh terhadapnya. Ah ... mungkin ia hanya reflek atau tidak sadar saja. Begitu pikirnya.Anne tidak berkata apapun sampai keduanya masuk kedalam mobil. Dan beberapa saat, kuda bermesin Exel melaju cepat.Selama dalam perjalanan ..."Tuan ..."
"Dasar sombong!!" umpat Exel lirih, melanjutkan kegiatan rutinitas setiap paginya di meja makan.'Ivanna ... kau harus bisa meluluhkan pria ini.' batinnya menguatkan diri yang sedikit goyah mendengarkan ucapan Exel. 'Jangan panggil Ivanna jika aku tidak bisa melakukannya. Biar dia milik perawat sialan atau wanita lain pun, aku tidak membiarkannya.' Lgi wanita itu bicara tanpa suara.Tanpa menunggu dua pria itu mengizinkan, wanita itu masuk saja ke dalam kamar Aisyah. "Permisi Om, Exel, saya mau melihat keadaan Tante Aisyah dulu——"Keduanya hanya menatap heran, "Xel, lebih baik kita bisa lebih tegas pada wanita itu!! Papa tidak ingin terjadi apapun pada Mama Aisyah. Mentang-mentang papanya investor di perusahaan kita, dia jadi bisa bertindak semaunya. Rasanya harga diri papa di injak-injak oleh gadis itu!!' seloroh Adam saat Ivanna sudah tidak terlihat lagi.Exel paham, ia pun menyuruh anak buah Adam untuk menjaga Aisyah. Mereka akan bekerja 24 jam untuk menjaganya.Di kamar Aisyah ..
Pagi itu, sesuai dengan kesepakatan, Exel datang ke perusahaan besar Abimanyu. Manager Abi telah menunggu kedatangannya. Setelah Exel datang, ia dan beberapa pegawai lain, mendampingi menuju ruangan Anne."Silahkan, Pak Exel. Kami sudah menantikan kedatangan tamu kehormatan seperti Anda kemari." Ia menyapa dengan senyumnya yang mengembang."Anda terlalu membesar-besarkan, Pak. Terimakasih sambutannya." Exel menunduk kepala sebagai salam hormat.Banyak mata nakal terutama pegawai Abi yang ganjen, memperhatikan Exel berjalan melewatinya. "St St!! Siapa itu yang baru lewat? Tampan banget." Salah satunya nyeletuk. "Jangan bicara macam-macam ya, itu rekan kerja Pak Abimanyu!!" "Oh, aduh. Semoga tidak ada yang melaporkan mulutku yang celamitan ini.""Semoga saja.""Tampan sekali sih, duh. Kok aku jadi membayangkan Ibu Anne dan orang ini berjodoh, ya?!" Salah satu dari mereka nyeletuk.Beberapa saat mereka membenarkan. "Ya, kamu benar. Cocok banget. Tampan rupawan dan cantik. Ah ... apal
Anne mendadak salah tingkah. Sampai mengumpat pada dirinya sendiri. 'Ish!! Anne!! Lihatlah, tidak ada yang special dari wajah pria dingin ini. Kenapa aku jadi salting gini sih?!"Tanpa sadar, Anne memperhatikan wajahnya beberapa saat. Sampai Exel memergokinya. "Eh, ternyata diam-diam mencuri pandang wajahku, ya!? Benar dan tidak salah sih, karena wajahku ini kegantengannya seperti ombak di laut. Kuat dan dapat menghanyutkan. Banyak wanita yang mengantri untuk menjadi kekasihku, Ann."Cih!!Anne tertawa sinis. "Aduh, sudah buang jauh-jauh pembahasan Anda ini. Sesungguhnya, aku sedikit mual. Dan siapa juga yang sedang antri?? Perasaan sejauh ini cuma si Ivanna." Tetap menjaga konsentrasinya menggarap pekerjaan yang berada di berkas file laptopnya."Halah ... kenapa sih jadi wanita sombong banget. Tinggal mengakui saja, apa salahnya!!" Exel menjulur meletakkan tangannya di atas telapak tangan Anne. Wajah wanita itu makin pucat saja dibuatnya."Kamu itu sedang apa?! Begini yang benar itu
Pria itu bergegas keluar sampai di ambang pintu, ia menoleh kembali. Ternyata wanita itu masih memperhatikannya. 'Dasar!!'Dalam batinnya mengatakan dengan percaya diri, 'Aku tidak mengira jika kau putri dari Tuan Abimanyu, Ann. Ah ... apakah Tuhan ingin mendekatkan kita berdua dalam satu hubungan?!' Exel menggeleng kepala. Dan cepat pergi dari ruangan itu.Sementara Anne bergeming entah dalam berapa waktu lamanya. Menatap kepergian Exel, sampai pria itu tidak terlihat lagi punggungnya, masih saja melihat ke arah pintu.Tanpa sadar, Anne masuk dalam dunia perhaluan. Ia membayangkan pria itu telah menjadi kekasihnya. Mereka memadu kasih, duduk di sebuah taman menatap langit yang biru. Exel memegang tangannya pelan sembari di usap penuh cinta. Keduanya saling bertatap muka. Melihat sepasang manik mata yang memiliki arti yang dalam.Sudut bibir mulai mengembang sempurna. Ah, betapa bahagianya hari ini. Memang benar pepatah mengatakan, jika dua insan manusia sedang di landa cinta, maka
[Halo, Papa!!] [Papa Gundul mu!!] Terdengar suara tidak asing. Bukan suara Abimanyu. Ia menjauhkan ponselnya dan melihat layar. Pikirnya mengarah ke arah sana, pria dingin itu. "ASTAGA!!" Anne segera menutup mulutnya. 'Aku salah telepon. Tapi udah terlanjur. Tidak ada waktu lagi. Ini emergency banget.' [Halo!! Ada apa? Apa tidak bisa sebentar saja kamu melupakanku, Hem?! Padahal jadwalnya nanti malam kau akan datang ke rumahku. Sekarang sudah menelpon saja. Dasar wanita tukang malu-maluin!] umpat Exel tanpa sensor. [Astaga. Sudah aku tidak ada waktu berdebat. Nanti malam kita lanjutkan debatnya. Xel, aku minta tolong. Sekarang aku dalam perjalanan pulang, saat ini aku sampai di jalan Permata Indah ——] [Terus?] [Dengarkan dulu kenapa, sih!! Di belakang mobilku ada mobil hitam yang mengikuti ku dari tadi. Aku takut itu penjahat, Xel. Aku tidak mau mati muda gara-gara preman.] [Kenapa harus takut? Lawan saja. Mereka juga manusia. Sama seperti mu!] [Kalau mereka membawa s