LOGINPerasaan Gilbert sendiri saat ini tidak tau apakah harus senang karena ternyata memiliki anak yang sudah tumbuh se usia dengan Naura, ataukah harus sedih karena selama ini tidak ikut andil dalam membesarkan Sabia.
Setibanya di rumah, Gilbert segera masuk kedalam rumah! Di sana Leya sedang melihat foto-foto Gilbert yang dipajang di dinding ruang tamu, bahkan ada foto Domanick, Lindsey, Naura dan kedua adik laki-laki Naura, persis seperti keluarga bahagia. Difoto-foto yang terpajang didinding Gilbert terlihat bahagia, dan bisa jadi selama ini Gilbert tak pernah lagi mengingat tentang Leya. "Itu foto-foto dengan keluarga atasan ku!" Gilbert menghampiri Leya. "Maaf aku lancang melihat-lihat foto mu, Sabia kelelahan jadi dia tidur di kamar tamu," "Biarkan saja dia pasti kecapean pulang kuliah langsung kesini," Keduanya duduk di sofa tapi dengan jarak berjauhan. "Kami datang tiba-tiba apa sangat mengejutkan mu Bert?" "Yang membuat ku terkejut adalah Sabia, aku tidak menyangka ternyata aku memiliki putri secantik dia, dia tumbuh dengan baik terimakasih Leya," "Aku membesarkan dengan penuh cinta, karena dulu aku melakukannya juga penuh dengan cinta," "Maafkan aku, andai waktu bisa ku putar kembali dan andai saja aku tau kau hamil saat itu, aku tidak mungkin meninggalkan mu," Sejenak Leya tertunduk memang lah masa-masa dulu membuatnya sangat terpuruk, terlebih lagi orangtuanya bahkan sempat menikahkan Leya dengan Dokter Jay yang notabenenya sama sekali tidak Leya cintai. Hingga akhirnya pernikahan dengan Dokter Jay pun harus kandas, karena cinta Leya hanya untuk Gilbert. Tapi Leya sadar di usianya yang sudah berkepala empat, tidak seharusnya lagi dia mengurusi masalah hati apalagi cinta! Semua masa itu telah berlalu, yang terpenting bagi Leya saat ini, dia sudah menepati janjinya pada Sabia untuk bisa bertemu dengan ayah kandungnya. "Bert, aku harap kehadiran aku dan Sabia tidak membebani mu!" "Itu tidak mungkin Leya, aku sangat bahagia bisa bertemu dengan Sabia," "Lalu denganku? Apa kau bahagia bisa bertemu denganku lagi?" Gilbert terdiam sejenak, dan Leya bisa mengerti dari raut wajah Gilbert! Dia sepertinya sedang menjaga hati seseorang, yang entah siapa itu. "Sepertinya ada hati yang sedang kau jaga, benar?" "Leya, aku tidak nyaman kita membahas masalah pribadi ku! Aku hanya ingin fokus dengan membahagiakan Sabia mulai sekarang," "Aku mengerti Bert, maaf sudah terlalu jauh bertanya padamu!" Leya dan Gilbert akhirnya melanjutkan obrolan dengan bagaimana mereka bisa datang ke rumah ini, dan dimana mereka tinggal sekarang. Leya pun memberitahukan Gilbert bahwa dia tau sejak dulu jika Gilbert bergabung dengan group Limson, hanya saja keberanian untuk menemui Gilbert barulah terjadi setelah Sabia memohon terus menerus dan berkata "jika aku menikah, aku ingin Dady yang mengantarkan aku ke pelaminan". Terlebih lagi Leya mengetahui bahwa istri dari Gilbert telah lama meninggal, jadi inilah waktu yang tepat untuk Leya membawa Sabia pada Gilbert. "Aku tinggal di hotel, karena masih mencari rumah yang cocok juga yang dekat dengan kampus Sabia," "Apa boleh Sabia tinggal disini saja Leya?" "Tentu saja boleh Bert, tapi dia pasti akan meminta aku agar aku tinggal juga disini," Gilbert pun tertunduk karena itu hal yang tidak mungkin dia lakukan, tidak ada lagi perasaan apapun terhadap Leya mana mungkin Gilbert membiarkan Leya ikut tinggal disini. "Kau jangan khawatir, tentu saja aku tidak akan mau tinggal di rumah mu!" Leya tersenyum. "Leya, aku hanya tidak mau Sabia berharap terlalu banyak tentang hubungan kita! Mungkin aku bukan laki-laki yang baik, tapi harus aku katakan padamu Leya, semua rasa yang dulu untuk mu tidak ada lagi dihati ku maafkan aku!" Leya tertawa ringan mendengar perkataan Gilbert. "Ayolah Bert, kita sudah berumur untuk apa membahas masalah perasaan! Aku mengerti kok, lebih baik kita fokus saja membesarkan dan memberikan kasih sayang pada Sabia bersama-sama!" "Terimakasih atas pengertian mu Leya!" "Aku akan kembali ke hotel, tapi nanti Sabia mungkin akan langsung tinggal disini dia ingin banyak bercerita denganmu," "Nanti supir pribadi ku yang akan mengantar mu ke hotel Leya," "Terimakasih Bert kau pengertian sekali, tau saja kalau aku belum sempat ke dealer untuk membeli mobil karena itu mohon kerjasamanya ya untuk anyar jemput Sabia mulai besok," Wajah Leya terlihat ceria dan santai menghadapi pertemuan ini, maklum saja Leya sudah mempersiapkan hatinya dari lama untuk bisa bersikap santai ketika kembali dihadapkan dengan cinta pertamanya. "Oke, nanti Sabia bisa ganti-gantian untuk menginap di sini dan menginap di rumah mu!" "Ya begitu lebih baik! Aku yakin Sabia akan kelebihan kasih sayang mulai sekarang!" Obrolan itu terhenti karena Gilbert harus pergi ke markas group Limson, ada beberapa pekerjaan yang menunggunya! Sementara itu Leya menunggu Sabia bangun dari tidurnya, barulah dia akan pulang kembali ke hotel.Saat ini Sabia sudah memasuki halaman rumah milik Mr Zie, hatinya sudah bersorak karena kemenangan dari taruhannya dengan teman-temannya yang lain sudah didepan mata.Sabia pun memotret rumah Mr Zie dari dalam mobilnya, lalu mengirimkan ke group bahwa dia sedikit lagi akan memenangkan taruhan.Ditekannya bel rumah Mr Zie itu oleh Sabia, sambil sesekali merapihkan rambutnya. Seorang pelayan pun datang membukakan pintu rumah."Malam nona, ada yang bisa saya bantu?""Tolong panggilkan Mr Zie, katakan mahasiswi ingin menyerahkan tugas padanya!""Baik, mohon tunggu!"Sebenarnya pelayan merasa aneh kenapa menyerahkan tugas malam-malam begini, dan kenapa tidak kirim by email saja? Tapi karena berpikir mungkin name Zie sendiri yang meminta mahasiswinya datang ke rumah akhirnya pelayan pun mengetuk pintu kamar Me Zie.Tok.Tok.Tok.Baru saja Mr Zie hendak tidur setelah dari sore tadi memeriksa tugas dari 0ara mahasiswa yang dikirim ke email-nya, pintunya diketuk malam-malam begini, dengan sed
Tubuh Naura melengking keatas sementara wajahnya mendongak keatas, dorongan itu sungguh membuat seluruh tubuh Naura mengalami getaran hebat yang luar biasa.Tak kuasa menahan gejolak kenikmatan yang hampir tiba, Naura memejamkan kedua matanya, menggigit bibir bagian bawahnya karena merasakan dorongan itu sedikit lagi benar-benar akan meledak dibawah sana."Aaaaaahh Dad mau,,,,"Perkataan Naura tidak sanggup dua lanjutkan, sementara Gilbert yang mengetahui bahwa gadis pujaan hatinya akan mencapai puncak nirwana justru semakin dalam memasukkan lidahnya kedalam bagian inti Naura, kemudian meny e sapnya dengan kuat.Kedua tangan Naura pun meremat rambut Gilbert dibawah sana sembari menekan lebih dalam lagi wajah Gilbert dibawah sana."Dad ahhhhhhhhh,"Nafas Naura terengah-engah dan akhirnya Naura berhasil mencapai puncaknya yang begitu indah dan menyenangkan dipagi hari ini. Tubuh Naura lemas dia tidak dapat berkata-kata lagi selain masih merasakan sisa-sisa pencapaiannya.Setelah berhasi
Dengan penuh keceriaan Naura langsung beringsut berpamitan secara terburu-buru pada kedua orangtuanya dan pada kedua adiknya, kemudian Naura pun berlarian kecil untuk menghampiri Gilbert.Rupanya Gilbert sudah menunggu diluar mobil dan tersenyum pada Naura, rasanya seperti satu tahun tidak bertemu padahal hanya satu malam tadi keduanya tidak bertemu.Naura begitu merindukan Gilbert sampai-sampai dia terus berlari dan mendarat sempurna dalam pelukan Gilbert."Wow, Nola,""Aku merindukanmu Dad,""Iya sayang Dady juga sangat merindukanmu, padahal hanya satu malam kita tidak bertemu!" Gilbert merekatkan pelukannya pada tubuh Naura.Saat sedang saling memeluk dengan erat, momy Lindsey berlarian mengejar Naura karena handphone Naura tertinggal dimeja makan."Nola!" keluar pintu rumah.Mendengar suara momy Lindsey yang sangat dekat Naura replex mendorong Gilbert hingga Gilbert pun terjungkal dan jatuh ke bawah."Ya Tuhan, Bert kau sedang apa dibawah sana?" tanya Momy Lindsey."Am hanya menge
Jika ada laki-laki yang begitu menginginkan tubuhnya dengan tidak sabaran seperti Dosen satu ini, entah kenapa Sabia merasa sangat tertantang dan merasakan hasrattnya berkali-kali lipat lebih tinggi lagi.Dilepaskannya kedua tangan Dosen tersebut yang melingkar ditubuhnya itu, lalu didorongnya tubuh Dosen itu hingga terjatuh di atas ranjang, seperti serigala wanita yang sedang lapar, Sabia langsung melompat keatas tubuh Dosen berusia 30 tahu itu."Kau sangat tidak sabaran mangsaku," Sabia me lu mat bibir Dosen tersebut.Kedua tangan Sabia menarik kemeja pakaian Dosen tersebut hingga kancing-kancing kemeja itu terlepas semua, kemudian setelah puas melu mat bibir Dosen yang sejak tadi hanya pasrah terlentang.Sabia menjulurkan lidahnya, terus menyusuri dada hingga turun ke perut dan area pusar Dosen tersebut, kedua tangan Sabia langsung menurunkan celana yang dikenakan oleh Dosen tersebut, kemudian merobek kain penutup lobaknya hingga lobak itupun kini sudah tak mengenakan apapun lagi.
Sore harinya jam perkuliahan Sabia selesai lebih cepat, dia berpikir untuk mengerjai Naura yang saat ini masih berada didalam kelasnya. Sabia pun menunggu didepan kelas Naura.Hingga Dosen dikelas Naura pun sudah mengakhiri kelas hari ini dan keluar dari dalam kelas, Naura dan teman-teman dikelasnya langsung buru-buru keluar dari dalam kelas karena sudah ingin menghirup udara segara setelah tadi didalam kelas dicekoki oleh mata kuliah yang cukup menguras otak dan energi."Hai little momy ku!" teriak Sabia sambil memeluk Naura sengaja dengan suara kencang."Ha little momy?" serempak teman-teman sekelas Naura."Ya, Naura adalah momy baru untukku karena sebentar lagi dia akan menikah dengan my dad, dan emtththhh!!!"Belum selesai Sabia berbicara didepan teman-teman Naura, mulut Sabia sudah dibekap lebih dulu oleh satu tangan Naura."Bia sedang mabuk jadi bicaranya ngawur, jangan dengarkan!" Naura langsung membawa Sabia menjauh dari teman-temannya.Barulah setelah berada ditempat sepi Nau
Kedua bola mata Sabia akhirnya harus melirik bergantian saat mendengar Naura berbicara dan saat Gilbert pun ikut bersuara, situasi saat ini antara Gilbert dengan Naura sudah seperti debat calon presiden.Keduanya sibuk saling memberikan penjelasan pada Sabia yang hanya dia mematung melihat laki-laki tua yang tak lain adalah ayah kandungnya sendiri, berada diatas tubuh gadis muda yang tak lain adalah anak dari atasannya sekaligus sahabat putrinya sendiri.Apalagi posisi Gilbert benar-benar terngiang-ngiang dalam pikiran Sabia saat melihat bagaimana melon import sahabatnya, tengah di hi sap oleh ayahnya yang sudah tua itu.Mendengar Gilbert dan Naura sibuk klarifikasi, kesadaran Sabia pun berhasil dipulihkan."Stop!" teriak Sabia.Naura pun menghampiri Sabia lalu meraih kedua tangan Sabia, dengan tatapan memelas Naura akan meminta maaf secara tulus pada Sabia."Bi, aku minta maaf tidak apa-apa kau akan membenciku tapi tolong maafkan aku!"Sabia mengangkat telunjuk tangannya lalu menunju







