Share

Ch-2. Sebuah Ide Gila

"Astaga, Dante! Lihatlah, gara-gara keinginanmu untuk cepat sampai, kita hampir saja membuat orang kehilangan nyawa!" teriak seorang lelaki yang baru saja keluar dari mobil. Dia tampak menghampiri lelaki bernama Dante yang sudah keluar lebih dulu untuk melihat sang “korban”. 

Sayangnya, Dante tak menggubris ucapan teman–sekaligus sopir keluarganya itu. 

"Diamlah, Firman! Cepat bantu aku!" Fokus Dante saat ini adalah untuk menolong seorang wanita yang tergeletak di depannya itu. Terlebih, massa mulai berkumpul, seolah siap menghakimi keduanya.

Dante langsung mendekap bayi Aiden yang kini tampak rewel dan menangis histeris. Namun, karena canggung dengan anak kecil, Dante pun menyerahkan bayi tersebut pada Firman. 

Keduanya bergegas membawa Yuki dan anaknya itu masuk ke dalam mobil. Dengan kecepatan tinggi, mobil dibawa menuju sebuah puskesmas yang terdekat dari sana. 

*****

"Sudah kubilang, aku saja yang menyetir. Kenapa kamu keras kepala? Lihatlah, Dante! Sekarang, kita dalam masalah karena kamu sok ugal-ugalan di jalan!" keluh Firman, menatap kesal pada majikan sekaligus temannya itu.

Dante mengangguk malas dan merebut Aiden dari pangkuan Firman. "Sudahlah. Hentikan ocehanmu. Aku tahu aku salah." 

"Ck! Kau ini—" 

"Pergilah, urus administrasi sekarang," potong Dante. 

Firman memutar bola mata dengan malas. Meskipun enggan, dia akhirnya tetap menuruti perintah Dante. 

Tak lama setelahnya, pandangan Dante kembali ke bayi di dekapannya yang terus menangis.

Entah mengapa, ada sedikit rasa bersalah yang terlintas dalam Dante. Karena keinginannya untuk cepat sampai ke rumah–demi membatalkan acara pertunangan tidak jelas itu–, Dante justru membuat Ibu sang bayi terbaring di rumah sakit. 

“Sut …  sut … sut.” Dante pun mencoba menenangkan Aiden. 

Meski canggung, dia terus berusaha menimang bayi tampan itu. 

Bahkan, Dante menunjukkan beberapa hal menarik agar bayi itu menjadi diam. Siapapun yang mengenal lelaki itu pasti akan terkejut melihatnya.

Usaha Dante pun berhasil. 

Lelaki itu entah kenapa merasa bangga. Senyum manis yang hanya muncul di depan orang-orang tertentu, bahkan muncul di wajahnya tanpa disadari.

"Aiden!!" Terdengar suara teriakan wanita secara tiba-tiba.

Segera, Dante menoleh ke arah suara. Ternyata “korbannya” sudah siuman. Bahkan, kini terlihat berlari ke arah Dante.

Ah, bukan! 

Lebih tepatnya, ke arah bayi di dekapannya ini. 

Yuki pun langsung memeluk sang anak dengan erat, seolah takut kehilangannya. 

"Apa kamu baik-baik saja?" Dante memberanikan diri untuk bertanya. 

“Y-ya, aku tak apa," jawab wanita itu sambil menangis. "Maaf merepotkan, aku sangat syok saat hampir tertabrak tadi. Tapi, kurasa aku baik-baik saja. Mobilmu tak sempat menyentuhku." 

"Itu kamu tahu. Makanya, kalau mau nyebrang itu lihat-lihat, dong!" Tiba-tiba, Firman datang menyela. 

Dante dan Yuki seketika melihat ke arah lelaki yang baru saja kembali setelah mengurus administrasi itu. 

Tatapan sinis terus saja diarahkan teman Dante itu ke Yuki.

"Maaf," ucap Yuki merasa bersalah.

Menyadari itu, Dante langsung menyenggol lengan Firman–mengkode agar temannya itu berbicara lebih baik. 

Hal ini hanya disambut Firman dengan memutar bola matanya malas. 

"Ah iya! Siapa namamu? Apa kamu bisa memberikan kami nomor suamimu?" tanya Dante tiba-tiba. 

"Namaku Yuki. Tapi, suami … aku tak punya," jawab Yuki dengan suara bercicit lirih. 

"Kalau begitu, di mana rumahmu? Kami akan mengantarmu," tawar Dante lagi. 

Bukannya menjawab, Yuki justru menggeleng. 

Wanita itu terlihat menahan isak tangis sebelum berkata, "Aku tak punya rumah. Aku baru saja datang ke kota Jakarta dan berniat mencari tempat tinggal sementara. Sayangnya, semua uangku ada di tas yang dijambret tadi." 

Dante terdiam. 

Hati Dante terenyuh. Lagi-lagi, sesuatu yang tak pernah terjadi pada dirinya.

Entah mengapa, lelaki itu merasa ada magnet dari sepasang ibu dan anak itu, hingga sebuah ide gila terbesit dalam benaknya. Ide yang bisa menyelamatkan Dante dan juga wanita itu.

Firman mengerut bingung, sementara Dante tampak tersenyum lebar mendengar hal tersebut. 

Dante bahkan segera menggiring Yuki ke kursi tunggu yang ada di sana dan meminta wanita itu duduk. Setelahnya, dia berjongkok di bawah. 

"Aku mempunyai solusi untuk masalahmu," tutur Dante penuh keyakinan. 

"Apa itu?" tanya Yuki penasaran. 

"Jadilah istriku." 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status