Share

Ch-3. Menikah

Belum sempat Yuki memproses semuanya, Dante tiba-tiba kembali bertanya, “Apa kamu sudah makan? Kalau belum, ayo kita segera ke restoran.”

Yuki dibuat begitu bingung oleh lelaki yang baru dikenalnya ini. 

Dan, sesuai perkataan Dante, kini mereka pun sudah berada di sebuah restoran. 

Mereka tampak diam selama beberapa saat untuk makan sore bersama.

“Ehem.” Dante yang tak sabar mulai berdehem untuk memulai perbincangan, "Bagaimana, Yuki? Apa kamu setuju jadi istriku?"

"Dante, apa kamu tidak waras? Apa kamu sadar dengan yang kamu rencanakan saat ini?" Namun, bukannya Yuki yang menjawab, justru Firman-lah yang berbicara. 

Lelaki itu masih menatap protes ke arah Dante.

"Tidak bisakah kamu diam sebentar, Firman?" keluh Dante terlihat tidak senang. 

Embusan napas kasar terdengar dari bibir Firman. Dia mengambil teleponnya kasar dari meja, lalu berpura-pura sibuk dengan benda persegi panjang tersebut.

Melihat temannya itu mulai “tenang”, Dante kembali menatap Yuki. 

"Di rumahku, saat ini, ada pesta untuk menyambutku pulang. Keluargaku bahkan menyiapkan pertunangan untukku. Jadi….”

“Jadi, apa?”

“Jadi, aku tak bisa menghindar karena kakekku sedang sakit saat ini. Maka dari itu, aku butuh seorang istri yang bisa membungkam mereka."

"Istri … bagaimana bisa? M-maksudku…." Yuki tergagap, tampak bingung menjelaskan.

"Aku tak punya waktu lagi, Yuki. Jika kamu setuju, aku akan mengatur semuanya untukmu. Sebagai kompensasinya, aku akan memenuhi semua kebutuhan hidupmu dan segala keinginanmu." 

Tatapan Dante begitu serius, hingga membuat Yuki kehabisan kata.

Dia memang tak mempunyai tempat tujuan dan tak tahu apa yang harus dia lakukan di kota orang tanpa sepeser uang pun. Jika sendiri tidak apa-apa, tetapi Yuki bersama Aiden yang masih enam bulan.

“Tapi—”

“Seperti yang kubilang, semua akan kuatur,” potong Dante yang membuat Firman seketika menggeleng.

Sementara itu, Yuki terus terdiam. Berbagai pertimbangan muncul di benaknya. 

Apakah ini benar? Yuki tahu bahwa kesempatan tak datang dua kali. Mungkinkah Tuhan telah membantunya dengan membuatnya bertemu Dante?  

Tatapan meyakinkan dari Dante membuat Yuki semakin berpikir keras, hingga perlahan, Yuki pun mengangguk dan setuju. 

Melihat itu, Dante tersenyum miring–tampak puas dengan keputusan Yuki.

"Baiklah, kalau begitu ayo pulang. Aku akan menjelaskan detailnya di perjalanan nantinya," ajak Dante dengan tak sabar.

Yuki lalu beranjak dari tempat duduk. 

Firman pun mengikuti dengan pasrah. 

Hanya, Dante yang terlihat begitu bahagia karena menemukan alasan untuk menolak pertunangannya.

Namun, langkah Dante tiba-tiba berhenti membuat Yuki dan Firman terkejut dan memandang lelaki itu bingung.

“Oh, iya! Kita harus ke butik supaya Yuki dan Aiden terlihat rapi,” ucap Dante.

Pria itu tampak memiliki keinginan untuk mengubah penampilan kucel Yuki ke bentuk anggun. Tak hanya itu, Dante juga bertekad membelikan bayi Aiden yang akan berperan menjadi anaknya itu dengan barang-barang branded!

*****

"Astaga, mewah sekali," gumam Yuki tanpa sadar–begitu sampai di tempat tujuan. 

Dia melongo, melihat penampakan rumah Dante yang bak gedung menjulang tinggi. 

Halamannya begitu luas, didominasi dengan taman bunga.

Yang tak kalah menakjubkannya, banyak mobil berderet sepanjang jalan dari gerbang menuju pintu utama.

"Sial, seharusnya aku pulang lebih awal tadi sebelum banyak orang berkumpul," gumam Dante terlihat malas, menyadari para tamu orang tuanya sudah tiba di rumahnya.

Hal itu tentu membuat Yuki kebingungan. Dia masih tak begitu paham dengan rencana lelaki ini.

"Bukankah ini malah menyenangkan? Kamu bisa memperkenalkan calon istrimu ke hadapan banyak orang, agar mereka menjadi saksi agar orang tuamu tak menjodohkan kamu kembali," sahut Firman–entah itu sebuah pujian atau malahan sindiran.

Dante seketika mendengkus. "Tapi, ini akan lebih rumit." 

"Aku akan masuk dulu. Kamu menyusul bersama Firman, lima belas menit lagi," perintah Dante mendadak ke Yuki.

Setelahnya, Dante pergi dan masuk ke dalam rumahnya.

Beberapa pasang mata langsung mengarah pada Dante. 

Mereka terlihat bergosip, dan saling berbisik entah apa yang dibicarakan. 

Dante tak memperdulikan hal tersebut. Dia langsung menghampiri orang tuanya yang tengah menjadi pusat perhatian di tengah-tengah acara tersebut.

"Akhirnya, kamu mau pulang juga, Nak," sapa sang ayah tampak senang, hingga memeluk Dante sekilas sambil menepuk pundak anaknya itu.

Begitu pula dengan Ibu Dante yang tak segan memeluk Dante dengan erat. Meluapkan kerinduan yang selama empat tahun ini terpendam karena tak pernah bertemu.

Sayangnya, acara saling rindu itu terputus dengan singkat, tatkala sang ayah mulai memperkenalkan sosok Dante ke teman dan juga rekan bisnisnya. 

"Nah, karena semuanya sudah berkumpul, aku akan memulai acaranya."

Dante tampak dirangkul sedikit ke depan bersama seorang wanita muda. 

"Malam ini, aku akan mengadakan pertunangan antara Dante, anakku, dan juga Zara Larsson." Wira bersuara dengan lantang.

Mendengar itu, semuanya tampak senang, bahkan bertepuk tangan dengan riuh. 

Penyatuan dua keluarga besar dalam dunia bisnis memang selalu terlihat membanggakan. Tapi, tidak dengan Dante. Pria itu memasang wajah datar sejak tadi. 

"Maaf jika terburu-buru, aku takut anakku akan kabur lagi," kata ayah Dante bercanda di tengah-tengah acara tersebut. "Lihatlah, bukankah mereka sangat serasi?"

Semua orang menatapnya penuh pujaan, tetapi Dante kini terlihat jengah. 

"Maaf menyela." Dante berdehem sebentar, menarik perhatian semua orang. "Tapi, aku tidak bisa meneruskan pertunangan ini."

Zara–calon tunangan Dante–tampak syok. "Apa maksudmu, Dante?"

"Maaf, Zara, selama di luar negeri aku sudah menikah. Bahkan, sudah mempunyai seorang anak," 

Mendadak, suasana ruangan itu hening. 

Semua tamu tampak terkejut mendengar hal tersebut. Begitu pula, dengan keluarga Atmaja dan Larsson yang tampak syok.

Hanya ayah Dante yang dapat menguasai diri. Pria paruh baya itu menghampiri dan langsung memeluk Dante. 

"Sungguh lelucon yang sangat garing, Dante. Semua orang hampir tertipu dengan kebohonganmu itu." Ucapan ayah Dante bahkan diiringi tawa kerasnya sendiri.

"Siapa yang sedang bercanda, Ayah?" ucap Dante datar. "Aku serius."

"Bagaimana bisa kamu–"

"Firman!" Dante tak membiarkan ayahnya meneruskan ucapannya. Dia langsung menyela untuk berteriak memanggil temannya itu seolah memberikan kode.

Tepat setelah itu, Firman mulai masuk ke dalam. 

Di belakang lelaki itu, ada Yuki yang mengikuti sambil menggendong bayi. 

Mereka berjalan menyeruak kerumunan, mendekat ke arah di mana Dante berdiri. 

Sontak, kedatangan mereka menjadi pusat perhatian semua orang. 

Senyum Dante tampak merekah, dia segera menarik Yuki dalam pelukan dengan senyum penuh kepuasan. "Perkenalkan, dia Yuki istriku, dan ini anak kami."

Bruk....

Ibu Dante langsung jatuh pingsan setelah mendengar penuturan Dante. 

Pewaris utama keluarga Atmaja benar-benar membawa pulang seorang istri, padahal belum pernah ada kabar pernikahan yang pernah tersiar! 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status