”Argghhhh..,” teriak Anjani
Anjani benci dengan kehidupannya saat ini. Anjani, masih sangat emosional tatkala sang suami memilih wanita lain untuk ia sayangi saat ini. Apa pun tujuannya, itu tak ia benarkan. Karena, Dareen tidak memberitahukan pernikahannya dengan Amanda. Di sengaja atau enggak Dareen tetap lah itu sebuah kesalahan dalam sebuah hubungan rumah tangga yang di bangun dengan perasaan cinta sebelumnya.
”Kenapa, Dareen? Apa kamu enggak bisa berlaku adil untuk wanita yang dirimu nikahi beberapa tahun silam tentunya dengan perasaan cinta?”gumam Anjani
Praanngggi ti
Anjani menjatuhkan Barang-barang miliknya yang terletak di meja rias miliknya. Apa sebuah kesalahan, kalau aku seperti ini? Kalau ada orang lain di posisi aku, pasti enggak akan kuat menjalaninya. Sama seperti dengan diriku yang enggak kuat menjalani Hari-hari selanjutnya.
Tuhan..aku enggak kuat! Bawa lah aku berada di sisi-mu, sambil mencari sebuah b
Kecemasan berlebihan yang di lakukan Mama dan Papa membuat Dareen sedikit kurang merasa nyaman. Karena, menurut Dareen itu sangat berlebihan kalau segala sesuatunya dilakukan secara berlebihan hasilnya tidak akan baik. Dareen, hanya takut semua rencana yang ia bangun secara matang akan hancur karena orang tuanya.Tok..tok“Dareen,” panggil suara yang terdengar dari luar pintu. Dareen, masih saja belum mendengarnya dengan jelas. Siapa yang datang ke sini dan untuk apa?“Dareen..,” teriak pria renta yang di usianya masih sangat jelas suaranya untuk memanggil putra kesayangan.”Papa..,” ucap Dareen dengan tergopoh-gopoh menuju ke arah pintu depan. Dengan segera, ia memakai pakaiannya, baru saja ia melewati malam panjang lagi. Tapi tidak dengan Amanda, yang kecantikan dan juga kemolekan tubuhnya jangan di ragukan lagi. Setelah pertengkaran Dareen dengan Anjani kemarin, ia harus bisa berlaku adil dengan kedua istrinya. Meski
Sejak, kedatangan orang tua Dareen ke kediamannya. Pikirannya, terlihat sangat kalut karena Amanda. Amanda akan meninggalkannya, di saat waktunya sudah tepat. Ketika sudah melahirkan anak yang Dareen inginkan. Amanda, akan menepati janjinya untuk meninggalkan Dareen beserta anak yang ia kandung.“Amanda, apa lo serius dengan perkataan lo tadi?”tanya Dareen. Amanda dan Dareen kini tengah berada di sebuah taman belakang rumah Dareen. Tempat itu adalah tempat favorit Amanda sejak ia berada di rumah itu. Taman belakang rumah Dareen terlihat banyak semilir angin, seakan Amanda masih seperti ada di kampungnya.Pertanyaan yang di lontarkan Dareen pada Amanda, membuat Amanda yang tengah menikmati semilir angin, terlihat sangat terkejut dan menatap ke arah Dareen. Amanda, enggak pernah Main-Main dengan perkataannya. Karena, sedari awal ia tidak mencintai Dareen. Ia hanya bertanggung jawab dengan hutang yang melilit orang tuanya. Setelah ia rasa cukup, Amanda akan pe
Anjani pagi-pagi sekali sudah pergi ke dokter di mana ia akan melakukan pengecekan mingguan. Anjani, check up untuk kesehatannya terutama pada bagian rahimnya. Entah mengapa, Anjani masih tetap berharap kelak ia akan bisa memiliki buah hati dari rahimnya. Walaupun itu sulit. Tapi keyakinannya, mampu mengalahkan semua takdir akan dirinya. Apabila Tuhan sudah berkehendak, manusia pun tak akan mampu melawannya.Amanda, yang sudah menaruh curiga sedari beberapa hari setelah ia menjadi istrinya Dareen. Ia, mencoba mengikuti ke mana Anjani akan pergi. Anjani, pergi tidak seperti biasanya. Ia pergi dengan tergesa-gesa, tentu saja bukan karena terlambat syuting stripingnya, bukan? Ada apa dengan Anjani? Mau ke mana dia? Tanya Amanda“Dareen, aku akan pergi syuting!” Elak Anjani pada DareenTatapan sengit Dareen hanya mamapu menatapnya tanpa mau tahu ke mana sang istri akan pergi? Ketika Anjani mengatakan kalau ia akan pergi syuting berarti itu benar adanya,
Perasaan limbung Amanda kini menyeruak, ada apa dengan Anjani? Pertanyaan itu yang muncul di dalam benak Amanda sebagai sesama wanita. Seharusnya, Anjani bisa lebih terbuka dengan Amanda tapi Anjani memilih bungkam dari pada harus berterus terang padanya. Mungkin Anjani, masih belum siap menceritakannya pada Amanda. Bagi Anjani, Amanda adalah sosok musuh berbulu domba yang harus di jauhi. Bahkan, sebaliknya Amanda adalah wanita yang sangat baik hatinya dan masih memikirkan perasaan Anjani sebagai istri SAH-nya Dareen.Amanda, kini berjalan gontai sendirian setelah keluar dari rumah sakit tempat di mana ia tengah mengikuti Anjani. Amanda, masih saja memikirkan nasib Anjani di kemudian harinya. Anjani, kalau saja diri lo masih berbaik sangka pada gue. Gue pasti akan lebih welcome dari pada ini. Maafin gue! Cecarnya dengan penuh penyesalan yang sangat mendalam.Di dalam perjalanannya di sebuah taman, tubuh Amanda limbung dan pandangan terasa sangat gelap. Seperti tak ada
Berita kehamilan Amanda kini sudah terdengar di telinga Dareen, betapa bahagianya pria yang sudah menyematkan sebuah benih di rahim Amanda. Dareen, yang sangat bahagia mendengar berita tersebut, lupa kalau waktu itu akan semakin dekat untuk Amanda berpisah dengannya. Itu semua sesuai permintaan Amanda, bukan permintaannya sebagai pria yang kini tengah berbahagia. Jangan ganggu kebahagiaannya, ini merupakan keinginannya yang belum tercapai setelah berumah tangga dengan Anjani.“Terima kasih Tuhan, akhirnya kebahagiaan itu hadir juga untuk gue,” ucap Dareen sambil mengusap kedua telapak tangannya ke arah wajahnyaDareen, menuju rumah sakit karena pihak rumah sakit yang memberitahukannya untuk menjemput sang istri yang kini tengah berbadan dua. Tentu saja, Dareen sangat bahagia mendengar kabar yang menurutnya sangat penting itu.“..Manda,” ucap Dareen terhadap Amanda yang wajahnya terlihat sangat bahagia karena rona merah hadir di kedua pipi
Hari ini adalah kepulangan Amanda setelah dirinya di rawat, badannya terlihat sangat lemah meski sudah dua botol infus masuk ke tubuhnya. Seperti ibu hamil kebanyakan, sulit untuk menerima makanan yang masuk ke tubuhnya. Amanda mengalami morning sickness dan sakit kepala yang sangat parah, hingga tubuhnya tak mampu untuk menopang.Amanda saat ini terlihat sangat suka rebahan di bandingkan bekerja seperti biasanya. Ia masih tidur di kamar kecil miliknya, itu permintaan Amanda sendiri. Ia tak ingin mengambil yang bukan miliknya seperti kamar besar dan lengkap yang sudah di tinggali bertahun-tahun oleh Anjani. Baginya, Anjani mau menerimanya saja sudah bagus sekali. Meski, awalnya Anjani tak menerima kehadirannya, ia menganggap kalau Amanda adalah musuh terbesarnya yang dengan siap untuk menerkamnya.Manda, sebaiknya lo pindah ke kamar gue dan Anjani? Kamar ini enggak baik untuk kesehatan lo dan calon anak kita.“Gue enggak kenapa-kenapa koq kalau berada di k
Perasaan marah yang semakin menyeruak membuat Anjani semakin membenci Amanda. Apalagi, Anjani telah mendengar kalau Amanda tengah mengandung buah hati dari sang suami, Dareen. Anjani, semakin sering menyalahkan dirinya yang hingga saat ini belum juga tengah mengandung buah hati dari pernikahan mereka yang sudah lima tahun lamanya.“Hah..hati gue hancur,” ungkap Anjani dengan air mata yang membasahi pipinya. Siapa yang harus gue salahkan? Semua ini karena Amanda, yah karenanya kebahagiaan gue hancur. Anjani tak mampu mengintrospeksi kesalahannya. Yang ia tahu, semua ini karena Amanda wanita yang sudah mengambil semuanya dari dirinya.Suara teriakan Anjani terdengar hingga ke lantai bawah. Dareen, yang tadinya hanya bersikap seolah tak mau tahu dengan Anjani. Tapi, kini ia memberanikan dirinya datang ke kamar yang dulunya mereka tinggali bersama.“Ada apa dengan lo, Anjani? Apa enggak bisa lo bersikap tenang. Amanda, harus banyak istirahat. Gue m
”Anjani..” panggil seorang wanita yang kini terlihat sangat lemah. Ya, di sini lah kehamilan Amanda di uji. Amanda memasuki masa transisi mual karena mengandung buah hati yang selama ini sangat di inginkan Dareen.Cih..Anjani sama sekali tak menoleh ke arah Amanda. Bagi Anjani, ia tak akan berdamai lagi dengan wanita yang sudah menghancurkan mimpi dan rumah tangganya dengan Dareen. Anjani, kini kembali berubah seperti pertama di saat Dareen membawa Amanda ke rumah Dareen.”Jangan pernah lo berharap kalau gue akan baik dan luluh dengan lo karena lo sudah bersedia mengandung buah hati dari pria yang sangat gue cintai,” cecar Anjani seolah seperti menghardik Amanda.”Apa salah gue, Anjani?” Tanya Amanda yang kini berjalan ke arah Anjani dengan sangat hati-hati dan tak berdaya”Jangan sok baik, bagaimana pun gue akan membenci lo walau lo berbuat baik dengan gue. Bagi gue, kebaikan lo itu hanya kepalsuan belaka