Sekali lagi Samuel tidak bisa memaksa penolakan Annabelle yang tak ingin ikut pergi dengannya. Mengingat selisih usia mereka terpaut begitu jauh, nyaris separuh dari usia Samuel, akhirnya pria itu sadar bahwa dia mungkin harus lebih bersikap pengertian. Tak peduli meski Annabelle pernah berumah tangga atau tak ingin disebut sebagai anak-anak.Meski Annabelle tampaknya masih tak bisa menerima statusnya sekarang, tetapi Samuel cukup lega karena wanita itu tak marah marah lagi saat dia akan pergi. Setidaknya, sindiran Annabelle tidak terlalu galak seperti semalam atau saat dia bangun tidur tadi pagi.Tepat pukul delapan pagi, Samuel terlebih dulu mengontrol villa dan penginapan, memeriksa berapa banyak kamar atau villa yang terisi malam itu. Dia menemui salah satu pekerjanya, yang bertugas mencatat penjualan kamar, sekaligus mengambil uang yang didapat malam itu.Setelah terlibat percakapan dan menerima laporan yang mengatakan bahwa water heater di salah satu penginapan tersebut rusak,
Yunita tampak terkejut, tetapi dia tak lantas memberikan ponselnya, melainkan terburu-buru mengganti akun F******k-nya yang bernama Yunita Pusvitasari sari, dengan akun Mama Alfian.Tampaknya keberuntungan sedang berpihak pada Yunita, karena saat Samuel menyambar ponsel dari tangan istrinya, beranda F******k-nya yang Samuel lihat sudah menampilkan akun bernama Mama Alfian.Tak ada yang aneh di dalam wall sosial media milik Yunita, hanya beberapa unggahan foto makanan, kebersamaan dia dengan orang tua teman-teman Alfian di sekolah, juga deretan foto selfie di setiap sudut rumahnya.Samuel bukan sekali dua kali menegur Yunita agar tak memposting foto dirinya yang dandan berlebihan, tetapi tampaknya Yunita tak menggubris peringatan Samuel.Sebenarnya, Samuel bukan merasa cemburu, tetapi suami mana yang senang jika istrinya bertingkah berlebihan? Terutama Yunita kerap memamerkan kemewahan yang tak sepantasnya dipamerkan, mengingat Samuel sendiri kerap tampil sederhana, meski dia sekarang m
Ketika waktu menunjukkan pukul sembilan malam, Samuel baru saja tiba di penginapan dalam suasana hati gusar. Dia memang tak yakin apakah Annabelle menantikannya atau tidak, tetapi tetap saja Samuel merasa kesal pada diri sendiri.Tadi siang, Samuel sendiri yang mengatakan bahwa dia akan menjemput Annabelle selepas magrib. Namun, siapa yang menduga bahwa Alfian dan Yunita terlalu betah bermain air.Meski awalnya Samuel tak berencana mengajak Yunita, tetapi karena dia mengatakan akan mengajak Alfian ke Pantai Pelabuhan, yang hanya berjarak sekitar satu jam perjalanan dari rumahnya, akhirnya Yunita memutuskan untuk ikut dengan mereka.Hanya saja, dia tidak memprediksi akan terjebak macet selama tiga jam ketika menuju perjalan pulang. Jadi, saat dia tiba di rumah pukul delapan malam, Samuel langsung bergegas mandi serta berganti pakaian, lalu pergi ke tempat kerjanya terlebih dahulu, dan Yunita tak pernah bertanya apakah dia akan pulang atau tidak, seperti itulah ketidakpedulian Yunita ter
"Tidur di mana?" Annabelle mengulangi pertanyaan Samuel seolah itu hal yang aneh. "Ya atuh tidur di sini, masa iya aku harus bangunin lagi si Fathur terus suruh keluar dari kamar?"Samuel berkerut suram sambil mengamati matras yang semula ditiduri Fathur, dia juga tidur di matras itu kemarin bersama adik Annabelle."Di sini dingin lho, Anna," kata Samuel sambil mencari makanan dari salah satu kantong belanjaan yang dia bawa, lalu menemukan sebungkus biskuit coklat, yang mungkin bisa mengganjal perutnya yang terasa sedikit melilit."Kemarin aja aku tidur pake jaket, selimut aja nggak cukup perasaan. Apa lagi ventilasi di rumah ini pada kebuka kayak gini," lanjut Samuel sambil mengupas bungkusan dan mengambil satu keping biskuit yang terbalut coklat tebal.Annabelle nyaris tersedak minuman melihat Samuel, dan berpikir bahwa pria itu benar-benar membawa camilan itu untuk dia sendiri—seperti yang dikatakan Samuel saat memberikan dua kantong belanjaan tersebut padanya."Om, laper, ya?" tan
"Kapan bapakku bahas mau cari rumah?" gerutu Annabelle kesal. "Nggak usah ngada-ngada, deh! Lagian, si Om jadi orang kenapa suka ngatur-ngatur gini—"Ucapan Annabelle terputus ketika Samuel membungkuk di dekat wajah wanita itu. Tubuh tinggi Samuel yang kokoh menaungi sosok Annabelle yang berbaring di atas matras, dan tanpa Annabelle duga, pria itu mencium bibirnya dengan rakus hingga Annabelle terbelalak kaget.Samuel menangkap tangan Annabelle yang berupaya mendorongnya, lalu melepas pagutannya sambil mendesis, "Kamu mah emang pada dasarnya harus dihukum dulu kayaknya!""Apa-apaan sih, Om?!" Annabelle berhasil menarik tangannya dari cengkraman Samuel, lalu memukul bahu pria itu agar menjauh darinya.Namun, alih-alih menjauh, Samuel justru menggigit pipi Annabelle gemas, lalu berbisik serak, "Kamu yang pilih tempatnya, mau dihukum di sini apa di villa? Kalau di sini, artinya kamu ambil resiko orang rumah bakalan kebangun karena desahanmu. Aku nggak berani jamin kamu bisa nahan suara s
Samuel tak bisa untuk tidak tertawa melihat ekspresi Annabelle yang berbicara tanpa dosa. Setelah membuka salah satu pintu kamar di lantai dua, Samuel menggendong wanita itu sambil berkata, "Annabelle, oh, Annabelle … dasar malaikat penggoda."Annabelle yang khawatir akan terjatuh langsung berpegangan, melingkarkan kedua tangan di leher Samuel dengan erat saat pria itu membawanya ke atas tempat tidur."Siapa yang ngegoda? Orang aku beneran nanya," protes Annabelle sambil mendongak, lalu melihat bibir Samuel mengukir senyum jahil.Sudah cukup waktunya untuk berbicara, karena kini Samuel menunduk dan menempelkan bibirnya pada bibir Annabelle. Awalnya kecupan Samuel begitu lembut, membuat perut Annabelle sedikit tegang dan menahan napas.Samuel masih memagut bibir ranum Annabelle ketika dia membaringkan wanita itu di tempat tidur. Rasanya terlalu sulit bagi Samuel untuk berhenti menikmati bibir Annabelle yang lembut, dan manis bagaikan cherry.Ketika mendengar napas Annabelle terengah-eng
Annabelle yang tertidur pulas di balik bed cover biru muda yang menutupi sebagian tubuh polosnya, tiba-tiba terbangun karena dering alarm yang dia set pukul setengah empat pagi.Namun, dering alarm itu tak berlangsung lama, karena Samuel langsung meraih ponsel Annabelle di atas meja kecil di samping tempat tidur.Kening Annabelle berkerut ketika sesuatu yang berat terasa menimpanya, lalu dia membuka mata perlahan. Sekilas pandangannya masih kabur, hingga dia mengusap-usap mata dengan jemarinya."Nggh …," Annabelle bergumam dengan alis yang semakin berkerut, terutama ketika menyadari ada sesuatu yang masih mengganjal di area bawah tubuhnya.Tampaknya Samuel tak berencana melepas penyatuan mereka yang berakhir hampir pukul dua dini hari, bahkan pria itu tampaknya tidak berniat untuk tidur setelah melewati pergulatan panas yang menakjubkan.Bahkan, semalam Annabelle benar-benar menyerah hingga tertidur begitu saja sebelum Samuel selesai mencapai puncak pelepasan untuk kedua kalinya."Pagi
Samuel dan Annabelle tiba tepat ketika adzan subuh berkumandang. Jadi, Annabelle buru-buru turun setelah Samuel memarkirkan motor di pelataran rumah Annabelle.Wanita itu sedikit gemetaran ketika berupaya memasukkan kunci pada lubang pintu, kedinginan karena Samuel melajukan motor dengan kecepatan tinggi, bahkan tak menggubris saat Annabelle menggigit punggungnya agar mengurangi kecepatan motornya."Kasian Istriku kedinginan," kata Samuel tanpa dosa, dia tertawa jahat saat menyingkirkan tangan Annabelle yang gemetar, mengambil alih untuk memutar kunci.Annabelle mendengkus sambil memelototi Samuel. "Atuh lagian bawa motornya nggak pake otak. Udah dibilang jangan ngebut-ngebut. Dingin tau?!""Aku belum pernah lihat ada orang bawa motor pake otak." Samuel mengedipkan mata, tak berhenti menggoda Annabelle. "Biasanya mereka pake kaki sama tangan. Ngomong-ngomong, bukannya enak karena jadi bisa meluk aku sepuasnya?""Dasar omes!" gerutu Annabelle ketika Samuel mendorong pintu hingga terbuka