Share

Mimpi Hayati

Author: dtyas
last update Last Updated: 2022-07-15 21:31:48

Terlihat perawat yang cekatan melakukan prosedur pemeriksaan. Hayati tidak sabar menunggu penjelasan Dokter mengenai kondisi Bapaknya, 

Cukup lama menunggu, akhinya Dokter menyampaikan jika kondisi Bapaknya sudah kembali stabil setelah mengalami serangan jantung dan saat ini belum sadarkan diri. 

“Sadarlah Pak, aku ingin kembali ke rumah kita di kampung. Menikahkan aku dengan Mas Rama bukan solusi, aku tidak bahagia,” ucap Hayati lirih. Pipinya sudah basah dengan air mata. Yang membuatnya lega adalah dia tidak perlu memikirkan biaya Rumah Sakit karena ditanggung oleh keluarga Rama. Hayati menunduk sambil meremas botol air mineral yang dipegangnya. Bersandar pada kursi ruang tunggu keluarga pasien, hanya itu yang bisa dia lakukan selama seminggu ini.

Hayati kembali ke kediaman mertuanya, bahkan saat ini sudah berada di kamarnya. Merebah di ranjang yang terasa sangat nyaman untuk ditiduri hingga perlahan dia pun mulai terlelap.

“Hayati, jalani hidupmu dengan baik. Sabarlah, karena tidak ada yang mudah dalam hidup ini. Temukan Ibumu, buatlah dia menyadari kesalahannya. Bapak percaya, kamu akan bahagia,” tutur Radit.

Hayati tidak dapat menjawab apapun yang disampaikan Radit, tangannya menjulur untuk menyentuh tubuh Radit tapi tubuh itu tidak tersentuh seakan transparan. “Bapak!” teriak Hayati sambil beranjak duduk.

“Hah, ternyata hanya mimpi. Ini pasti karena aku semalam langsung tidur,” Hayati beranjak dari ranjangnya, lalu menuju kamar mandi melakukan ritual pagi hari sesuai kepercayaannya.

Membuka lemari pakaian, dimana sudah tersedia berbagai macam pakaian yang menurut Hayati sangat bagus dan pasti harganya mahal. Sudah pasti Rama yang mengintruksikan asistennya untuk menyiapkan pakaian, alas kaki dan kelengkapan lainnya yang merupakan kebutuhan wanita.  Memilih tunik berwarna hitam yang panjangnya sampai lutut dipadukan dengan celana legging yang juga berwarna hitam. Entah kenapa hari ini Hayati memilih pakaian itu.

Terdengar ketukan pintu. Hayati bergegas membukanya, “Non Hayati sudah ditunggu Tuan dan Nyonya di bawah.”

Hayati segera meninggalkan kamarnya, menuju ruangan dimana kedua mertuanya menunggu. Tanpa diduga sudah ada Rama juga di sana, ketiganya menatap Hayati yang sedang berjalan menghampiri.

“Hayati, kita harus segera ke Rumah sakit,” ujar Zahida.

“Iya, Bu. Aku memang ingin ke rumah sakit. Kangen Bapak, semalam bermimpi agak aneh,” jawab Hayati.

“Rumah sakit belum lama menelpon, Bapak kamu sudah tidak ada,” ujar Rama.

Hayati belum bisa mencerna apa yang Rama sampaikan. “Maksudnya Bapak sudah sadar? Terus kabur gituh? Aku nggak ngerti,” ucapnya.

“Bapak kamu sudah meninggal, Nak.”

Hayati terpaku di tempatnya setelah mendengar ucapan Ibu mertunya, bahkan Rama harus menepuk pundak Hayati untuk menyadarkannya, “Nggak mungkin, Rumah Sakit pasti keliru. Aku ke sana untuk pastikan,” ucap Hayati lalu bergegas pergi. Rama mengejar Hayati dan menarik siku tangan Hayati menuntunnya untuk masuk ke dalam mobil.

Tidak ada percakapan yang terjadi di antara keduanya selama perjalanan menuju rumah sakit. Bayang-bayang kebersamaan Hayati dan Radit terus terlintas di benak Hayati. Belum bisa menerima berita kematian Bapaknya dan akan memastikan sendiri dengan melihat langsung kondisi Radit.

Saat Rama berhasil memarkirkan mobilnya, Hayati langsung keluar dan berlari menyusuri koridor Rumah Sakit. Rama bergegas mengikuti Hayati dengan berjalan cepat karena berlari hanya akan mengganggu aktifitas Rumah Sakit. Entah mengapa hatinya ikut teriris melihat pemandangan keadaan Hayati. Berjongkok dengan wajah dibenamkan diantara kedua kakinya dan tubuh yang bergetar karena isak tangis.

“Rama,” panggil Zahida dan Yaksa yang juga sudah berada di Rumah Sakit.

“Biar Ayah yang atur untuk pemakaman, mereka tidak punya keluarga di Jakarta jadi tidak ada lagi yang ditunggu.” Rama mengangguk.

“Tenangkan Hayati, jangan sampai dia bertindak bodoh lalu merugikan kita di kemudian hari, Ibu akan ikut Ayah.”

Rama menghampiri Hayati. “Hayati,” panggil Rama.

Hayati tetap dalam posisinya. “Bangunlah! Apa kamu tidak ingin melihat Bapakmu untuk yang terakhir kali.”

Hayati mengangkat wajahnya yang terlihat sembab. Mas Rama benar, aku harus melihat Bapak, batin Hayati.

Disinilah Hayati berada, kamar jenazah Rumah sakit. Menahan tangis dengan menutup mulutnya dengan telapak tangan saat melihat jenazah yang terbujur kaku di hadapannya. Meskipun masih tertutupi kain, keyakinan Hayati bahwa Radit masih hidup runtuh sudah.

“Bapak,” jerit Hayati ketika petugas kamar jenazah menyingkap kain penutup jenazah pada bagian wajah. Hayati merangsek memeluk tubuh kaku Radit, dan menyentuh wajah tua pria yang sudah mendidik dan mengasuhnya selama ini.

“Bapak jangan pergi. Aku mau pulang, di sini bukan tempat kita. Jangan tinggalkan Hayati sendiri Pak,” raung Hayati memecah kesunyian ruangan itu.  “Aku mau pulang, Pak. Kita nggak usah lagi cari Ibu. Aku yakin kita akan hidup bahagia di kampung,” tangis Hayati.  

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kedua Tak Berarti Pelakor   Akhir Bahagia (END)

    Rama tersenyum mendengar keinginan Maylan setelah menikah.“Mas Rama tidak keberatan?” tanya Maylan.Sambil fokus pada kemudi wajah Rama tidak menghilangkan senyum di wajahnya.“Mas, jawab dong.”“Sebentar, sayang.” Rama pun menepikan mobilnya, melepas seatbelt dan menggeser duduknya menghadap Maylan.“May, kegagalan pernikahanku sebelumnya karena kami sama-sama sibuk. Sibuk dengan pekerjaan lalu merusak komunikasi diantara kita dan aku tidak ingin hal itu terjadi lagi. Kalau kamu menyampaikan tidak ingin bekerja setelah menikah, cocok dengan visi dan misi hidupku,” seru Rama.“Ah jadi tidak sabar. Apa hari ini aja ya kita bertemu dengan orangtua kamu,” ajak Rama.“Eh, nggak ada ya. Tetap minggu depan, ‘kan aku harus jelaskan dulu siapa Mas Rama. Terburu-buru nanti aku dipikir hamil duluan, tapi Mas … ini serius Mas Rama tidak masalah nanti aku hanya jadi ibu rumah tangga?”“Hm tentu saja aku serius.”“Nggak masalah aku hanya minta uang terus?” tanya Maylan lagi.“Sudah tanggung jawab

  • Istri Kedua Tak Berarti Pelakor   Season 2 - Ternyata

    Rangga sesekali menoleh ke arah dimana Hayati yang terlihat sibuk. Agak khawatir dengan kondisi istrinya yang sedang hamil. Walaupun sudah disampaikan agar jangan memaksakan diri sibuk dengan persiapan pernikahan Isna.Harsa Adam sudah sejak semalam berada di kediamannya. Dia yang akan menikahkan Isna dengan Ansel. Rangga sudah memastikan kehadiran penghulu dan Ansel sudah dalam perjalanan. Alka bersama pengasuhnya, sedangkan Aska sudah tidak bisa dicegah ke sana ke mari karena banyak yang datang.Walaupun hanya akad nikah saja, tapi kerabat dan sahabat dekat menghadiri pernikahan Ansel dan Isna. Ansel dan keluarganya sudah tiba, setelah berbasa-basi Ansel Pun menempati meja kursi yang disiapkan untuk mengucapkan ijab qobul.“Sayang, kamu tenang saja. Jangan gugup,” tutur Ibu Ansel.Ansel tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Harsa duduk berhadapan dengan Ansel membuat pria itu semakin gugup. Kedua orangtua Ansel berada di belakang putranya. Rama datang disambut oleh Rangga, saling m

  • Istri Kedua Tak Berarti Pelakor   Season 2 - Maylan

    Rangga duduk di tepi ranjang menatap wajah pucat Hayati yang masih terlelap. Sebelumnya Rangga sudah menemui Alka yang sedang disuapi oleh pengasuhnya. Jika benar Hayati sedang mengandung kembali, tentu saja Rangga akan senang. Namun, dia khawatir dengan kondisi Hayati dengan wajah pucatnya. Apalagi pernikahan Isna sudah dekat, tinggal dua hari lagi.Terlihat pergerakan, Hayati menggeliat pelan lalu mengerjapkan matanya.“Mas Rangga, kok nggak bangunkan aku?”“Jangan bangun, tetaplah berbaring.”“Aska harus berangkat ….”“Sudah aman, dia sudah berangkat,” sahut Rangga. “Kamu sudah lebih baik?” tanya Rangga.Hayati tidak menjawab, malah berbaring miring mengeratkan selimutnya menatap Rangga.“Mas Rangga.”“Kita ke dokter ya,” ajak Rangga.Hayati menggelengkan kepalanya, masih menatap Rangga. “Mas, kalau … ternyata aku hamil. Gimana?”“Maksudnya?” tanya Rangga. Sepertinya Hayati sudah tahu kalau dirinya kemungkinan sedang hamil.“Ya kalau ternyata aku hamil, Alka dan Aska akan punya adi

  • Istri Kedua Tak Berarti Pelakor   Season 2 - Tanda-tanda

    Ini bukan pernikahan pertama bagi Isna, tapi rasanya lebih gugup dari pernikahannya bersama Rama. Dia sudah tidak pergi ke kantor sejak beberapa hari yang lalu, kebaya yang akan dikenakan oleh Isna adalah rancangannya sendiri, modelnya gaun kebaya. Menyesuaikan dengan bentuk tubuh Isna.Hayati pun antusias membantu persiapan pernikahan Isna. Pernikahannya dulu dengan Rangga tanpa persiapan, bahkan hanya dilaksanakan di kamar hotel dengan disaksikan oleh sahabat Rangga. Jadi, kali ini Hayati menikmati perannya menyiapkan pernikahan Isna.“Untuk cateringnya sudah oke, yang ini sudah pas. Recomended banget dari temanku yang seorang chef,” ujar Hayati.“Hm, okelah terima kasih,” jawab Isna.Saat ini Isna sedang bersama pengasuh Alka dan Aska. Berada di ruang keluarga, mengawasi Aska yang bermain lego sedangkan Alka berada diatas bouncer.“Pindah yuk, kayaknya kamu pegal.” Isna memindahkan baby Alka ke atas karpet dan membiarkan bocah itu berpindah posisi menjadi tengkurap kemudian tergela

  • Istri Kedua Tak Berarti Pelakor   Season 2 - Berdamai

    “Om, jadi kapan kita lihat air terjun?” tanya Aska pada Ansel.Ansel tidak langsung menjawab, dia menatap Rangga dan Isna bergantian.“Aska, tidak boleh begitu. Om Ansel sibuk,” ujar Hayati.Saat ini Ansel sedang menikmati makan malam bersama keluarga Rangga, sekaligus ada pembicaraan mengenai persiapan pernikahannya dengan Isna.“Boleh saja, kalau nanti kamu libur kita kesana,” usul Ansel.“Eh, nggak ada. Kamu ajak Aska ke Bali, terus aku gimana. Dokter mana kasih aku izin naik pesawat,” ujar Isna.“Tidak masalah Tante, aku pergi dengan Om Ansel saja. Tante Isna tidak usah ikut,” ujar Aska.“Aska, habiskan makananmu. Kita akan rencanakan liburan setelah pernikahan tante Isna,” ungkap Rangga.“Benar Pah?”“Hm. Kita akan cari tempat yang aman untuk tante Isna dan Baby Alka,” ujar Rangga lagi.“Aku setuju,” jawab Isna.Ansel tersenyum, dia bahagia bisa menjadi bagian dari keluarga Isna. Pernah menjadi pria lain diantara hubungan Isna dan Rama, akhirnya bisa memiliki hubungan resmi dan l

  • Istri Kedua Tak Berarti Pelakor   Season 2 - Tinggal Di Mana

    Ansel berdiri bersandar pada mobilnya, dengan tangan berada di saku celana. Menatap ke arah Isna yang berjalan mendekat.“Hai sayang,” sapa Ansel memeluk Isna dan mencium kening wanita yang akan segera dinikahi. Walaupun Isna sudah berjarak agar Ansel tidak memeluknya, apalagi saat ini mereka berada di tempat umum.“Hm.”“Kenapa sih? Kayak yang tidak semangat,” ujar Ansel sambil membuka pintu mobil dan memastikan Isna duduk nyaman.“Aku takut,” jawab Isna ketika Ansel sudah duduk di depan kemudi bahkan sudah mulai melaju meninggalkan area perusahaan Rangga dan Isna.“Takut?”“Hm.”Saat ini Ansel dan Isna sedang menuju kediaman Dharmendra, Isna merasa gugup dan takut karena khawatir tidak akan diterima oleh keluarga Ansel. Sedangkan Ansel terlihat biasa saja.“Tenang saja sayang, jangan gugup gitu dong. Semua akan baik-baik saja, percayalah,” ujar Ansel meyakinkan Isna.Mobil yang membawa Isna dan Ansel melaju di tengah keramaian, tidak lama mereka pun tiba di kediaman Dharmendra.“Ayo

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status