Share

Dendam yang Membara

Author: Hernn Khrnsa
last update Last Updated: 2025-08-29 23:14:55

Celine menatap punggung Matthew dan Sara yang berjalan beriringan menuju kamar. Pandangan itu seperti bara api yang membakar seluruh dadanya. Tangannya mengepal erat, kuku-kuku tajamnya hampir menembus kulit telapak.

Nafasnya memburu, seakan setiap helaan adalah cambuk pada harga dirinya yang terus-menerus diinjak. Lagi-lagi perempuan itu yang mendapat perhatian. Lagi-lagi Sara yang dipilih. Padahal, semua rencananya sudah ia atur dengan matang. Kenapa hasilnya selalu berbalik melawan dirinya?

"Kenapa harus dia? Kenapa Matthew selalu membelanya? Padahal dia hanya seorang wanita biasa yang tak pantas berada di sisinya!" batinnya berteriak penuh amarah.

Air matanya hampir menetes, tapi buru-buru ia tahan. Tidak, ia tidak boleh terlihat lemah. Ia tidak boleh kalah. Kalau tadi ia berpura-pura rapuh, itu hanya topeng. Yang sebenarnya, di balik senyumnya, api dendam semakin menyala.

"Sara, kau pikir kau menang kali ini? Kau pikir Matthew akan terus mengagumimu hanya karena wajahmu yang pol
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri Kontrak Sang Ahli Waris   Perdebatan Sengit

    Malam semakin larut. Sara duduk di tepi tempat tidur dengan mata yang sembab sehabis menangis. Kata-kata Celine terus terngiang di kepalanya. "Mungkin kau harus pergi sebentar. Biarkan dia menyadari betapa berharganya dirimu." Berulang kali seperti gema di dalam pikirannya yang tengah kalut. Semakin ia pikirkan, Sara semakin merasa bahwa kata-kata itu Celine itu masuk akal untuk kondisinya sekarang. Sara erasa tak lagi mampu menghadapi tatapan dingin Matthew yang beberapa hari ini lebih banyak diam daripada bicara. Hatinya lelah, pikirannya juga kalut.Dengan tangan gemetar, Sara membuka lemari pakaiannya dan mulai memasukkan beberapa pakaian ke dalam koper kecil. Ia berusaha menahan air mata, tapi tiap kali menggulung baju, hatinya terasa semakin berat.“Aku hanya butuh waktu, aku hanya ingin menenangkan diri,” gumamnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri daripada siapa pun. "Aku tidak berniat lari darinya." Suara roda koper yang digeser di lantai kamar membuat Matthew terhenti di

  • Istri Kontrak Sang Ahli Waris   Kesalahpahaman yang Membesar

    Sara berjalan menyusuri koridor kantor dengan tumpukan dokumen di tangannya. Ia berniat masuk ke ruangan Matthew untuk menyerahkan laporan yang sudah ia revisi sejak pagi. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat pintu ruang itu terbuka sedikit.Matanya menangkap pemandangan yang membuat dadanya sesak. Celine sedang duduk di kursi tamu, mencondongkan tubuh ke arah Matthew dengan senyum ramah. Matthew hanya duduk diam, tapi dari luar, yang terlihat jelas adalah Celine seolah menjadi tempat Matthew bersandar.Sara menggenggam erat dokumen di tangannya. "Apa yang sebenarnya tengah mereka bicarakan? Kenapa Matthew membiarkan Celine di sana begitu lama?" gumam Sara, tiba-tiba merasa cemburu. Ia menggelengkan kepala, mencoba mengusir pikiran buruk. "Jangan, berpikiran yang aneh-aneh, Sara. Kau harus percaya pada Matthew, kau harus percaya dia tidak mungkin melakukan sesuatu yang akan membuatmu sakit hati." Tapi rasa nyeri itu menolak pergi. Meski berusaha menolaknya, Sara tetap saja mera

  • Istri Kontrak Sang Ahli Waris   Wajah yang Muram

    Matthew tiba lebih awal di kantor pagi itu. Matanya terlihat sayu arena semalaman ia tidak benar-benar tidur. Bayangan Sara yang makan sendirian di meja makan rumah terus mengganggu pikirannya, tapi egonya menahannya untuk meminta maaf.Ia berdiri di depan jendela besar ruangannya, menatap gedung-gedung tinggi San Francisco dengan pikiran yang bercampur aduk.Pintu ruangannya tiba-tiba diketuk. Matthew berteriak, mengizinkan siapapun yang ada di balik pintu untuk masuk. “Pagi, Kak Matthew.” Suara Celine terdengar. Perempuan itu melangkah masuk ke dalam dengan membawa nampan berisi dua cangkir kopi. Matthew menoleh dan melihat Celine sudah berdiri di dekat meja kerjanya dengan senyum ramah, perempuan itu meletakkan dua cangkir kopi panas di meja.“Aku bawakan kopi. Kau pasti butuh sesuatu untuk membuat pagi ini lebih baik,” kata Celine ramah. Matthew menghela napas, melihat gelagat yang tak bisa, tetapi kemudian mengangguk singkat. “Terima kasih. Tapi kau tak perlu repot-repot,” ka

  • Istri Kontrak Sang Ahli Waris   Sikap Dingin Matthew

    Rumah terasa lebih dingin dari biasanya malam itu. Sara dan Matthew baru saja tiba setelah melewati hari yang panjang di kantor. Biasanya, setelah bekerja, mereka akan berbincang ringan di ruang tamu atau makan malam bersama sambil saling bertukar cerita. Namun kali ini, hanya ada keheningan yang menari-nari di antara mereka."Aku masih memiliki pekerjaan," kata Matthew, tanpa melihat ke arah Sara. Matthew meletakkan jasnya di gantungan, lalu berjalan langsung ke ruang kerjanya tanpa menatap Sara. Wajahnya masih sama seperti saat di kantor, tegang dan terkesan marah. Sara berdiri mematung di kamar mereka dengan perasaan yang sulit untuk dijelaskan. Matanya mengikuti punggung suaminya yang menjauh. Ada perasaan perih dan sesak yang menyelinap di dadanya. "Jadi, begitu sikapmu padaku sekarang? Kau bilang, kau akan mempercayaiku, apa pun yang terjadi. Tetapi satu gosip kecil saja sudah cukup untuk meruntuhkan keyakinanmu padaku?" gumam Sara, pedih. "Bukankah aku sudah mengatakan yan

  • Istri Kontrak Sang Ahli Waris   Kecemburuan Matthew

    Matthew sedang sibuk menandatangani beberapa dokumen di ruangannya ketika pintu diketuk. Salah seorang staff masuk dengan membawa dokumen untuk ditandatangani oleh Matthew. “Maaf, Sir. Bolehkah saya bertanya sesuatu? Tetapi ini menyangkut hal pribadi," tanya staff itu setengah berbisik. Entah keberanian dari mana ia bisa berani menanyakan hal seperti itu. Pertanyaan itu, membuat tangan Matthew yang hendak membubuhkan tanda tangan, terhenti seketika. Matthew menaikkan pandangan dan menatap staff itu dengan tatapan penuh tanya. "Apa yang ingin kau tanyakan?" tanya Matthew pada akhirnya, mulai mencium sesuatu yang tidak beres, jika melihat mimik muka karyawannya itu. "Di kantor, ada gosip baru yang beredar mengenai Nyonya Sara. Apakah benar Nyonya dekat dengan sahabat An—" Darah Matthew seolah berhenti mengalir sejenak. Matanya terangkat tajam. “Apa maksudmu?” potongnya langsung, tak suka. Staff itu terlihat gugup dan tersenyum kaku, merasa sudah kebablasan. “Ma-maaf, Sir. Saya han

  • Istri Kontrak Sang Ahli Waris   Bisik-bisik Baru

    Sara berjalan ke pantry dengan langkah pelan, seolah menimbang setiap pijakan. Kepalanya penuh dengan suara-suara sumbang tadi, membuat dadanya terasa sesak. Kemudian, ia membuka lemari kecil, mengambil gelas, lalu menuangkan kopi instan. Aroma pahit itu setidaknya bisa sedikit menenangkan pikirannya.Tangannya bergetar tipis ketika ia menuangkan air panas. "Aku harus kuat. Aku tidak boleh terlihat rapuh. Tapi, kenapa rasanya semua orang berbalik melawan aku?" Ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Saat itulah suara langkah terdengar dari arah pintu. Sara menoleh, Ia mendapati David masuk ke pantry dengan membawa beberapa berkas.“Oh, Sara.” David tersenyum kecil, meski matanya memantau wajah Sara yang pucat. “Bagaimana kabarmu?” tanyanya basa-basi. Sara tersenyum getir lalu menyahut singkat, "Begitulah. Kau tahu jelas apa yang terjadi bukan?" David pun mengangguk. Memahami dengan jelas perasaan perempuan di depannya itu. "Hei, jangan berkecil hati. Tidak usah dengarkan gosip-gos

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status