Home / Romansa / Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk / Bab 63 Sebelum Langit Runtuh

Share

Bab 63 Sebelum Langit Runtuh

Author: Luna Maji
last update Last Updated: 2025-07-24 14:08:17

Adrian menyalakan mesin mobil sport klasik warna abu-abu gelap, lalu menoleh ke arah Meri yang duduk di sampingnya. “Kau yakin mau keliling tanpa arah, pakai mobil ini?” tanyanya dengan senyum kecil, tangan sudah siap di persneling.

Meri menatap ke luar kaca jendela, memandangi langit cerah yang hampir tanpa awan. Ia mengenakan gaun santai berwarna lembut, rambut diikat rendah, dan satu hal yang tidak pernah ketinggalan akhir-akhir ini—botol kecil Tenang Vale yang terselip di tas kanvasnya.

“Aku nggak peduli mau ke mana,” katanya sambil tersenyum, “asal sama kamu.”

Adrian tertawa pelan, lalu menurunkan kacamata hitamnya. “Kalau begitu, mari kita hilang sebentar dari dunia.”

Mobil melaju, membawa mereka menjauh dari segalanya yang berat. Hari itu, dunia serasa ikut melunak. Tak ada deadline, tak ada kutukan, tak ada pengkhianatan. Hanya angin yang menyusup lewat jendela, dan lagu-lagu lawas yang diputar Adrian dari playlist miliknya—campuran jazz, rock lembut, dan instrumental klasik y
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 66 Jatuhnya Seorang Montclair

    Dua hari setelah Meri pergi.Langit pagi berwarna kelabu saat Adrian tiba di kantor Montclair Group. Tidak ada yang terlambat, tidak ada yang salah secara teknis—tapi semuanya terasa... miring.Ia melangkah keluar dari lift eksekutif, jas abu gelap tergantung longgar di bahunya, dasi tak sepenuhnya dikencangkan. Sekretarisnya berdiri refleks, menyambut dengan senyum kaku.“Selamat pagi, Tuan Montclair.”Ia mengangguk sekilas, lalu melangkah masuk ke ruang kerjanya. Pintu tertutup otomatis di belakangnya.Sunyi.Cahaya dari jendela tinggi jatuh ke meja yang penuh berkas. Tiga tumpukan proposal akuisisi. Dua laporan divisi. Lima belas email bertanda urgent. Semuanya menunggu tanda tangan. Semuanya belum tersentuh.Adrian duduk. Memutar kursi perlahan menghadap ke jendela. Tangannya terulur refleks ke tumpukan dokumen, lalu berhenti di tengah jalan.Ia menatap jari-jarinya. Lalu menunduk. Menyentuh telapak tangan kirinya. Kulitnya halus. Tidak ada luka. Tidak ada simbol yang menyala atau

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 65 Dan Langit pun Runtuh

    Adrian pulang lebih malam dari biasanya. Tapi untuk pertama kalinya dalam hidupnya… ia tidak merasa lelah.Ia melangkah masuk, menggulung lengan kemejanya. Senyum kecil masih tertinggal di wajahnya. Hari ini aneh—tubuhnya terasa ringan, hampir seperti bebas dari beban yang selama ini menghantui. Ia ingin cerita ke Meri. Ia ingin melihat ekspresi wajah perempuan itu saat ia bilang,"Kayaknya kutukannya hilang, Mer."Tapi ruang tamu kosong. Lampu redup menyala, seperti biasa. Tapi tak ada suara TV. Tak ada aroma masakan. Tak ada langkah kaki.“Meri?” panggilnya sambil membuka sepatu.Sepi. Tak ada jawaban.Ia berjalan ke dapur. Mug kucing kesayangan Meri—yang biasanya ada di dekat mesin kopi—sudah tidak ada. Semua terlalu bersih.“Meri…?” Suaranya pelan, kali ini sedikit ragu.Jantungnya berdetak sedikit lebih cepat.Ia berjalan ke kamar utama. Membuka pintu perlahan—dan membeku.Kamar itu, kembali menjadi kamar yang terlalu Adrian. Tidak ada benda-benda punya Meri. Tidak ada buku-buku

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 64 Langit Masih Belum Runtuh

    Malam masih sunyi saat mereka berdiri lama dalam pelukan itu. Di luar, laut berkilau dalam bayangan bulan, sementara angin menyapu tirai lembut di balik jendela balkon.Meri mengangkat wajahnya perlahan. Tatapan mereka bertemu—tak ada kata, hanya napas yang tenang dan mata yang penuh arti. Dalam sorot mata Adrian, ia menemukan sesuatu yang sulit dijelaskan: harapan... dan ketakutan akan kehilangan.Ia menyentuh pipinya dengan lembut. "Bolehkah... malam ini, tak ada yang lain kecuali kita?"Adrian tidak menjawab dengan kata. Ia hanya mencium keningnya pelan—dan dunia pun seakan ikut hening.Ia menuntunnya ke ranjang, gerakannya pelan, seolah tiap langkah adalah perayaan atas waktu yang masih mereka miliki. Gaun Meri jatuh ke lantai, tak bersuara. Kulitnya menggigil, bukan karena dingin, tapi karena sentuhan Adrian terasa lebih hangat dari api, lebih hidup dari sihir.Ia menatap tubuhnya sejenak, bukan dengan nafsu, tapi dengan rasa kagum dan lembut yang nyaris menyakitkan. Lalu bibirny

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 63 Sebelum Langit Runtuh

    Adrian menyalakan mesin mobil sport klasik warna abu-abu gelap, lalu menoleh ke arah Meri yang duduk di sampingnya. “Kau yakin mau keliling tanpa arah, pakai mobil ini?” tanyanya dengan senyum kecil, tangan sudah siap di persneling.Meri menatap ke luar kaca jendela, memandangi langit cerah yang hampir tanpa awan. Ia mengenakan gaun santai berwarna lembut, rambut diikat rendah, dan satu hal yang tidak pernah ketinggalan akhir-akhir ini—botol kecil Tenang Vale yang terselip di tas kanvasnya.“Aku nggak peduli mau ke mana,” katanya sambil tersenyum, “asal sama kamu.”Adrian tertawa pelan, lalu menurunkan kacamata hitamnya. “Kalau begitu, mari kita hilang sebentar dari dunia.”Mobil melaju, membawa mereka menjauh dari segalanya yang berat. Hari itu, dunia serasa ikut melunak. Tak ada deadline, tak ada kutukan, tak ada pengkhianatan. Hanya angin yang menyusup lewat jendela, dan lagu-lagu lawas yang diputar Adrian dari playlist miliknya—campuran jazz, rock lembut, dan instrumental klasik y

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 62 Harapan Tipis dan Bayangan Gelap

    Sinar matahari pagi menembus tirai tipis ruang tamu penthouse, menciptakan semburat keemasan di lantai marmer. Meri berdiri di dapur, masih mengenakan pakaian tidurnya, rambutnya digelung asal. Tangannya sibuk memecahkan telur ke dalam mangkuk kecil sambil sesekali mengintip ke arah pemanggang roti.Adrian masih tidur. Ia sudah tahu itu—karena tadi sempat memandangi wajah pria itu dalam diam, cukup lama, cukup dalam, sebelum ia bangkit dari ranjang. Meri tahu, pagi seperti ini… mungkin tidak akan ada lagi.Ia menaruh dua lembar roti ke dalam toaster, lalu memutar knop pemanggang. Aroma kopi sudah memenuhi ruangan, panas dan pahit, seperti kenyataan yang terus menekan dadanya."Kamu nggak bisa terus pura-pura ini normal, Meri," bisik hatinya, tapi ia tetap memaksa bibirnya tersenyum kecil.Piring-piring mulai tertata. Telur setengah matang, saus, irisan alpukat, dua gelas jus jeruk. Ia duduk sejenak di stool dapur, memandang hasil kreasinya.“Pagi-pagi rajin banget, kamu ngapain…”Suar

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 61 Detik-Detik yang Terasa Abadi

    Malam sudah turun saat mereka tiba di manor. Lampu-lampu taman menyala temaram, menyambut langkah mereka berdua yang hening tapi saling menggenggam erat.Adrian membuka pintu utama dan membiarkan Meri masuk lebih dulu. Hawa rumah besar itu terasa lebih hangat dari biasanya—entah karena sistem pemanas atau karena Nenek Montclair kini kembali, berbaring di kamarnya dengan nyaman, dikelilingi staf yang siaga.Meri memutuskan untuk menginap di sana. Ia berkata alasannya karena ingin memastikan nenek benar-benar pulih, tapi sebenarnya... ia hanya ingin merasakan rumah ini seutuhnya. Sekali lagi. Untuk terakhir kalinya—jika memang itu yang harus terjadi.Setelah memastikan Nenek Montclair benar-benar stabil, Meri kembali ke penthouse keesokan harinya. Angin malam membawa aroma asin dari laut. Gemuruh ombak samar terdengar dari kejauhan, seperti bisikan waktu yang tak bisa dihentikan.Meri berdiri di balkon penthouse, berbalut kaus tipis dan celana tidur longgar. Kedua tangannya menggenggam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status