Share

4. Adit Feeling's

Allah Subhanahu wa Ta’ala Yang Maha Adil, menciptakan wanita dengan segala kekurangan dan kelemahannya. Ia butuh dibimbing dan diluruskan. Karena Ia merupakan makhluk yang diciptakan dari tulang yang bengkok. Namun meluruskannya juga butuh kelembutan dan kesabaran. Agar ia tidak patah.

***********

Sesungguhnya, takdir setiap manusia telah tertulis jauh sebelum kita dilahirkan. Termasuk masalah jodoh.

Kita tak bisa memilih dengan siapa kita akan menjatuhkan pilihan hidup.

Satu hal yang pasti dalam hidup ini, aku ingin jatuh cinta dan menikah hanya sekali. Tapi harapan itu tak lagi berguna, saat Allah memberiku badai bernama: Cobaan.

Allah mengambil Nazwa dari sisiku, dan mendatangkan Kayla di tengah-tengah kami. Kayla, seorang wanita yang dulu pernah membuatku terpesona. Ketika pertama kali aku melihat mata coklatnya Yang memancarkan keberanian.

Aku pikir semuanya akan jauh lebih baik, saat aku dipertemukan dengan Nazwa berkat dia. Aku yang saat itu berusia dua puluh delapan tahun, didesak Abi untuk menikah.

Aku mencintai Nazwa, tentu saja, karena dia adalah istriku. Nazwa hadir dalam proses pencarianku.  Sementara Kayla, wanita itu, sejak awal aku bertemu dia, Aku telah memiliki perasaan yang tak berani kusebut cinta, karena aku takut perasaan itu akan membawaku keubang dosa. Akhirnya dengan berani aku menawarkan pernikahan. Tapi harapan itu pupus. Saat dengan tegas dia meminta maaf dan bilang, jika dia telah memiliki kekasih. Aku pikir sudah jelas, Kayla bukan Jodoh yang ditakdirkan untukku. Lalu untuk apa aku tetap mempertahankan perasaanku?

Saat dia mengenalkan aku pada Nazwa, dan menceritakan hidup wanita itu padaku. Aku berpikir, mungkin Nazwa adalah jawaban dari doa-doaku.

Mengenai Kayla, dia memang tak berhijab. Tapi aku tahu pasti, perempuan itu memiliki hati sebaik malaikat. Aku belajar mencintai Nazwa sejak awal kami menikah. Karena tak mungkin aku memikirkan wanita lain di saat aku telah memiliki istri.

Tapi lagi-lagi Allah membolak-balikan perasaanku. Ketika Aku benar-benar telah mencintai Nazwa, Allah mengambilnya dariku. Dan yang lebih menyakitkan, sebelum Dia meninggal, kami sempat bertengkar karena dia menemukan semua barang-barangku yang berisi hal tentang Kayla.

Foto-foto Kayla yang kuambil secara candid, dan juga cicin bertuliskan nama Kayla yang dulu pernah kubuat untuk melamarnya, Juga beberapa surat cinta.

Aku baru saja pulang dari kantor, kuputuskan untuk mencari Nazwa di taman belakang. Sudah menjadi kebiasaan Nazwa saat sore membaca Novel sambil menungguku pulang. Tapi aku tak menemukannya di sana. Akhirnya kuputuskan untuk mencarinya di kamar.

Setelah sampai di kamar, aku melihat Nazwa duduk di tepi ranjang sambil menangis. Aku yang merasa bingung, langsung mendekatinya.

"Sayang, Kamu kenapa?" Aku bertanya sambil memegang bahunya dengan lembut. Tapi dia langsung menepis tanganku dengan kasar. Dan dengan berurai airmata, dia melemparkan sebuah kotak beludru kepadaku.

"Dasar pembohong!" teriak Nazwa. aku yang merasa bingung, berusaha mendekatinya. Tapi dia justru mundur kebelakang. Seolah tak membiarkan aku menyentuhnya.

"Jangan mendekat! Aku benci sama, Mas!" teriak nya lagi sembari mengangkat tangan. Tanda agar aku berhenti melangkah.

"Sayang, kamu kenapa?" aku bertanya denggan lembut, berharap dia menjelaskan apa yang terjadi. Demi Allah aku benar-benar bingung dengan tingkahnya.

"Kalau ada masalah, kita bicara baik-baik."

"Tak usah pura-pura! Aku tahu semua tentang kamu, dan Mbak Kayla!"

Jantungku berdetak dua kali lebih cepat, mendengarnya bicara tentang Kayla. Apakah Nazwa sudah mengetahui apa yang dulu terjadi diantara kami? Batinku terus menerka-nerka.

"Kenapa Mas diam? Kenapa Mas berbohong tentang Mbak Kay! Mas bilang kalian hanya sahabat, tapi nyatanya apa? Mas bahkan menyimpan semua hal yang berhubungan dengannya! Sakit, Mas! Ternyata selama lima tahun ini aku dibohongi."

Aku menatapnya penuh rasa bersalah. Seandainya dari awal aku jujur mungkin lebih baik. Sekarang menyesal pun percuma.

"Maaf, Mas hanya tak ingin menyakitimu."

"Ooh... apa jangan-jangan Mas masih mencintai Mbak Kayla sampai sekarang?" Nazwa bicara dengan nada sinis.

Aku memilih diam. Menurutku percuma saja aku menjelaskan sekarang, jika dia masih dikuasai emosi seperti itu. Yang terjadi pertengkaran ini justru tak akan berujung.

"Jawab!" teriak Nazwa karena aku memilih bungkam. Air mata terus menetes dari pipinya.

Rasanya sakit sekali melihatnya seperti ini. Demi Allah, tak ada niat dalam hatiku menyakitinya. Cerita antara aku dan Kayla bahkan telah selesai sebelum dimulai. Lalu apa yang mesti dipermasalahkan? Kenapa pikiran wanita rumit sekali

"Kamu salah. perasaanku untuknya sudah beubah semenjak kita menikah. Aku mencintaimu, bukan Kayla. Aku mohon, percayalah," aku bicara dengan nada memohon. Karena memang itu adanya.

Mendengar kata-kataku, Nazwa malah tersenyum kecut dan menatapku tak percaya.

"Gelas yang telah pecah, sekali pun diperbaiki tetap tak akan bisa menghilangkan retaknya. Aku kecewa sama Mas dan Mbak Kayla, karena kalian membohongiku." Setelah mengatakan itu, Nazwa pergi meninggalkanku yang hanya bisa terdiam. Ku tatap punggung rapuh itu dengan penyesalan mendalam. Apa semuanya telah berahir sekarang?

Hari-hari berikitnya, Nazwa selalu bersikap dingin. Setiap aku mengajaknya bicara dia hanya diam. Lalu menangis. Meskipun begitu, dia masih menyiapkan keperluanku. Ya Allah, harus bagaimana aku meyakinkan dia, jika perasaanku pada Kayla benar-benar telah berubah.

Di kantor pun aku sama sekali tak konsentrasi bekerja, karena terus memikirkan Nazwa dan kondisi bayi kami yang masih dalam kandungan. Aku takut kejadian ini akan membuatnya setres, dan berpengaruh pada kondisi janinnya. Aku tahu pasti, dia adalah tipe perempuan sensitif. Nazwa bahkan bisa menangis berhari-hari jika dia sedang merindukan orangtuanya.

Tiba-tiba, sebuah tepukan mendarat di bahuku, aku terkesiap kaget. Abi berdiri di sampingku dengan tatapan khawatir.

"Kamu sedang ada masalah?" tanya

Abi padaku, aku hanya tersenyum sekilas kearah beliau.

"Ah, hanya masalah biasa Bi," jawabku berbohong.

"Bicarakan baik-baik jika ada masalah. Ada kalanya pemikiran wanita itu rumit. Allah Subhanahu wa Ta’ala Yang Maha Adil, menciptakan wanita dengan segala kekurangan dan kelemahannya. Ia butuh dibimbing dan diluruskan. Karena Ia merupakan makhluk yang diciptakan dari tulang yang bengkok. Namun meluruskannya juga butuh kelembutan dan kesabaran. Agar ia tidak patah," kata Abi menasehati. aku hanya mengangguk karena tak memiliki tenaga untuk membantahnya.

"Ya sudah, Abi hanya ingin mengingatkanmu tentang meeting dengan dewan dereksi, yang akan kita laksanakan sore ini. Abi harap kamu bisa profesional. Karena ini meeting penting. Terkait kerja sama kita dengan perusahaan asal Dubai." Aku hanya mengangguk kecil kearah Abi. Lalu beliau menepuk bahuku memberikan semangat. Dan berlalu pergi.

Aku melirik jam di pergelangan tangan. Jadwal Meeting tinggal beberapa menit, tapi Nazwa sama sekali tak bisa dihubungi. Perasaan khawatir menghantuiku. Kucoba sekali lagi menghubunginya. Tapi tetap tak ada jawaban.

Merasa percuma, aku memutuskan pergi ke ruang meeting bersama yang lain. Tapi baru beberapa langkah. Phoncall disaku jasku berbunyi. Buru-buru aku mengangkatnya.

"Asalamualaikum Sa-" belum selesai aku bicara. Suara di seberang sudah memotong ucapanku. Aku mengeryit bingung saat tahu yang bicara adalah Bi Inah. Pembantu kami.

"Halo, Tuan! Bu Nazwa mengalami pendarahan!" Bi Inah bicara dengan nada panik. Jantungku terasa berhenti mendengar kabar ini.

"Bibi tenang dulu! Sekarang coba cari bantuan. Saya akan secepatnya menyusul." Aku menutup telephon setelah itu.

"Ada Apa dengan Nazwa, Dit?" tanya Abi yang dari tadi terlihat ikut khawatir.

"Maaf, Bi, Adit sepertinya tak bisa ikut meeting, Nazwa mengalami pendarahan," jawabku lirih.

"Ya sudah, kamu hati-hati. Nanti Abi menyusul." Aku hanya mengangguk dan bergegas pergi.

Sesampainya di rumah sakit, aku melihat Nazwa yang terbaring di ruang UGD, sedang menahan rasa sakit. Aku bergegas menghampirinya. Agar bisa memberikan sedikit kekuatan.

"Sayang, tenang. Aku di sini."

"Sakit, Mas!" teriak Nazwa memilukan. Seandainya aku bisa, aku lebih memilih aku saja yang mengalami ini. Melihatnya kesakitan rasanya aku benar-benar tak tega.

Ku genggam tangannya berusaha menyalurkan kekuatan. Aku bahkan tak perduli ketika kuku-kuku tajamnya menggores tanganku. Ini tak sebanding dengan rasa sakit yang dialaminya. Kuseka keringat yang mungucur di keningnya.

Tiba-tiba dokter Nadia, dokter kandungan yang selama ini menangani Nazwa mendekat.

"Pak Adit, Bisa kita bicara sebentar?" kata Doktr Nadia. Dengan berat hati, aku meninggalkan Nazwa.

"Maaf sebelumnya, apa belakangan ini Nyonya Nazwa mengalami setres berat?"

Mendengar pertanyaan tak terduga itu aku diam.  "Ya... kami bertengkar beberapa hari ini."

Mendengar pengakuanku Dokter Nadia mengembuskan napas berat, lalu menatapku serius.

"Apa anda sudah tahu, jika kandungan Nyonya Nazwa lemah?"

Aku tercekat mendengar kabar ini, pasalnya Nazwa sama sekali tak pernah membicarakannya denganku. Aku menggeleng kecil sebagai jawaban.

"Sebelum dia hamil, saya sudah memperingatkannya. Resikonya mengandung terlalu besar, tapi dia bersikeras mempertahankan kandungannya, faktor setres itu yang membuatnya mengalami pendarahan."

"Lalu sekarang apa yang harus saya lakukan, Dok? Tolong lakukan yang terbaik untuk menyelamatkannya."

"Sepertinya kita harus mengambil keputusan secepatnya, karena kandungan Nyonya Nazwa mengalami placenta previa. Dimana plasenta menutup jalan lahir. Dalam hal ini, dibutuhkan ketepatan tim dokter untuk melakukan penanganan agar tidak memebahayakan nyawa sang ibu,"

"Baik lah, Dok, tolong secepatnya lakukan penanganan."

"Tapi bapak perlu tahu, kami tak bisa memberi jaminan apa-apa soal ini, yang bisa kita lakukan hanya berdoa agar Allah memberikan keajaiban."

Kata-kata dokter Nadia membuat paru-paruku terasa sesak. Aku tak ingin membayangkan Nazwa pergi dari hidupku

*********

Bagaimana part ini, maaf ya jika mengecewakan. Tapi capter depan masih tentang Adit.

Jangan lupa tinggalkan jejak. Sebagai wujud penghargaan kalian atas karyaku. Wkwkw

Comments (1)
goodnovel comment avatar
yenyen
jejak still reading
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status