Istri kedua pilihan mertua

Istri kedua pilihan mertua

last updateLast Updated : 2025-02-24
By:  Rachel BeeCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
170Chapters
6.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Carla Arista, wanita mandiri yang menikah dengan duda anak satu bernama Abisena, ia merelakan suaminya menikah lagi atas keinginan ibu mertuanya. Carla tak bisa memberinya anak, ia menderita penyakit yang membuatnya sulit untuk hamil. "Mas, mari kita bercerai." "Sampai kapanpun aku tidak akan menceraikan kamu!" Abisena tak punya pilihan lain, jika ia tak mau menikah lagi maka ia juga akan kehilangan Carla. Apakah akhirnya pernikahan Carla dan Abisena akan berakhir bahagia atau semakin terluka karena orang ketiga?

View More

Chapter 1

Mertua ketus

Prank!!

Suara piring terjatuh berasal dari belakang membuat dua orang yang sedang duduk di ruang tamu terlonjak kaget. Suara itu terdengar jelas seperti ingin menginterupsi perbincangan hangat antara kedua anak dan ibu itu.

"Tuh, dengar. Istrimu sedang mengamuk. Apa pantas, seorang menantu berbuat seperti itu?" Riandari, mertua dari Carla mencibir sang menantu di depan suaminya sendiri. Abi sang suami hanya bisa menjawab dengan senyuman kecut tanda ia bingung harus membela yang mana.

Carla sedang tidak enak badan hari ini. Kebetulan, Abi juga sedang mengambil cuti kerja. Di saat Carla sedang ingin bermanja dengan tempat tidurnya tiba-tiba saja sang mertua datang dan memintanya untuk memasakkan makanan kesukaan. Kabar tak beruntungnya, asisten rumah tangga yang biasanya datang kini berhalangan.

"Carla lagi sakit, Bu. Mungkin masih—"

"Ah, itu hanya alasan dia saja. Menantu kurang ajar ya begitu." Riandari memotong penjelasan anaknya. Abi mendesah pasrah tak berani membantah perkataan ibunya yang menurutnya kejam itu. "Omong-omong, kapan kamu mau kenalan sama Risya?"

Abi terdiam. Perbincangan seperti ini yang sebenarnya ingin dihindari olehnya. Ibunya masih saja terus menerus menyuruhnya mendekati anak pengusaha lokal yang katanya jatuh cinta pada dirinya.

Abi akhirnya menggelengkan kepalanya.

"Maaf, Bu. Abi tidak berminat," tolaknya secara halus. Wajah Riandari langsung berubah masam. Bibirnya maju, dahinya berkerut dengan alis yang mencuat tajam. Abi paham, ibunya sedang menahan kesal karena kata-katanya tadi.

"Kenapa? Apa karena istri kamu itu? Abi, sudah enam tahun kalian menikah. Kalian tidak mau memberi Adam seorang adik?" Riandari semakin sengit memojokkan Carla, menantunya. Ia tak menyukai sosok wanita pujaan anaknya sejak dua tahun lalu, saat Carla kehilangan bayi dalam kandungannya karena kesalahan fatalnya.

"Adam saja sudah cukup." Abi membela Carla. Ia tak ingin istri tercintanya jadi bahan ejekan ibunya saat ini. "Janji aku sama mendiang Winda sudah aku tepati, jadi mau apa lagi?"

"Winda kan hanya bilang kamu disuruh jaga anak kalian, bukan tidak boleh punya anak lagi. Apa kamu tidak ingin, punya anak banyak seperti tetangga kamu tuh." Riandari kembali memojokkan Carla. Kini, alasan wanita itu berubah. Ia ingin Abi seperti tetangganya, salah satu teman Abi yang mempunyai anak banyak.

"Bimo maksud ibu?"

"Nah, bener. Bimo itu punya anak banyak. Kenapa tidak tiru dia?" Abi terdiam kembali. Ia menoleh ke belakang karena merasa seseorang sedang melihatnya. Benar saja, ada Carla yang mengintip dari balik tembok dengan mata tajam menatap dirinya.

"Abi tidak minat. Abi menikah dengan Carla untuk sekarang dan selamanya, tidak ada yang lain." Abi berbicara lantang di depan ibunya. Sekali lagi, ia menegaskan jika cintanya pada Carla tak akan tergoyahkan sampai kapanpun.

"Kamu sering berhubungan badan kan?" mata Abi membelalak tajam setelah mendengar ucapan frontal keluar dari mulut ibunya. "Coba, sekali-kali kamu test masa subur istrimu. Lalu kalian berhubungan badan saat itu. Ibu yakin, akan ada—"

"Bu!" Abi menginterupsi. "Abi tidak mau membicarakan hal ini lagi. Kita makan malam saja."

Abi memilih pergi meninggalkan ibunya yang semakin lama semakin menyudutkan Carla, istrinya. Entah karena hasutan siapa, dia yang dulu begitu menyukai Carla kini berubah menjadi pembencinya.

Carla berdiri di depan kompor yang masih menyala. Tatapannya datar tanpa ekspresi. Tangannya mengaduk-aduk panci berisi sayuran yang telah berbumbu.

Abi mendekat. Ia memegang tangan Carla lalu berkata lembut di telinganya. "Maafkan ibuku. Jangan diambil hati. Dia hanya ingin membuat kita terpisah."

Carla menaruh pengaduk sup yang tengah dipegangnya. Ia mengangguk diiringi dengan senyuman hangatnya. "Tidak masalah. Aku mungkin akan terbiasa nantinya."

"Aku akan selalu membelamu. Kau yang terbaik."

***

Makan malam telah siap di meja makan. Riandari lebih dulu tiba diikuti oleh Abi dan Carla. Sementara Adam yang baru saja selesai mandi, baru ikut bergabung lima menit kemudian.

"Wah, makanan kesukaan Adam." senyum mengembang di pipi anak tunggal Abi yang kini beranjak dewasa. "Terima kasih mama."

"Makan yang banyak ya."

Riandari melihat interaksi keduanya dengan cibiran di bibirnya. Mungkin menurutnya itu memuakkan. Tatapannya beralih ke arah Abi yang sibuk mengunyah makanan.

"Kamu makan sayuran yang banyak." Riandari menyendok tumis tauge kesukaan Abi lalu menaruhnya di piring. "Biar subur." matanya melirik Clara.

"Sudah banyak Bu. Biar Adam saja yang makan."

"Adam sudah ambil, Pa. Mama saja."

Carla menegakkan kepalanya. Tak ingin menolak pemberian ibu mertuanya yang kini ditujukan kepadanya. Dengan raut wajah masam, Riandari menaruh sendokan sayur ke atas piring Carla tanpa mengucap sepatah katapun.

"Percuma banyak makan sayuran," cibirnya. Carla mendongakkan wajahnya. "Tetap saja mandul," gumamnya lirih.

Carla tak mempermasalahkan ucapan ibu mertuanya. Ia melanjutkan lagi makan malamnya karena tak ingin mengganggu Adam dan Abi yang sedang menikmati makanan. Carla menunduk dalam menahan rasa sakit yang pastinya sangat terasa sampai ke dalam dada.

'Haruskah aku bertahan?'

Abi sebenarnya tahu apa yang sedang terjadi pada istrinya. Sempat melirik sejenak saat Carla menaikkan wajahnya, Abi mengangguk memberi kode padanya. Ada sesuatu rasa bersalah yang menyelinap di benaknya atas ucapan kejam dari ibunya.

Melihat interaksi tanpa kata anak dan menantunya, membuat Riandari kesal. Ia mendengus lalu berusaha membuyarkan keduanya.

"Jangan lupa permintaan ibu tadi sore," ketusnya.

"Abi tolak. Maaf, Bu."

'Apa itu tentang perkenalan dengan seorang wanita?'

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
170 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status