Compartir

4

Autor: GREYWIND
last update Última actualización: 2024-01-30 16:55:03

‘’Syukurlah kamu masih di luar. Aku kira kamu sudah masuk,’’ seru Mbak Ros seraya mengelus dada. Dia tampak begitu lega karena aku belum menanyakan tentang hal yang Mbak Ros adukan padaku tadi pada Mas Ega.

‘’Kalian?’’ Mas Ega mengintip dari jendela. Lalu membuka pintu lebar-lebar penuh raut curiga. ‘’Selin? Ros? Ada apa ini?’’ tanyanya dengan nada tinggi. Pasti Mas Ega mengira kalau aku dan Mbak Ros menguping. Aku perhatikan, suamiku ini sangat sensitif terkait pembicaraan yang tidak melibatkanku namun tak sengaja aku tau.

Mbak Ros menatapku gugup. 

‘’Mas, aku mau tanya tentang baju yang harus aku pakai. Kenapa kamu kasih aku model begitu? Aku tidak suka desainnya.’’ Terpaksa mengelabui karena aku melihat Mbak Ros begitu pucat. Tapi aku memang tidak suka pakaian tersebut.

‘’Oh, kirain apa.’’ 

‘’Aku pakai baju pilihanku sendiri boleh, ya?’’

‘’Terserah. Yang jelas kamu harus tampil cantik.’’ Mas Ega berkata sambil menahan kedua pundakku. Tidak lupa mencium pipi sebelah kiri menganggap pembicaraan kami telah selesai.

‘’Huh, Sel. Kamu jangan bikin aku jantungan dong,’’ bisiknya ketika Mas Ega sudah kembali ke dalam dan pintu di depan kami telah tertutup kembali. 

Aku kian dibuat bingung. Mengapa Mbak Ros seperti orang ketakutan begitu? Apa ada yang aku tidak tau?

‘’Sel, aku mohon. Kamu jangan ceritakan apapun pada Ega kalau aku cerita kayak tadi. Ini cukup aku dan kamu saja yang tau.’’

Aku tidak ingin Mbak Ros merasa tidak nyaman. Jadi mengangguk, terpaksa aku lakukan.

***

Di dalam mobil, hanya ada aku dan Mas Ega saja. Rencananya kami akan bertemu dengan klien di sebuah hotel di bilangan pusat kota.  

Aku mengenakan pakaian sopan dan juga tertutup. Jauh sekali dengan pakaian yang sebelumnya Mas Ega pilihkan. Namun demikian, Mas Ega tidak banyak protes. Bahkan beliau memuji kecantikanku.

‘’Aku yakin klien pasti langsung terkesima begitu melihatmu, Sel.’’

‘’Kali ini produknya apa, Mas?’’ Karena kemarin kan iklan sabun.

‘’Kali ini handbody,’’ jawabnya tanpa mengindahkanku yang menatapnya. ‘’Makanya mas minta kamu pakai pakaian sebelumnya agar klien bisa melihat betapa mulus dan bersihnya tubuh kamu.’’

‘’Maaf ya, Mas. Tapi mudah-mudahan klien tidak menjadikan itu sebagai tolak ukur mereka untuk memakaiku menjadi model mereka.’’

‘’Ya, semoga saja.’’ Tanpa permisi, tangan Mas Ega menelusup ke dalam rokku. 

‘’Mas!’’ Aku protes sekaligus menepis karena rasanya geli. 

‘’Kenapa malu? Kita kan sudah suami istri?’’

Memang benar kami sudah sah. Tapi aku baru melihat sikap genit Mas Ega yang seperti ini. Tanpa bisa dijelaskan, aku rasa risih yang menghantui.

‘’Oh, ya. Kamu jangan terlalu dekat, ya, sama Rosdiana. Bekerja secara profesional saja,’’ lanjutnya sembari menyalip dua mobil di depan kami.

‘’Memangnya kenapa?’’

‘’Aku khawatir dia menjadi provokator. Menjelek-jelekkanku dan karyawan lain. Khawatir saja kamu berpikiran yang tidak-tidak.’’

Tampaknya, Mas Ega menyimpan kerisauan kalau aku berteman dekat dengan Mbak Ros. Menurutku, dia sangat baik dan sangat-sangat membantu.

‘’Tapi, bukankah kamu yang nyuruh dia agar aku cepat beradaptasi dengan pekerjaan dan lingkungan?’’

‘’Memang. Tapi hanya sebatas itu. Aku tidak mau kamu bernasib sama seperti model-modelku yang lain, Sel.’’

‘’Maksudnya, mantan-mantan, Mas?’’

Drrriiiiitttttttt!

Tubuhku maju ke depan karena Mas Ega melakukan rem mendadak. Beruntung aku memakai seatbelt dan kami berada di tepi jalan sepi. Jika tidak, entahlah.

Wajah Mas Ega berubah garang ketika aku menoleh ingin mempertanyakan aksinya barusan.

‘’Apa yang sudah kamu dengar dari Rosdiana?’’ Bukan lagi marah, tapi suara Mas Ega seperti menyentak. 

Jantungku sampai berpacu heboh sangking kagetnya.

‘’A-aku cuma tau itu saja, Mas. Tidak lebih. Katanya, kamu pernah menjalin hubungan dengan mereka.’’ 

‘’Dan kamu sudah tau nasib mereka sekarang bagaimana?’’

Aku mengangguk.

‘’Karena itulah aku tidak mau kamu terlalu dekat dengan Rosdiana. Dia itu wanita penghasut dan tidak betul.’’

Mobil kembali melaju dengan suasana tegang. Mas Ega memberikan larangan keras padaku. Agar tidak berhubungan lagi dengan Mbak Ros. 

Tapi anehnya, kenapa Mas Ega tidak memecat Mbak Ros dari dulu jika tau model-model sebelumnya beralih profesi berkat wanita itu? 

Namun melihat sikon seperti ini, aku jadi membungkam minta untuk mengajukan pertanyaan tersebut.

Belum lagi setelah bertemu dengan klien, tidak ada kesepakatan terjalin dan Mas Ega menyalahkanku karena berpakaian terlalu rapat.

‘’Kamu kalau dikasih tau jangan ngeyel. Lain kali kalau disuruh pakai apa saja, nurut makanya. Lihat, kita sudah kehilangan uang karena kamu bandel dikasih taunya.’’ 

Aku baru tau sifat Mas Ega yang begitu temperamen seperti ini. Sehingga aku pun berusaha menenangkan walau tidak terima disalahkan.

‘’Mungkin belum rezekinya, Mas. Bukankah kita masih punya uang hasil dari pemotretan dengan Pak Abi kemarin?’’

‘’Kamu tidak tau apa-apa, Sel. Karyawan harus di gaji, sewa studio harus dibayar, rumah kita masih dicicil.  Uang yang kita dapat kemarin, mana cukup untuk menutupi kebutuhan bulan ini.’’ 

Aku memang tidak tau berapa jumlah pengeluaran Mas Ega. Termasuk pendapatannya berapa. Tapi, apa iya Mas Ega tidak punya simpanan sama sekali?

Saat itu, keinginan untuk bertanya lagi-lagi pupus sudah. Kali ini karena gawai Mas Ega berdering. Aku yang tengah terduduk di sofa melirik sebentar. 

‘’Halo? Ya? Di mana?’’ Tiga pertanyaan beruntun yang terucap dari bibir suamiku membuatku tak hanya melirik. Namun membekukan pandangan pada Mas Ega.

‘’Baik. Saya akan segera ke sana. Terimakasih.’’ Mas Ega menutup benda pipih itu. 

Aku lihat, ekspresinya sudah berubah seperti baru saja mendapat durian runtuh. 

‘’Ada apa, Mas? Apa kamu sudah dapat klien baru?’’ tanyaku penasaran, sambil berdiri dan menghampirinya yang langsung mencium bibirku sangking girangnya.

‘’Cantik. Kamu jangan kemana-mana, ya? Kamu di sini saja.’’

‘’Kamu mau kemana?’’ Aku tidak masalah ditinggal sendiri. Apalagi tidak jadi pemotretan karena tidak ada klien. Jadi aku bisa bersantai dan tidur lebih awal. Tapi kenapa Mas Ega tidak mengajakku?

‘’Aku mau menemui klien. Kamu tidur saja duluan. Mungkin aku akan pulang larut, jadi jangan menungguku,’’ ucapnya yang ku jawab dengan anggukan kepala.

Mas Ega bergegas meraih jaket yang tergantung di belakang pintu. Kuantar suamiku itu menuju pintu. 

Sejenak perasaanku seperti tidak enak, tapi tidak tau penyebabnya. Firasat mengatakan bahwa akan terjadi sesuatu. Entah itu padaku? Atau pada suamiku. Sesaat sebelum meninggalkanku sendiri, Mas Ega menciumku, penuh dengan hasrat dan gairah.

Perubahan suasana hatinya begitu drastis. Untuk mengusir rasa cemas tanpa sebab, aku pun tak langsung masuk ke kamar. 

Ku datangi dapur karena haus. Membuka kulkas namun yang ku dapati malah minuman keras. Minuman yang akhir-akhir ini sangat aku sukai.

Sel, pintu jangan di kunci. Mas khawatir kamu tidak bangun kalau nanti mas ketuk-ketuk pintu. Oh, ya. Cobain aroma terapi yang mas beli kemarin. Aroma kopi. Cocok dipakai menjelang tidur.

Pesan dari Mas Ega masuk ketika aku meneguk minuman dingin itu. ‘’Uhuk!’’ Tapi bodohnya aku malah mencoba lagi dan lagi hingga habis setengah.

Baiklah.

Ku jawab singkat setelah itu aku kembali ke kamar untuk tidur. Menghidupkan lilin di dalam jar kaca dan menempatkannya di meja kecil di sudut kamar. Mas Ega benar, aromanya sangat enak ketika dihirup.

Berselang beberapa jam, aku mendengar suara langkah kaki berpikir bila Mas Ega sudah pulang. Sayangnya, aku tak kuasa untuk mengecek apakah itu benar suamiku? Karena tak mampu membuka mata sangking mengantuknya.

Continúa leyendo este libro gratis
Escanea el código para descargar la App

Último capítulo

  • Istri yang Dijajakan Oleh Suami   66

    Ega dikejar waktu. Abi terus menagih janji. Tekananpun terasa menghimpit. Hingga suatu hari, Ega teringat akan seorang gadis. Gadis yang lugu, polos tak terjamah.Cinta masa kecilnya.Cinta pertama Ega. Tidak pernah tersentuh pria. Hatinya masih suci dan prilakunya sangat baik.Aku. Selin.Dalam perjalanan ke kampung, Ega terus-menerus berdoa agar aku belum menikah. Dan ternyata, harapan itu pun sesuai keinginan Ega.Perjumpaan yang ku pikir tidak disengaja ternyata sudah direncanakan. Karena tujuan Ega bukan untuk berkunjung ke kampung halamannya ketika kecil. Tetapi tujuan Ega adalah mencariku. Karena rasa bahagia dan ketulusan cinta lama bersemi kembali, aku tidak bisa melihat ada maksud dibaliknya.Ega membuaiku dengan untaian kalimat indah. Yang aku pikir Ega merasakan hal seperti di dalam hatiku.Cinta yang sempat terkubur, muncul kembali ke permukaan. Kupu-kupu bermekaran di dalamnya. Bunga indah pun tumbuh tak terkira.Hingga akhirnya Ega mengatakan tidak bisa berlama-lama

  • Istri yang Dijajakan Oleh Suami   65

    Abi bukan manusia iblis tidak berhati. Abi hanyalah manusia biasa. Abi pun merasakan sakit hati atas pengkhianatan Ratih.Hanya saja Abi menutupinya dengan topeng. Ya, topeng.Topeng ketenangan, ketegasan dan ketegaran.Luka yang dibuat Ratih bukannya tidak membuat Abi menangis. Hanya saja air mata itu tidak terlihat. Karena tangisan itu ada di dalam jiwanya.Setiap malam Abi susah tidur. Makan pun tidak terasa enak dan rasanya sangat pahit. Abi tidak bisa membohongi perasaannya yang masih mencintai Ratih, namun Ratih tidak pantas mendapatkan cinta darinya lagi.Lagi pula, tidak ada patah hati yang sembuh dalam satu atau dua malam, bukan?Setiap hari Abi mencari-cari celah kekurangan dirinya sebagai suami. Perlakuan romantis dan perhatian tiada batas selalu Abi curahkan. Tidak perduli sesibuk apapun Abi, Ratih tetap Abi perhatikan.Kemewahan? Jangan ditanyakan seperti apa Abi meratukan Ratih.Semuanya yang terbaik. Namun tampaknya, menjadi suami penyayang adalah kesalahannya. Rati

  • Istri yang Dijajakan Oleh Suami   64

    Setelah kejadian itu, hari-hari Ega dan Ratih seperti neraka. Jangankan bisa melalui hari seperti biasa, sehari tidak disambangi anak buah Abi saja Ega sangat-sangat bersyukur.Apa itu ketenangan? Apa itu kedamaian?Dua kata sederhana tetapi apalah daya, Ega tidak bisa mewujudkannya barang sedetik.Prang!Bugh!‘’Hentikan!’’ Ratih berteriak memohon anak buah Abi berhenti menghancurkan barang-barang dan memukuli Ega. ‘’Berhenti atau saya laporkan ke polisi!’’Akan tetapi ancaman Ratih tidak digubris sama sekali. Mereka seperti tidak mendengar wan

  • Istri yang Dijajakan Oleh Suami   63

    ‘’Mas menyesal.’’Ucapan itu terdengar sungguh-sungguh, tetapi percuma saja tidak bisa meruntuhkan keteguhanku yang sangat kokoh.‘’Mas?’’Benar-benar menjijikkan mendengar sebutan itu. Tidak pernah terkira akan memiliki perasaan itu. Dulu sangat mencintainya namun dimanfaatkan dengan begitu kejam.Aku merasa menjadi wanita paling bodoh karena pernah menjadi istrinya.‘’Andai saja mas tidak mengikuti kemauan Rosdiana, mungkin kita tidak seperti ini.’’ Ega menyesali perbuatannya, namun apa yang ditanam itulah yang ia tuai.

  • Istri yang Dijajakan Oleh Suami   62

    Tiada hari tanpa penyesalan dan rasa bersalah. Aku yang terikat pernikahan pula tidak bisa membantu banyak.Anggap saja aku kacang yang lupa akan kulitnya. Karena yang terlihat aku seperti itu sebenarnya sudah bersusah payah membujuk Abi.Namun pendirian Abi itu ternyata bukan dikarenakan yang selama ini ku pikirkan. Melainkan, karena, Rosdiana adalah mantan istri Abi.Aku masih diam di tempat, tidak ada kata dan hal yang bisa dilakukan saat ini.Semuanya benar-benar mencengangkan, bagai kejutan luar biasa yang tidak aku harapkan sama sekali.‘’Sayang. Kamu jangan salah paham. Mas bisa jelaskan.’’ Abi sampai mengguncang t

  • Istri yang Dijajakan Oleh Suami   61

    Memikirkan jika Rosdiana begitu putus asa sampai-sampai meminta tolong pada Abi, aku masih bisa memakluminya.Apalagi karena obat yang Abi tebuskan. Rela antri demi menebus dan membayar.Tetapi, sejauh manakah Abi mengikhlaskan menolong Rosdiana? Aku pun terus membuntuti dalam senyap.‘’...kau memilihnya dan meninggalkan aku…’’Aku termangu seketika.Memilih dan meninggalkan?Siapa yang dimaksud Abi memilihnya?Dan… Rosdiana dan Abi ternyata pernah bersama?

Más capítulos
Explora y lee buenas novelas gratis
Acceso gratuito a una gran cantidad de buenas novelas en la app GoodNovel. Descarga los libros que te gusten y léelos donde y cuando quieras.
Lee libros gratis en la app
ESCANEA EL CÓDIGO PARA LEER EN LA APP
DMCA.com Protection Status