"Ternyata kalian masih berhubungan." Adam berjalan mendekati Hanin yang masih mematung karena terlalu kaget, juga Bram yang tak kalah terkejut. Mereka sama-sama tidak menyangka akan bertemu dengan Adam di sini di saat keduanya tengah terlibat pembicaraan.
"Semalam aku sempat berpikir kalau aku mungkin saja salah. Kamu tidak pernah berselingkuh dan kalian hanya pura-pura. Ternyata lagi-lagi aku dibodohi. Kalian masih berhubungan sampai sekarang." Adam mengepalkan tangan. Ia hampir saja mengumpat karena hampir saja tertipu oleh mantan istrinya itu."Kamu salah paham, Dam. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan." Bram mencoba menjelaskan, tetapi Hanin memberi isyarat agar dia diam saja."Salah paham? Kalian pikir aku bodoh? Sudah dua kali aku memergoki kalian. Meskipun saat ini tidak seintim seperti empat tahun yang lalu, tapi aku yakin kalian masih berhubungan selama ini. Hampir saja aku dibodohi dengan tampang lugu kamu, Hanin. Seharusnya aku tahu kalau seora"Kenapa Mama menyembunyikan hal besar seperti ini dariku?"Lestari dan Anggun begitu terkejut saat tiba-tiba saja suara Adam terdengar dari arah pintu masuk. Wajah keduanya berubah pucat, tidak menyangka Adam akan mendengar semua yang mereka bicarakan. Wajah pria itu terlihat memerah dengan rahang yang mengeras, pertanda sedang menahan amarah yang entah ditujukan untuk siapa."A-adam? Sejak kapan kamu berada di situ, Nak?""Sejak kalian membicarakan tentang Hanin. Katakan, Ma, kenapa Mama tega menyembunyikan hal besar seperti ini pada Adam?""Dam, duduk dulu, Nak. Nanti Mama jelaskan," pinta Lestari seraya berdiri menghampiri putranya. "Ayok duduk." Tangannya memegang lengan Adam untuk diajak duduk.Adam menurut. Meskipun rasa kesal dan marah masih bergelayut, ia coba menahannya demi mendengar penjelasan dari mamanya."Sekarang katakan," ucapnya penuh penekanan.Lestari menarik napas panjang sebelum mulai berbi
"Ayah!" Arsilla berlari menuju sang Ayah yang menunggu di pinggir mobil. Gadis kecil itu menyalami tangan Adam yang langsung berjongkok di depannya. Arsilla merasa heran karena biasanya Anggun yang akan menjemput, bukan sang Ayah."Mama Anggun sedang ada urusan, makanya Ayah yang jemput Silla." Adam yang mengerti kebingungan sang putri segera menjelaskan.Arsilla mengangguk tanda mengerti. Adam menggiring sang putri memasuki mobil, lalu ia memutar menuju kursi kemudi."Kita enggak pulang ke rumah dulu ya, Sayang. Di sana enggak ada siapa-siapa, Mbak Ratih baru kembali besok," ujar Adam setelah melajukan mobil meninggalkan sekolah Arsilla."Kan di rumah ada Tante Hanin, Ayah."Adam menoleh ke arah sang putri sebentar. Tangannya terulur mengusap rambut Arsilla penuh sayang. "Tante Hanin juga enggak ada di rumah. Ini kita mau cari dia.""Kok dicari? Memangnya Tante Hanin hilang?""Bukan begitu." Adam ter
"Anda mengancam saya?" Rahang Adam mengeras. Andai pria ini bukan orang yang sudah banyak berjasa pada keluarganya, ingin sekali ia menghajar Baskara sekarang juga."Bukan mengancam, lebih tepatnya memberi peringatan. Kalau tidak ada bantuan dana dariku, sekarang rumah sakit milik keluarga kamu pasti sudah bangkrut. Apa salahnya sih, kamu membalas budi dengan menikahi Anggun? Lagi pula, jika dilihat dari segi apa pun, Anggun jauh lebih baik dari mantan istri kamu." Baskara berujar santai sembari duduk kembali. Tangannya ia lipat di depan dada, menunggu respon Adam berikutnya."Bagi saya Hanin tetap yang terbaik. Meskipun dia tidak dilahirkan dari keluarga yang terhormat, tetapi kebaikan hatinya jelas memperlihatkan kalau dia wanita mulya.""Jadi kamu menganggap putriku itu hina?!"Baskara berdiri seraya menggebrak meja. Tangannya terkepal, siap untuk dilayangkan ke wajah Adam."Saya tidak berkata seperti itu. Saya hanya ingin mengingatkan
Sudah sepekan Adam mencari keberadaan Hanin di sela aktifitasnya di rumah sakit, tetapi belum mendapatkan hasil. Pria itu sudah mencari ke beberapa tempat, termasuk ke Restoran tempat dulu Hanin bekerja, pun dengan menemui Tita yang juga tidak tahu keberadaan sahabatnya.Meskipun sulit menemukan Hanin, Adam tak ingin menyerah. Usahanya saat ini belum seberapa jika dibandingkan dengan pengorbanan Hanin demi keluarganya. Adam akan terus berusaha mencari sang mantan istri, jika perlu ia akan meminta bantuan pada orang yang berprofesi sebagai detektif.Anggun pun masih sering menghubunginya, tapi tidak ia hiraukan. Biarlah urusan dengan Anggun ia kesampingkan dulu. Setelah Hanin diketemukan, Adam akan segera mengambil keputusan tentang kelangsungan hubungannya dengan Anggun.Dua jadwal operasi hari ini membuat Adam merasakan lelah yang teramat sangat. Pria itu beristirahat sejenak di ruangan miliknya seraya merebahkan diri di atas sofa. Matanya terpejam, hampi
"Anggun, aku ... maaf, aku tidak bisa."Anggun terperangah. Jawaban dari Adam membuatnya merasa menjadi wanita yang menyedihkan. Ia kira Adam akan mau memenuhi permintaannya demi bisa bertemu Hanin, tapi ternyata dugaannya salah."Kenapa, Mas? Bukankah kita memang akan menikah? Atau ... Mas berencana untuk membatalkan rencana pernikahan kita?" Suara Anggun bergetar. Air mata menerobos keluar tanpa bisa ia cegah. Sakit ... teramat sakit saat pria yang dicinta memberinya penolakan."Gun, aku mohon jangan mendesakku terus. Saat ini aku hanya ingin bertemu dengan Hanin dan meminta maaf pada dia. Kenyataan yang aku terima membuatku merasa menjadi laki-laki paling buruk. Mungkin aku pun tidak pantas menjadi suami kamu.""Bagiku hanya kamu satu-satunya pria yang pantas menjadi suamiku, Mas! Terlepas dari sikapmu pada Mbak Hanin, itu karena dia sendiri yang mengarang cerita sampai kamu menceraikannya, bukan karena kesalah kamu sepenuhnya.""Tapi
"Ada yang ingin saya bicarakan dengan Mbak Hanin. Ini soal ... Mas Adam."Hanin terhenyak, tetapi kemudian menormalkan kembali ekspresinya dengan cepat. "Pak Adam? Ada apa dengan dia, Mbak?"Anggun menarik napas dalam sebelum berbicara. "Sebenarnya ... saya sudah mengetahui hubungan kalian di masa lalu. Mbak Hanin ini mantan istrinya Mas Adam, juga alasan kenapa dulu kalian sampai berpisah, saya tahu semuanya."Hanin kembali terperangah. Tidak menyangka kalau Anggun telah mengetahui siapa dia sebenarnya. Akan tetapi, kenapa wanita ini masih bersikap baik? Bukankah seharusnya Anggun ikut membenci seperti halnya Adam yang juga membencinya?"Ja-jadi, Mbak Anggun sudah tahu? Saya jadi malu, Mbak Anggun mengetahui keburukan saya di masa lalu," ujar Hanin seraya menundukkan kepala. Rasanya ia tidak punya muka untuk menghadapi Anggun yang masih mau membantunya. Hanin pikir, Anggun hanya mengetahui perselingkuhannya yang berujung perceraian, padahal calon
"M-mas, aku--""Jangan pergi lagi!"Hanin mematung. Perkataan Adam membuatnya ingin memastikan jika ia tak salah dengar. Pria itu bukan menyuruhnya pergi, tetapi memintanya untuk bertahan. Hanin memberanikan diri menatap netra tajam milik Adam. Hanya ingin memastikan jika ia memang tak salah dengar."Jangan pergi. Aku memintamu jangan pergi, Hanin," ulang Adam."Tapi ... kenapa? Bukankah--""Demi aku dan juga Silla," potong Adam cepat. Ia tahu apa yang akan dikatakan Hanin berikutnya."A-apa?" "Ya, kamu pergi demi kebahagiaan aku dan juga Silla, bukan? Sekarang aku memintamu untuk jangan pergi, juga demi aku dan Silla. Karena kami membutuhkanmu," ucap Adam kemudian yang membuat tangis Hanin pecah. Sungguh, memang ia tak salah dengar. Adam memintanya bertahan, tapi ... kenapa? Bukankah kemarin pria itu menyuruhnya pergi? Adam tidak ingin melihat Hanin berkeliaran di sekitarnya."Aku ... tidak bisa, Mas
"Kita turun sekarang?"Adam menatap Hanin yang masih bergeming di tempatnya duduk. Mereka sudah sampai di rumah Adam lima belas menit yang lalu, tetapi Hanin masih belum mau turun, membuat Adam mau tidak mau ikut diam di dalam mobil."Mas, aku takut ... Silla akan menolakku. Selama ini dia begitu dekat dengan Mbak Anggun. Dia sudah menganggap Mbak Anggun seperti ibunya sendiri. Sedangkan aku, empat tahun menghilang tanpa pernah memberinya kasih sayang, hanya mampu memandanginya dari kejauhan. A-aku merasa tidak pantas--""Hei." Adam mengambil salah satu tangan Hanin untuk digenggamnya. "Jangan berbicara seperti itu. Silla sangat merindukan kamu, aku tidak bohong. Kamu percaya kalau ikatan Ibu dan Anak itu kuat? Begitu pun dengan kalian. Meskipun kalian baru bertemu, tetapi kasih sayang dia padamu begitu besar. Beberapa hari ini dia sampai tidak napsu makan karena kamu belum diketemukan," ujar Adam seraya menggenggam tangan Hanin begitu erat, ingin mem