Perceraian Rina dan Rudi telah resmi, dan meskipun itu adalah proses yang sulit, Rina merasa seperti dia akhirnya bisa memulai hidup yang baru. Robi selalu ada di sampingnya, memberikan dukungan dan kenyamanan selama masa-masa sulit itu.
Setelah berbulan-bulan merenungkan keputusan mereka, Rina dan Robi merasa bahwa mereka ingin mengambil langkah selanjutnya dalam hubungan mereka. Mereka merencanakan untuk mengumumkan hubungan mereka secara resmi kepada keluarga dan teman-teman mereka. Itu adalah langkah besar, dan mereka ingin memastikan bahwa mereka benar-benar siap.
Rina dengan serius, “Robi, ini adalah langkah besar bagi kita. Apakah kamu yakin?”
Robi menggenggam tangan Rina, “Saya tidak pernah lebih yakin tentang sesuatu dalam hidup saya, Rina. Kita telah melewati begitu banyak bersama, dan saya tahu kita bisa menghadapi apa pun yang datang.”
Rina merasa hangat melihat keteguhan hati Robi. Mereka telah menjalani perjalanan yang panjang bersama, melewati berbagai rintangan, dan sekarang mereka merasa siap untuk melangkah lebih jauh. Namun, ada satu hal yang mengganjal dalam benak Rina.
Rina menggumamkan kekhawatirannya, “Aku hanya khawatir tentang bagaimana Rudi akan meresponsnya. Walau bagaimana pun dia adalah mantan suamiku.”
Robi dengan bijak, “Rina, kita telah memberikan Rudi banyak waktu untuk merespons perubahan dalam hubungan kita. Dan kita juga telah melakukan yang terbaik untuk memperlakukan semua pihak dengan baik. Kita tidak bisa mengendalikan bagaimana dia akan merespons, tetapi kita harus menjalani hidup kita dan mencari kebahagiaan kita sendiri.”
Rina mengangguk, merasa lebih tenang mendengar kata-kata bijak Robi. Kedekatan mereka bukanlah upaya untuk melukai siapa pun, tetapi untuk mengejar kebahagiaan mereka sendiri.
Sementara itu, Rudi terus menjalani hubungannya yang gelap dengan Bu Kartika. Dia telah menjadi pria simpanan dan pemuas bagi bosnya itu, meskipun dalam hatinya dia merasa kosong. Hubungannya dengan Bu Kartika tidak memberinya kebahagiaan yang sejati. Dia mulai meragukan keputusannya untuk terus bersama dengan wanita itu.
Suatu hari, Rudi mendapat kabar bahwa Rina dan Robi akan mengumumkan hubungan mereka secara resmi. Berita ini membuatnya merasa cemas dan merenungkan keputusannya. Dia merasa menyesal atas semua tindakannya dan memikirkan apa yang telah terjadi.
Rudi menggumam dalam hati, “Apa yang telah aku lakukan? Aku telah merusak segalanya.”
Namun, meskipun dia merasa menyesal, Rudi merasa terjebak dalam hubungannya dengan Bu Kartika. Dia tidak tahu bagaimana caranya untuk keluar dari situasi ini tanpa merusak karirnya.
Suatu malam, ketika Rudi dan Bu Kartika sedang bersama di salah satu tempat persembunyian mereka, Rudi mencoba membicarakan perasaannya.
Rudi dengan ragu, “Bu Kartika, kita perlu bicara.”
Bu Kartika dengan ketidakpedulian, “Tentang apa?”
Rudi menggelengkan kepala, “Tentang kita. Tentang apa yang kita lakukan.”
Rudi mencoba menjelaskan perasaan dan keraguan yang dia miliki. Dia merasa terjebak dalam hubungan ini, dan dia ingin keluar.
Rudi dengan suara lemah, “Aku tahu aku salah. Aku merasa terjebak dalam hubungan ini, dan aku ingin berhenti.”
Bu Kartika mengancam, “Kamu tahu apa yang akan terjadi jika kamu berhenti, Rudi?”
Rudi dengan tegas, “Aku akan menghadapinya. Aku harus menghadapinya.”
Keputusan Rudi untuk mengakhiri hubungan gelapnya dengan Bu Kartika adalah langkah pertama menuju pemulihan. Dia tahu itu tidak akan mudah, tetapi dia ingin memperbaiki dirinya sendiri dan mungkin mendapatkan kembali sebagian dari apa yang dia hilang.
Sementara itu, Rina dan Robi memutuskan untuk mengumumkan hubungan mereka secara resmi. Mereka berkumpul bersama keluarga dan teman-teman mereka untuk memberi tahu tentang langkah ini. Beberapa orang mungkin masih merasa bingung atau bahkan tidak setuju, tetapi Rina dan Robi tahu bahwa mereka telah menempuh perjalanan panjang bersama dan bahwa mereka mencintai satu sama lain.
Pengumuman itu berlangsung dengan baik, dan meskipun ada beberapa reaksi yang tidak terduga, Rina dan Robi merasa lega karena akhirnya bisa hidup terbuka tentang perasaan mereka.
Rina dengan senyuman, “Ini adalah awal yang baru bagi kita, Robi. Kita akan menjalani hidup dengan cinta dan kebahagiaan.”
Robi menggenggam tangan Rina, “Ya, Rina. Kita memiliki masa depan yang cerah bersama.”
Rina dan Robi menemukan cinta sejati satu sama lain, dan mereka merasa siap untuk menghadapi semua rintangan yang ada di depan mereka. Mereka telah belajar dari kesalahan masa lalu dan berkomitmen untuk menjalani hidup yang bahagia dan jujur bersama-sama.
Hari pernikahan Rina dan Robi tiba dengan semangat dan kebahagiaan yang begitu besar. Mereka telah menjalani perjalanan panjang bersama, melewati berbagai rintangan, dan sekarang mereka bersatu dalam pernikahan yang diimpikan banyak orang. Pernikahan itu dihadiri oleh keluarga dan teman-teman terdekat mereka, yang telah memberikan dukungan penuh kepada pasangan ini.
Rina berjalan dengan gaun pengantinnya yang indah, senyum bahagia di wajahnya. Robi tidak bisa menahan senyum gembira saat melihat Rina mendekat. Mereka berdua tahu bahwa saat ini adalah permulaan dari babak baru dalam hidup mereka.
Upacara pernikahan berlangsung dengan penuh kehangatan dan emosi. Saat mereka mengucapkan sumpah setia mereka satu sama lain, para tamu bisa merasakan betapa dalamnya cinta mereka. Setiap kata yang diucapkan membawa makna yang mendalam bagi pasangan ini.
Setelah upacara pernikahan selesai, Rina dan Robi mengundang tamu-tamu mereka untuk merayakan bersama dalam pesta resepsi yang meriah. Suasana penuh kebahagiaan, tawa, dan cinta.
Setelah pesta resepsi berakhir, Rina dan Robi pergi ke suite pengantin mereka. Ini adalah saat yang mereka tunggu-tunggu, ketika mereka akhirnya bisa merayakan pernikahan mereka secara pribadi.
Robi dengan lembut, “Akhirnya, kita sendirian.”
Rina dengan senyuman, Ya, Robi. Ini adalah hari yang luar biasa.”
Mereka duduk berdua di tepi tempat tidur mereka, menatap satu sama lain dengan mata yang penuh kasih. Semua perasaan dan emosi yang telah mereka alami selama perjalanan panjang mereka bersama kini mencapai puncaknya.
Robi dengan lembut, “Rina, aku mencintaimu lebih dari apapun di dunia ini.”
Rina mengelus wajah Robi, “Dan aku mencintaimu, Robi. Aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpamu.”
Mereka mendekat satu sama lain dan saling berpelukan dalam ciuman yang penuh gairah. Pernikahan mereka bukan hanya tentang mengikat janji, tetapi juga tentang merayakan cinta mereka yang mendalam satu sama lain.
Malam itu, di dalam suite pengantin mereka, Rina dan Robi menemukan kebahagiaan yang tak tergambarkan dalam percintaan yang penuh gairah. Mereka berdua menggabungkan cinta dan hasrat mereka dengan penuh kasih sayang dan rasa hormat satu sama lain.
Selama bertahun-tahun yang akan datang, Rina dan Robi akan terus menjalani hidup bersama, menghadapi semua rintangan dan kebahagiaan yang datang. Pernikahan mereka adalah bukti bahwa cinta sejati dapat melewati semua ujian dan bahwa akhirnya, cinta itu selalu menang.
Sementara itu, Rudi mulai menjalani perjalanan pemulihan pribadinya. Dia tahu bahwa dia harus memperbaiki dirinya sendiri sebelum bisa menghadapi masa depan yang tidak pasti. Keputusannya untuk mengakhiri hubungannya dengan Bu Kartika adalah langkah pertama dalam perjalanan panjang ini.
Perceraian dan pengkhianatan adalah pengalaman yang pahit bagi semua orang yang terlibat. Namun, dalam kehidupan yang penuh dengan kesalahan dan keputusan yang salah, ada juga kesempatan untuk memperbaiki diri, menemukan cinta sejati, dan meraih kebahagiaan yang hakiki. Rina, Robi, dan Rudi masing-masing telah memilih jalannya, dan hanya waktu yang akan memberi tahu bagaimana cerita hidup mereka akan berkembang.
---SELESAI---
Silakan lanjutkan membaca Novel ini di halaman berikutnya karena ada cerpen Jejak Hasrat lainnya yang juga sangat menarik untuk anda baca dan anda ikuti hingga tuntas. Judulnya adalah ‘ADIK IPAR YANG MENGGODA’. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Di sisi lain, Edi juga merasa gelisah selama tiga hari itu. Tanpa Indri di dekatnya, dia merasa kehilangan dan kesepian. Dia menyadari bahwa apa yang mereka lakukan adalah salah, tetapi dia juga merindukan Indri dengan sangat.Ketika tiga hari berlalu, Indri dan Edi akhirnya bertemu kembali di rumah Indri. Mereka bertemu di ruang tamu, dan wajah mereka penuh dengan perasaan campur aduk.**Indri:** (dengan suara lirih) "Pak Edi, kita harus berbicara.Nampaknya kita harus mengakhiri semua ini!"**Edi:** (dengan ekspresi serius) "Benar, Bu Indri. Ini tidak bisa terus berlanjut."Indri merasa berat hati, tetapi dia tahu bahwa mereka harus mengakhiri hubungan terlarang ini sebelum semuanya semakin rumit.**Indri:** (dengan rasa sedih) "Saya pikir kita harus berhenti, Pak Edi. Ini salah, dan saya tidak bisa terus melangkah di jalur ini."Edi merasa terpukul, tetapi
Kembali ke ruang renovasi, Dodi dan Budi terus bekerja, tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di belakang layar. Indri dan Edi merasa lega bahwa mereka berhasil menjaga rahasia mereka tetap terjaga dengan baik. Tetapi dalam hati mereka, mereka tahu bahwa mereka harus mencari cara untuk mengakhiri permainan berbahaya ini sebelum semuanya hancur.Saat Dodi menuruti instruksi Indri, Budi terus bekerja di sudut ruangan yang lain. Semuanya tampak normal, dan Indri berusaha untuk tidak menunjukkan tanda-tanda perubahan dalam dirinya, meskipun hatinya masih terasa berat karena perasaan bersalah yang dia rasakan.Dalam waktu yang berlalu, Indri dan Edi terus berusaha untuk menjaga rahasia hubungan mereka, meskipun semakin sulit. Mereka tahu bahwa suatu hari nanti, kebenaran akan terungkap, dan mereka harus siap menghadapi konsekuensinya. Namun, hingga saat itu, mereka masih terjebak dalam perasaan yang membingungkan dan rumit.
Liang senggama Indri terus menjepit senjata tegang milik Edi sehingga Edi merasa terbang ke langit ketujuh merasakan nikmat luar biasa bersetubuh untuk kesekian kalinya dengan perempuan seksi itu.“Ayo pakkkk...genjot teruss...jangan berenti...!” desahan Indri yang semakin ketagihan nikmatnya rudal milik Edi yag terus menancap sangat dalam ke vaginanya saat itu. Keringat mulai mengucur dari tubuh keduanya namun, genjotan dan saling berciuman tak mereka hentikan.Edi pun juga mengincar kedua bukit kembar yang menantang milik Indri yang kini terasa semakin kencang dan menegang karena telah terangsang hebat. Putingnya ia gigit-gigit kecil sehingga bu Indri sempat berteriak sesaat namun itu justru membuat keduanya makin bergairah.“Ceppp...cuppp...mmphh...arghhh!” bibir dan lidah serta gigi Edi tak berhenti melumat buah dada montok milik Ibu Indri. Tubuh telanjang bu Indri telah bergeser ke berbagai s
Namun, Bu Indri juga tahu bahwa hubungannya dengan Pak Edi adalah sesuatu yang harus dia simpan dengan rapat. Dia tidak ingin suaminya mencurigai apa pun. Oleh karena itu, dia berusaha keras untuk tetap berperilaku seolah semuanya normal di depan Yadi.Malam ini, dia merasa sulit untuk berpura-pura seperti biasa. Sementara Yadi berusaha mendekatinya, Bu Indri merasa bersalah dan bingung. Dia tahu bahwa apa yang dia lakukan adalah salah, tetapi dia tidak tahu bagaimana mengatasi perasaannya yang semakin bertentangan.Pada akhirnya, malam itu berlalu tanpa keintiman antara Yadi dan Bu Indri. Yadi tidur dengan perasaan kebingungan dan ketidakpastian, sementara Bu Indri terjaga dengan rasa bersalah yang memenuhi hatinya.Pagi subuh itu, ketika hari masih sangat gelap sekitar pukul 4 pagi, Yadi terbangun dari tidurnya. Dia masih merasakan hasrat yang kuat melanda dirinya seperti kemari malam terhada sang istr
“Sleppp...ahhh...pelan-pelan mas....ahhhh!” tubuh bu Indri tersentak sesaat merasakan ada benda besar dan panjang mulai menerobos lubangnya dari belakang.“Tahan ya buuu..eshhh...ahhh..blessss...ahhhh!” maka ambleslah semua bagian batang rudal tegang dan besar milik Edi.“Arghhh....Kontol pak Edi gede bangett..ahhhh!” bu Indri merem melek merasakan lubangnya dipenuhi oleh batang tegang milik Edi. Pak Edi pun mulai menekan dn menarik pinggulnya untuk memulai gerakan inti persetubuhan mereka di kasur itu.“Sleppp...blesss..sleppp..blesss!”“Arghh...ahh....enak pakkk terus pakkk genjottt!” suara bu Indri itu makin membakar semangat birahi “Eshhh..ahhh...memek ibu enak bangettt ahhh..kejepittt!” teriak Edi sambil merem melek terus menggempur pantat bu Indri yang juga sedang meraskan nikmat tak terkira pagi itu.Setelah puas menggenjot dari belakang bu Indri meminta berbalik badan dan kini Edi menindih tubuh Indri dari atas sehingga kini wajah mereka telah saling berhadapan. Tanpa menung
“Kalo boleh tau, kalo Pak Edi maen sama istri gimana?” Pak Edi pun terkejut dengan pertanyaan berani dari Bu Indri itu.“Saya kan sudah lama bu gak ketemu istri, kan dia di kampung!” jawab Edi dengan wajah agak muram.“Owh maaf ya pak, saya lupa kalo istri pak Edi di kampung.”“Ya bu gapapa!”“Lalu gimana pak Edi salurin hasrat kalo lagi pengen?” Deggg....Pak Edi tertegun dengan pertanyaan bu Indri tersebut.“Yaa...gimana ya...bingung jawabnya, heheh!” balas Pak Edi sambil garuk-garuk kepala“Hemm...pasti onani, ya kan?” tanya Bu Indri dengan senyum makin nakal dan mengedipkan satu matanya pada pak Edi.“Heheh, iya bu....!” balas Edi dengan senyum sambil cengengesan.“Ehmm...Pak Edi....ehmmm....!” bu Indri tiba-tiba berbicara tapi tidak diterusin.“Ya bu kenapa?” Edi mulai penasaran.“Anu...ehmmmm...saya lagi pengen sekarang!” jawab bu Indri blak-blakan.“Pengen apa ya bu?” tanya pak Edi yang pura-pura gak ngerti untuk memancing bu Indri berterus terang. Bu Indri pun mendekati pak