Share

3. Mainan Baru?!

"Aku mainan baru? Maksudnya apa?" Haura menatap kedua lelaki yang berada di depannya ini satu-persatu.

Wanita ini sekarang sedang bingung maksud dari perkataan lelaki yang baru datang tersebut. Memang sedari tadi lelaki itu terus saja berkata kalau dirinya adalah pacarnya Zean, padahal dia sama sekali tidak mengenal orang itu.

"Indra, kamu bisa diam, gak? Kalau gak bisa diam, akan aku buat mulutmu diam!" Dean berbicara dengan berbisik, tetapi perkataannya penuh dengan penekanan.

"Dia pacarnya Zean, kan?" tanya Indra pelan.

"Maaf, ya, Haura. Emang temanku agak rese sedikit, jadi kamu gak usah mikirin apa yang dia katakan tadi. Kamu pulang dulu, makananmu nanti dingin," ucap Dean dengan senyum terukir di bibirnya.

"Eh, iya! Aku lupa kalau tadi masih makan, makasih, ya." Haura berjalan tergesa, dia ingin segera sampai ke rumahnya untuk makan.

Wanita itu melupakan makanannya yang mungkin sekarang sudah dingin, karena perkataan lelaki yang baru datang tersebut. Toh, buat apa dirinya perduli, lagi pula dia memang tidak mengenal Zean dan ini baru pertama kali bertemu dengan Dean juga.

"Bisa gak sih kamu, tahu tempat kalau bicara!" Dean menatap sinis kepada Indra.

"Aku kan gak tahu," sanggah Indra.

"Biar aku beritahu kamu, dia itu tetangga baru yang tinggal di rumah kosong sebelah itu. Dia baru hari ini aja pindah, lalu dia juga bukan pacar Zean, jelas-jelas pacar Zean kalah cantik sama Haura ini!"

Entah kenapa Dean menjadi kesal lantaran kecantikan Haura disamakan dengan pacar Zean tersebut. Jelas menurutnya cantikan Haura dan tetangga barunya itu seperti memiliki pesona berbeda, saat dia menatapnya.

"Oh, tetangga baru. Tapi cantik juga, ya," puji Indra.

"Jangan macam-macam sama dia, aku sudah tertarik dengan cewek itu!" ancam Dean.

Dia tidak mau kalau wanita yang sudah membuat dirinya tertarik malah diambil orangi, apalagi Haura terlihat sangat berbeda dengan wanita lain yang pernah dia temui dan kenal.

Wanita itu bahkan tadi sempat memandangnya dengan sinis, baru pertama kali Dean mendapatkan tatapan tersebut. Dia merasa ingin menaklukan wanita cantik itu untuk menjadi miliknya.

"Semua cewek cantik juga kayak gitu, kamu embat semua! Kapan bagi ke temanmu yang jomblo ini?!" Indra bertanya dengan ketus.

"Kapan-kapan." Dean masuk ke dalam rumah meninggalkan Indra yang masih di luar.

"Kok aku ditinggalin sih, Dean?!" tanya Indra kesal.

Indra segera masuk ke dalam dengan wajah yang masih ditekuk, dia tidak menyangka kalau Dean akan meninggalkannya di luar seorang diri tanpa mempersilahkan dirinya untuk masuk ke dalam rumah.

*

"Yah, makanannya udah dingin. Tapigak apalah, aku udah lapar banget." Haura meletakan nasi bungkus itu ke dalam piring, lalu mengambil air di keran. "semoga gak sakit perut,"

Wanita itu merasa tidak bisa selalu merepotkan tetangganya, dia berencana akan pergi untuk membeli semua kebutuhannya setelah makan. Lagi pula semua itu untuk dirinya sendiri, bukan untuk orang lain, jadi dia akan membelinya secepat mungkin.

Haura mengecek buku rekening yang dilemparkan berserta dengan barang-barang lain, ternyata itu adalah miliknya sendiri. Dia pun membuka m-banking di dalam ponselnya, mengecek jumlah uang yang ternyata tidaklah banyak di sana.

"Hanya 100juta," gumamnya pelan.

Dia sangat tahu uang yang berada di dalam rekening suaminya itu, sangatlah banyak sekali sehingga kalau dibawa berlibur ke luar negri tidak akan habis. Namun, lelaki itu tidak menambah uang di dalam rekening miliknya, malah Niko mengambil uang dirinya.

Padahal Haura ingat, uang yang berada di dalam rekening miliknya lebih dari seratus juta, bahkan hampir satu milyar. Karena setiap bulan Niko selalu memberian jatah lebih untuknya dan selalu ada sisa walau dia memakai uang tersebut untuk melakukan perawatan atau memenuhi kebutuhan rumah.

Haura memilih untuk tidak memikirkan hal tersebut, dia sudah merasa bersyukur Niko memberikannya uang, rumah dan lengkap berserta toko untuk dirinya. Kalau suami orang lain tidak akan melakukan seperti yangmantan suaminya lakukan ini, pasti diusir hanya dengan membawa pakaian saja.

"Aku gak mau berlarut-larut, lebih baik segera pergi belanja aja!"

Haura mengambil kunci mobilnya yang tergantung di balik pintu kamar yang akan dia tempati, lalu beanjak keluar unuk pergi ke pasar terdekat saja. Dia memilih untuk tidak berbelanja di mall, karena ingin menghemat uang yang ada. Takut nanti sewaktu-waktu membutuhkan uang tersebut dikemudian hari, jadi dia tidak mau boros.

Hampir selama tiga jam Haura baru selesai berbelanja semua kebutuhannya, tetapi dia kebingungan untuk membawa semua barang-barang yang dia beli. Dia berinisiatif menyewa sebuah mobil, untuk membawa barang itu dan juga nanti akan memudahkan dirinya meminta tolong untuk mengangkat masuk ke dalam.

*

"Makasih, ya, Mas!"

Haura memberikan beberapa lembar uang kepada ketiga lelaki yang membantunya menyusun barang-barang ke dalam rumah. Setelah itu, dia pun masuk membawa kebutuhan dapur yang tadi dia beli berserta barang-barang tersebut.

Wanita tersebut menyusun semuanya yang menurutnya tidak rapi, sekaligus melanjutkan acara beres-beres yang tertunda. Walau dia sekarang sangat lelah, tetapi Haura tidak bisa membiarkan rumah yang menurutnya berantakan, nanti dia akan tidak tenang saat beristirahat.

"Kayaknya aku harus balikin milik tetangga itu deh, lagi pula aku udah beli." Haura menatap barang yang dia pinjam dari tetangganya.

Dia memilih mencucinya, lalu mengeringkan barang-barang dapur itu baru mengantarnya, tidak enak juga rasanya kalau harus meminjam suatu barang milik orang lain terlalu lama. Sedangkan milik sendiri saja, saat orang lain meminjam dengan waktu yang lumayan lama, rasanya sangat menjengkelkan sekali.

"Permisi!" Haura menekan bel yang berada di depan pagar.

Wanita itu merasa engganuntuk masuk ke dalam lebih dulu, karena pagar yang tertutup membuat dirinya merasa sangat sungkan untuk masuk ke dalam sana. Jadi dia memutuskan untuk menunggu di depan pagar, untung saja di depan ada bel juga.

"Eh, kamu! Apa butuh sesuatu lagi?" tanya Dean.

"Enggak kok! Aku cuma mau balikin ini." Haura memperlihatkan yang dia bawa, dia sana ada piring, sendok berserta gelas yang dia pinjam tadi.

"Kenapa dibalikin? Enggak dibalikin sebenarnya juga gak masalah loh." Dean membuka pintu pagarnya, lalu mempersilahkan Haura masuk.

"Enggak enak, kalau minjam terlalu lama. Lagi pula aku udah beli tadi, jadi ini aku balikin." Haura mengembalikan milik Dean, sampai tanpa sadar tangan mereka bersentuhan.

'Lembut sekali,' gumam Dean di dalam hati.

"Aku langsung pulang aja, ya? Soalnya mau istirahat, badan pegel soalnya," ucap Haura.

"Oh, oke. Kalau butuh apa-apa lagi, bilang, ya? Jangan sungkan sama tetangga." Dean melambaikan tangannya kepada tetangga cantiknya itu.

"Iya, makasih." Haura membalas lambaian tangan Dean.

Sebenarnya dia merasa bingung kepada lelaki itu, sedari pagi sampai hampir sore seperti ini masih di rumah. Haura juga mengira kalau Dean tinggal seorang diri sepertinya, karena dari tadi dia hanya melihat lelaki itu seorang.

"Wah, baru jadi janda, udah keluyuran!" ucap Lilis sinis, wanita itu sudah berada di dalam rumah Haura.

Comments (7)
goodnovel comment avatar
lutfi08
wah ada pengganggu
goodnovel comment avatar
Megarita
waduh dtg gangguan lgi
goodnovel comment avatar
Zetha Salvatore
wah Lilis ngerecokin
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status