Share

BAB 2

Dita tidak menyerah begitu saja, Dita mencoba bersabar dan mengabaikan perangai buruk mertuanya. Dengan berat hati Dita ke dapur dan memasak seadanya dengan air mata yang mengalir di pipinya. 

“Kamu itu dari dulu memang bukan mantu yang ibu inginkan. Entah kenapa Rizal mau menikahimu. Wanita tidak berpendidikan dan tidak memiliki karir. Bodoh sekali.” Dita hanya menahan isakan dan rasa sesaknya di dada. Ia kira dengan mengalihkan diri memasak, bisa menghentikan hinaan dari mertuanya. 

“Selama ini kamu tuh hanya dianggap budak saja. Tidak lebih. Apalagi kamu anak yatim piatu. Malu ibu kalau harus mengenalkan kamu ke luar sana.” 

“Maaf bu..” gumam Dita sambil mematikan kompornya. Dita tidak sempat lagi merasakan masakannya, karena rasanya dia sudah lelah dan muak mendengar mertuanya menjelek jelekan dirinya. 

“Sudah sana ke kamar. Ibu lapar! Ibu udah enek liat muka kamu di rumah ini.” Dita pun bergegas ke kamar dan menutup pintu kamar. Dita menatap ke foto pernikahannya dengan Rizal di atas tempat tidur. Ia kira Rizal lah pangeran berkudanya yang bisa membuat hidupnya bahagia, ternyata ia salah. 

Prangg!! 

“DITAAA!!!” Suara menggelegar terdengar dari arah dapur, Dita segera kembali ke dapur dan melihat pecahan piring tersebar dimana mana. 

“Ada apa bu?”

“Ada apa, katamu? Kamu cobain sana masakan kamu! Asin banget! Kamu mau buat saya, hipertensi dan mati ya? Dasar mantu, gak tahu diuntung! Udah numpang tinggal, masak aja gak bisa! Apa si yang becus dari kamu?” Dita mengambil sendok dan mencicipinya. Benar saja, rasa masakannya begitu asin. Dita pun segera mengambil pecahan beling yang tersebar itu pelan pelan. 

“Setelah merapihkan pecahan beling ini! Cepat beli makan malam! Nanti Rizal kelaparan!” Terdengar suara langkah kaki datang. 

“Kok berantakan si bu dapurnya?” tanya Rizal dengan suara tidak bersalahnya. 

“Itu loh istri kamu Zal! Masak aja gak becus. Asin banget. Dia kayanya mau buat ibu mati deh!” Cibir Bu Salim. Rizal memandang Dita tajam. 

“Kamu ini! Udah aku kasih makan, tempat tinggal masih aja gak bener.”

“Pantes lah Dita, kalau suami kamu malah selingkuh sama perempuan lain.” Dita mengepal tangannya kencang, menahan rasa marah dan sedihnya yang menjadi satu. 

“Kamu itu sudah banyak yang ‘pakai’ kan di luar sana? Makanya aku gak sudi menyentuh kamu!” bentak Rizal. 

“Kamu main dukun kan, buat ngegoda Rizal?” sergah Bu Salim dengan menunjuk wajah Dita yang sedari tadi menunduk. 

“Gak begitu bu…” Dita menatap Rizal, berharap suaminya itu bisa membelanya. Tapi, itu hanyalah harapan kosong. 

“Gini nih kalau ngobrol sama orang miskin gak berpendidikan! Jadi susah!” Usai mengatakan itu Bu Salim meninggalkan Dita yang terduduk lemas. Semua tenaga dan pikirannya rasanya sudah habis terkuras hari ini. 

Dita kembali masuk ke kamarnya dan mendapati suaminya duduk di kasur, sibuk memainkan ponselnya. 

“Mas…” panggil Dita lemah. 

“Apalagi si? Kamu jangan tidur di sini! Sofa aja sana! Aku gak mau sekamar sama kamu!” Dita menggelengkan kepalanya. 

“Mas, apa tidak ada rasa bersalah sedikitpun, setelah kamu berselingkuh dengan wanita lain?” 

“Cih! Buat apa aku menyesal? Jelas Liza lebih cantik, pintar, punya masa depan! Bukan yang tiap hari bau dapur kayak kamu.” 

“Tapi, aku mencoba menjadi istri yang baik untuk kamu mas.”

“Banyak omong kamu Dita! Sejak kapan, kamu berani membantah omonganku! Istri itu harus tunduk dengan suaminya!” Sebuah tamparan melayang ke pipi Dita. Dita duduk tersungkur. 

“Pergi kamu dari rumah ini! Buat apa lagi kamu bertahan di rumah ini?? Tidak ada gunanya!”

“Mas… Jangan seperti ini..” Rizal memasukan baju secara kasar ke dalam tas dan menarik Dita kasar keluar rumah. Rizal melemparkan tas Dita keluar dan mendorong kasar tubuh Dita. 

“Jangan pernah kembali ke rumah ini!” 

“Kamu di sini cuma jadi benalu!” tambah bu Salim dan menutup pintu kayu dengan kasar. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status