Share

Bab 5

Author: Nikki
Ketika Carissa memasuki toko gaun pengantin, Adeline sedang duduk di sofa sambil melihat album pernikahan. Wajahnya terlihat tenang dan anggun. Setelah memandang ke sekeliling dan tidak menemukan Kaivan, dia mengerutkan kening dan bertanya sambil melangkah maju, "Di mana Kaivan?"

"Sudah pergi."

Mendengar ini, mata Carissa berkilat dengan rasa tidak puas. "Dia tinggalkan kamu di sini dengan begitu saja?"

Adeline menunduk, jari-jarinya tanpa sadar menyentuh gaun pengantin di album. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Melihatnya seperti ini, Carissa merasa marah, tetapi juga sedih. Dia akhirnya mengganti topik pembicaraan. "Gimana gaun pengantinnya?"

"Puas banget! Aku juga memotretnya."

"Coba kulihat."

Saat melihat foto-foto itu, Carissa pun terpukau. "Ini cakep banget! Selain itu, desainnya juga cocok sekali sama kamu. Waktu aku menikah nanti, kamu juga harus desainkan gaun pengantin untukku!"

Adeline tersenyum dan menjawab, "Oke."

"Ckck!"

Carissa memperbesar foto-foto itu dan mengaguminya sambil berkata, "Si brengsek Kaivan itu sungguh beruntung. Aku nggak tahu kebaikan apa yang sudah dia lakukan di kehidupan lampau sampai bisa menikahi istri secantik kamu."

Senyum Adeline berubah getir. Sebenarnya, Kaivan tidak ingin menikahinya, tetapi dia bersikeras mau menikahi Kaivan.

Menyadari hari ini Adeline lebih pendiam daripada biasanya, Carissa mengerutkan kening. Dia meletakkan ponsel dan menatapnya. "Kamu dan Kaivan bertengkar lagi?"

Adeline tidak ingin Carissa khawatir, jadi dia menggeleng. "Nggak, aku cuma agak capek setelah coba gaun pengantin."

"Ini baru permulaan. Di hari pernikahan, kamu harus ganti beberapa set pakaian dan bersulang sama orang-orang .... Ngomong-ngomong, kamu bakal undang anggota Keluarga Thomas?"

Mendengar kata "Keluarga Thomas", tangan Adeline mengepal tanpa sadar. "Aku belum memutuskannya."

"Lupakan saja, jangan bahas ini lagi. Lagian, undangannya belum dikirim. Kamu bisa pertimbangkan lagi."

Adeline mengiakan dengan pelan. Dia tidak yakin lagi apakah pernikahannya bisa digelar sesuai jadwal. Setelah kejadian hari ini, dia sepertinya ... tidak begitu ingin menikahi Kaivan lagi.

Setelah mencoba gaun pengiring pengantin dan bersiap untuk pergi, Carissa baru mendapati kaki Adeline bengkak. "Apa yang sudah terjadi?"

"Aku terkilir waktu pakai sepatu hak tinggi."

Carissa mengerutkan kening. "Bengkaknya agak parah. Ayo kubawa kamu ke rumah sakit."

Adeline menggeleng. "Nggak usah, aku nggak semanja itu. Habis pulang, aku akan semprot obat, lalu istirahat beberapa hari. Nanti dia juga akan sembuh sendiri."

"Kok sekarang kamu jadi begitu cuek sama dirimu sendiri? Waktu kuliah, kamu bahkan harus dibujuk Kaivan setengah mati untuk disuntik. Itu baru namanya manja!"

Adeline tertegun, lalu tersenyum pahit. Saat kuliah, dia memang lumayan manja. Namun, itu karena Kaivan menyukainya dan bersedia memanjakannya. Kini, semua perhatian dan kasih sayang Kaivan telah diberikan kepada wanita lain. Jika dia bersikap seperti dulu, Kaivan akan menganggapnya sebagai wanita penuh drama.

Dalam perjalanan mengantar Adeline pulang, Carissa membeli obat anti bengkak di apotek. Dia juga tidak lupa berpesan pada Adeline untuk menyemprotkan obat secara rutin sebelum pergi.

Setelah hanya tinggal Adeline sendiri di ruang tamu, kejadian di toko gaun pengantin tadi kembali terlintas di benaknya. Tatapannya pun berangsur-angsur meredup.

Sejak perpisahan yang tidak menyenangkan di toko gaun pengantin, Kaivan tidak pernah pulang. Adeline juga tidak meneleponnya seperti orang gila atau mengirim pesan di LINE seperti sebelumnya. Keduanya menunggu pihak lain untuk terlebih dahulu mengalah.

Pada hari ke-10 perang dingin ini, Adeline membuang sebuah perhiasan lagi. Kali ini, dia sepertinya tidak begitu sedih. Jika dia bisa bertahan sampai benar-benar kecewa dan memutuskan untuk pergi, itu juga lumayan baik. Sebab, dia benar-benar tidak ingin lagi merasakan perasaan menaruh ekspektasi, lalu dikecewakan sekali demi sekali.

Sore harinya, Carissa datang menemui Adeline setelah menyelesaikan pekerjaannya.

"Bagaimana persiapan pernikahanmu? Ada yang bisa kubantu? Tinggal sebulan lagi sampai pernikahan kalian, kenapa undangannya belum dikirim? Kaivan juga sepertinya nggak ada pergerakan?"

Meskipun Carissa tidak optimistis mengenai hubungan mereka, Adeline tetap adalah sahabatnya. Berhubung Adeline bersikeras menikahi Kaivan, dia harus merestuinya.

Adeline mengerutkan bibirnya, lalu menunduk dan bertanya, "Mungkin pernikahannya perlu ditunda?"

"Ditunda?" Suara Carissa tiba-tiba meninggi dan ekspresinya menjadi muram. "Kaivan berubah pikiran?"

"Nggak, tapi kami bertengkar lagi belakangan ini."

"Apa pertengkarannya serius?"

Berdasarkan toleransi Adeline terhadap Kaivan, jika itu hanya pertengkaran kecil, itu seharusnya tidak cukup serius untuk menunda pernikahan.

"Termasuk serius."

Carissa pun menghela napas. Ketika hendak berbicara, dia tiba-tiba menemukan gelang giok di tempat sampah dan membelalak dengan tidak percaya.

"Apa yang kamu dan Kaivan ributkan sampai kamu rela membuang gelang giok ini? Seingatku, dia sudah berusaha keras untuk dapatkan gelang giok ini."

Ada sebuah periode di mana Adeline sakit-sakitan dan selalu tidak bisa tidur nyenyak di malam hari. Dia sudah memeriksakan diri ke rumah sakit, tetapi tidak menemukan apa pun.

Kaivan merasa sangat cemas. Entah siapa yang memberitahunya bahwa dia bisa pergi ke kuil untuk mendapatkan sebuah gelang giok yang dapat meningkatkan kualitas tidur setelah dipakai. Dia pun meninggalkan pekerjaannya dan pergi ke sebuah kuil terkenal di dalam negeri untuk mendapatkan gelang giok ini.

Setelahnya, Adeline memakainya selama lebih dari setahun dan melindunginya dengan sangat baik. Dia bahkan tidak mengizinkan Carissa menyentuhnya. Tak disangka, dia malah membuang gelang ini sekarang.

Adeline menunduk dan melirik gelang itu tanpa ekspresi. "Nggak apa-apa. Soal pernikahan, aku akan kasih tahu kamu kalau waktunya sudah ditentukan."

Melihat ekspresinya yang agak muram, Carissa tidak lanjut bertanya lagi. Dia menghela napas, lalu berdiri dan berkata, "Baiklah, aku juga nggak ada urusan lain. Kalau kamu butuh bantuanku, hubungi aku kapan saja."

"Oke."

...

Tiga hari kemudian, Adeline sedang menyiapkan makan malam ketika tiba-tiba menerima telepon dari seorang rekan kerja.

"Bu Adeline, temanmu dan sekretaris tunanganmu lagi bertengkar di sebuah restoran!"

Tiba-tiba, jarinya terasa sakit. Adeline pun menunduk dan mendapati tangannya sudah teriris. Darah mengucur dari jari telunjuknya.

Adeline segera menanyakan alamatnya, lalu menangani lukanya secara asal dan bergegas pergi ke restoran itu. Begitu tiba di sana, dia bertemu Kaivan di depan pintu.

Kaivan masuk ke restoran dengan raut wajah dingin dan tatapan datar, seolah-olah orang di depannya hanyalah orang asing. Adeline menarik napas dalam-dalam dan mengikutinya masuk.

Carissa duduk di dekat jendela dengan tangan terlipat dan tersenyum sinis. Sementara itu, Lesya duduk di hadapannya dengan tampang menyedihkan dan mata yang terlihat merah.

Di sebelah Lesya, duduk seorang gadis seusianya yang sedang berbisik dengan Lesya. Dia juga sesekali memelototi Carissa.

Kaivan terlebih dahulu tiba di meja makan. Begitu melihatnya, Lesya langsung melemparkan diri ke pelukannya dan terisak pelan.

"Pak ... Pak Kaivan, tadi aku dan Tania lagi makan malam. Bu Carissa tiba-tiba menghampiriku dan menamparku dua kali ...."

Mata Kaivan yang penuh amarah tertuju pada Carissa. Dia menekankan kata-katanya. "Aku minta penjelasan."

Carissa merentangkan tangannya dan menatap Kaivan dengan ekspresi mengejek. "Aku juga mau kamu jelaskan, kenapa kamu bawa kekasih gelapmu waktu pergi coba gaun pengantin dengan tunanganmu?"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jatuh Bangun sang Pengacara Cantik   Bab 160

    Shinta dan Delon telah mencoba membujuk Christian berkali-kali, tetapi dia menolak untuk kembali dan mewarisi Grup Thomas. Delon merasa marah, tetapi juga tidak berdaya. Dia tidak mungkin mengikat putranya pulang secara paksa."Aku akan berikan kompensasi lain untuk Christian. Pokoknya, kamu harus erahkan gedung perkantoran itu kepada Adeline. Kalau nggak, jangan akui aku lagi sebagai ibumu!"Tanpa memberi Delon kesempatan untuk bicara, Anita langsung menutup telepon.Delon meletakkan ponselnya, lalu berpikir lama. Pada akhirnya, dia memutuskan untuk mematuhi ucapan Anita. Salah satu alasannya adalah karena Anita masih memegang saham terbesar di Grup Thomas. Alasan lainnya adalah, kelak Grup Thomas ingin menjalin kerja sama yang lebih mendalam dengan Nusa Tech. Dengan memberi Adeline sedikit keuntungan sekarang, dia juga bisa menyuruh Adeline bernegosiasi dengan Kaivan demi Keluarga Thomas nantinya.Hanya saja, ketika membayangkan dirinya harus memberi Adeline gedung bagus yang lokasi

  • Jatuh Bangun sang Pengacara Cantik   Bab 159

    Lesya menggigil tanpa sadar dan menatap Kaivan dengan takut."Pak Kaivan, aku mengerti ...."Lesya mengulurkan tangan untuk menyentuh perutnya. Dia belum bisa memberi tahu Kaivan mengenai kehamilannya. Jika tidak, dinilai dari kepribadian Kaivan, Kaivan pasti akan memintanya untuk menggugurkan kandungannya.Lesya harus menunggu sampai aborsi tidak dapat dilakukan lagi atau bayinya lahir. Setelahnya, dia baru bisa memberi tahu Kaivan. Memikirkan hal ini, dia pun memutuskan untuk tidak berulah dulu untuk sementara.Melihat wajah Lesya yang memucat, hati Kaivan pun melunak. Setelah beberapa saat, dia berkata, "Pergilah."Lesya mengangguk, lalu berbalik dengan mata berlinang air mata. Saat dia sampai di pintu, suara Kaivan tiba-tiba terdengar dari belakangnya."Kalau kamu mau cari pekerjaan baru, aku bisa suruh orang untuk membantumu. Tapi, aku harap kamu ingat bahwa hubungan kita sudah berakhir."Lesya membeku dan menjawab, "Pak Kaivan, nggak usah. Aku bisa cari pekerjaan sendiri. Aku ngg

  • Jatuh Bangun sang Pengacara Cantik   Bab 158

    Anita menepuk punggung Adeline dan berkata dengan lembut, "Kamu sudah begitu besar, tapi masih saja bersikap manja!""Sampai seberapa besar pun aku, aku selamanya adalah cucu Nenek. Di depan Nenek, aku tetap adalah anak kecil.""Benar juga."Winda tak kuasa menahan senyum ketika melihat keharmonisan nenek dan cucu itu. Sejak Adeline pindah ke rumah tua, Anita lebih sering tersenyum daripada biasanya. Sangat jelas bahwa Anita sangat menyayangi cucunya itu.Pada saat ini, di kantor presdir Nusa Tech. Joel mengetuk pintu dan masuk dengan memegang sebuah dokumen. "Pak Kaivan, akhir-akhir ini, Bu Adeline lagi cari tempat dan sepertinya berencana untuk sewa unit kantor. Tapi ...."Kaivan yang sedang menandatangani dokumen berhenti sejenak dan menatap Joel. "Tapi apa?""Orang-orang kita temukan bahwa Lesya pergi temui manajernya agen properti yang dicari Bu Adeline dengan pakai namamu."Setelah mendengar ucapan itu, tatapan Kaivan langsung berubah dingin. "Hubungi dia sekarang juga dan suruh

  • Jatuh Bangun sang Pengacara Cantik   Bab 157

    Melihat pesan dari agen tersebut, mata Adeline agak melebar dengan sedikit tidak percaya. [ Cuma dalam semalam, semuanya sudah disewa? ]Jika hanya satu atau dua yang disewa, Adeline masih percaya. Namun, berhubung semuanya sudah disewa, itu justru terasa agak aneh.Setelah jeda panjang, agen itu akhirnya baru membalas lagi.[ Benar, semuanya sudah disewa. Selain itu, belakangan ini, di tempatku seharusnya nggak akan ada lagi unit kantor yang tersedia. Bu Adeline, sebaiknya kamu cari agen lain saja. ] Menyadari sikap pihak lain yang terasa lebih dingin daripada kemarin, Adeline mengerutkan kening. Dia merasa ada yang tidak beres, tetapi tidak bisa menjelaskannya. Namun, ada banyak agen properti di luar sana. Berhubung agen yang satu ini tidak dapat membantunya, dia hanya perlu mencari agen yang lain.Adeline mentransferkan 1,6 juta kepadanya dan mengirim pesan.[ Terima kasih sudah bantu aku cari apartemen selama beberapa hari terakhir. Ini tanda terima kasih kecil dariku. Aku harap

  • Jatuh Bangun sang Pengacara Cantik   Bab 156

    Melihat Anita bangkit dan hendak pergi, Shinta segera berdiri dan ingin berdiskusi lagi dengannya. Namun, dia malah dihentikan oleh Winda."Nyonya Shinta, sebaiknya kalian pulang saja. Nyonya Anita perlu istirahat."Ekspresi Shinta langsung muram, tetapi dia tidak berani mengatakan apa pun kepada Winda. Bagaimanapun juga, Winda telah bekerja untuk Anita selama 30-40 tahun. Ucapannya sangat berpengaruh bagi Anita. Menyinggung Winda tidak ada gunanya bagi Shinta.Shinta menoleh ke arah Amanda dan berkata, "Amanda, ayo kita pulang!"Amanda mengangguk dan mengikuti Shinta keluar.Setelah masuk ke mobil, Shinta berseru marah, "Itu cuma Vila Harmoni kok! Apa hebatnya! Setiap kali datang menemuinya, aku harus menunduk padanya! Aku sudah muak dengan semua ini!"Mata Amanda bergetar sejenak. Kemudian, dia menunduk dan berujar, "Ibu, maaf. Kalau bukan karena aku, hari ini kamu juga nggak perlu datang ke rumah tua dan dibuat kesal sama Nenek."Melihat rasa bersalah dan sedih di wajah Amanda, Shin

  • Jatuh Bangun sang Pengacara Cantik   Bab 155

    "Bu Shinta, selama kamu nggak cari masalah denganku, aku nggak punya keluhan atau pendapat tentangmu."Shinta mencibir. Ekspresinya dipenuhi rasa benci dan kesal."Keluhanmu terhadapku seharusnya nggak akan ada habisnya meski diceritakan selama tiga hari tiga malam, 'kan? Lagian, Amanda juga nggak salah. Meninggalkan Keluarga Thomas itu pilihanmu sendiri. Jangan bersikap seolah-olah orang lain yang bersalah padamu!"Adeline menatap mata Shinta dan merasa agak geli. Shinta masih sama persis seperti beberapa tahun yang lalu, selalu menuduhnya dengan tuduhan palsu tanpa peduli pada kebenarannya."Bu Shinta, aku nggak pernah nyesal karena meninggalkan Keluarga Thomas. Aku juga nggak merasa ada yang bersalah padaku. Kuharap kamu jangan asal berasumsi tentang pemikiranku."Sebagian alasan Adeline memutuskan hubungan dengan Keluarga Thomas memang karena Kaivan. Namun, sebagiannya lagi karena dia benar-benar sudah kecewa dengan anggota Keluarga Thomas."Oke! Aku mau tahu kamu bisa keras kepala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status