Theresia terbangun dari mimpinya. Dia membuka matanya, lalu menatap Morgan dengan linglung.Morgan mengusap wajahnya. “Jangan tidur lagi. Ada yang cari kamu!”“Emm!” balas Theresia, lalu menunduk untuk membenamkan kepalanya di dalam pelukan Morgan. Setelah itu, dia baru duduk di tempat. Saat melihat bayangan di luar pintu, dia merapikan pakaiannya, lalu berjalan ke sisi meja kerja.“Masuk!” Ingga mendorong pintu dengan hati-hati. Dia melihat Morgan sekilas, baru berjalan ke sisi Theresia dengan ragu. “Bos, tadi ada telepon dari Perusahaan Victory. Katanya mau bahas soal kerja sama dengan kita.”Theresia telah memblokir nomor kontak Mateo. Dia tidak bisa menghubungi Theresia lagi, makanya dia menyuruh bawahannya untuk mencari Ingga.Ingga tidak tahu konflik di antara bosnya dengan Mateo, hanya saja dia pernah mendengar nama Mateo sebelumnya. Dia merasa Mateo memiliki niat buruk.Theresia telah sadar. Ekspresinya kelihatan dingin. “Beri tahu mereka, masalah kerja sama sudah dibatalkan. S
Semalam, Gosin bisa memberanikan dirinya murni karena efek alkohol. Subuh hari tadi, dia dan Mateo mencampakkan Molly sendirian di Altena. Mereka berdua telah melarikan diri. Setelah kesadarannya kembali, Gosin mulai merasa takut. Gosin bahkan tidak pergi bekerja, melainkan pergi ke perusahaan Mateo untuk berdiskusi. “Apa Molly akan balas dendam sama aku?”Keluarga Amara memang bukan tergolong keluarga konglomerat di Kota Jembara, tetapi mereka sanggup untuk menghadapi seorang karyawan biasa.Mateo tidak memedulikannya. “Tenang saja, ada aku yang melindungimu. Molly tidak berani melakukan apa-apa terhadapmu!”Gosin merasa agak tenang. “Dua hari ini aku cuti. Aku tidak pergi bekerja dulu. Aku akan tinggal bersama Kak Mateo selama dua hari ini.”Mateo mentertawakannya. “Lihat sosok pengecutmu!”Gosin tersenyum. “Dari dulu, Molly itu galak sekali. Aku benar-benar takut dia akan cari aku di perusahaan!”“Dia tidak berani. Dia sendiri juga ikut serta dalam masalah ini. Dia cuma bisa bungka
Raut wajah Molly berubah pucat. “Apa dia suka sama kamu? Dia cuma suka sama uangmu. Kamu lagi hidupi dia, jangan kira aku nggak tahu!”Theresia tersenyum. “Kamu merasa kamu sangat mencintai Morgan, tapi kamu malah nggak memahaminya sama sekali!”Molly menjerit dengan tidak terima, “Memangnya kamu memahaminya? Kamu baru kenal berapa lama sama dia? Aku sudah kenal dia hampir sepuluh tahun!”Theresia menatap Molly. Tiba-tiba dia bertanya, “Molly, kapan kamu bertemu dengan Morgan?”Molly terbengong sejenak. Dia menyipitkan matanya. “Ngapain kamu tanya masalah ini?”“Seharusnya kamu kenal Morgan pada umur 20 tahun.” Theresia mendekat beberapa langkah. Wajah indahnya kelihatan sangat kontras ketika dibandingkan dengan wajah Molly yang berantakan itu. “Apa kamu tahu kenapa dia nggak suka sama kamu?”Molly tersenyum sinis. “Karena seleranya buruk!”“Bukan, karena saat itu, aku sudah ada di dalam hidupnya.” Tatapan Theresia kelihatan arogan. “Meskipun bukan soal urutan, coba kamu lihat dirimu s
Theresia mengangkat kepalanya melihat ke sisi pria itu. Wajah menggodanya telah memerah akibat efek alkohol. Dia semakin menawan saja. “Pantas saja Molly akan begitu terpikat sama kamu. Seandainya aku mendengar suara nyanyianmu dari dulu, bisa jadi aku juga akan luluh.”Morgan menatapnya dengan datar. “Tidurlah!”Theresia setengah mabuk. “Apa aku boleh minta satu permintaan lagi?”“Apa?”“Aku benar-benar mabuk, nggak bisa berdiri lagi!”Morgan membawa pergi gelas anggur di tangan Theresia, lalu menggendongnya membawanya ke kamar.…Malam harinya, Theresia mengatakan ingin berterima kasih kepada Morgan lantaran telah bernyanyi untuknya. Dia pun mempertunjukkan rasa “hormatnya” terhadap Morgan. Saat bangun, dia sudah kesiangan. Hanya saja, dia tetap mempersiapkan sarapan setelah membasuh dirinya.Saat makan, Morgan bertanya, “Apa kepalamu sakit?”Theresia mengangkat pundaknya. “Sedikit!”“Lain kali jangan minum sebanyak itu!” pesan Morgan.Theresia tersenyum. “Kamu khawatirin kondisi tub
Saat sedang perjalanan pulang ke apartemen, Theresia melihat ke luar jendela mobil. Tatapannya ketika melihat pemandangan malam terasa dingin. Ingin menaruh obat di dalam minuman?Meski diawasi oleh belasan orang, Theresia tetap bisa menukar gelas tanpa ketahuan. Apa intrik Mateo itu bisa melawannya? Sebelumnya ada yang mengatakannya tidak pintar, dia sungguh merasa tidak puas!Morgan menatap ekspresi Theresia yang terus berubah, lalu mengangkat tangannya untuk mengusap kening Theresia. “Kamu mabuk lagi?”Theresia bersandar di lengan Morgan, lalu mengangkat kepalanya sembari tersenyum lembut. “Iya, nanti kalau aku melakukan atau mengatakan sesuatu yang keterlaluan, kamu anggap aku lagi mabuk saja. Jangan perhitungan sama aku!”Morgan meliriknya sekilas. “Kamu bicaranya seolah-olah biasanya aku bersikap tegas sama kamu!”Theresia mendengus dingin. “Kamu nggak tahu betapa aku takut sama kamu!”Morgan tersenyum datar. “Gimana dengan sekarang?”Theresia bersandar di bangku dengan tatapan m
“Kalau lagi bercanda, tentu saja aku nggak usah anggap serius!” Theresia mengangkat gelas alkohol, lalu menyesap sedikit. “Hanya saja, aku harap kelak Tuan Mateo jangan ungkit candaan ini lagi.”“Gampang!” Mateo melihat Theresia meminum alkohol dengan gembira. “Perusahaanku masih mau bekerja sama dengan Nona Theresia. Jadi, hubungan kita tidak mungkin jadi tegang.”Mateo kembali mengangkat gelasnya. “Nona Theresia, semoga kerja sama kita menyenangkan!”Theresia menyesap alkoholnya, lalu berkata dengan tersenyum lembut nan dingin, “Apa Tuan Mateo tidak pergi bernyanyi?”“Biarkan Gosin saja yang nyanyi. Kita berdua ngobrol sebentar.” Mateo mendekatinya lagi. Dia sedang menghitung waktu dalam hati sembari mengamati reaksi Theresia.Biasanya hanya butuh tiga menit saja, sekujur tubuhnya akan terasa lemas, tetapi tidak akan kehilangan kesadaran. Jika jatuh pingsan, malah terasa tidak seru.Namun, setelah Gosin menyelesaikan dua lagu, Theresia masih tidak bereaksi. Mateo diam-diam merasa gel