Share

Bab 2

Author: King
Rona merah menjalar di pipiku, seluruh tubuhku terasa lunglai.

Pada saat itulah, seorang pemuda bertubuh atletis tiba-tiba mendongak. Dia menyadari keberadaanku!

Tatapannya berubah terkejut, jakunnya naik-turun saat dia menelan ludah berkali-kali.

Aku ketahuan!

Saat berpapasan dengannya, aku pura-pura tidak tahu dan sengaja menarik kerah mantelku lebih lebar, menikmati tatapannya yang terpaku.

Wajahku terasa panas membara, bahkan aku seolah bisa mendengar deru napasnya yang memberat.

Eskalator tidak berhenti dan dalam sekejap kami pun terpisah.

Aku membayangkan tubuh kekarnya. Gairahku memuncak dan sekali lagi kunaikkan level getarannya.

Sshh ....

Eskalator sampai di lantai bawah, aku mematikan alat itu sejenak.

Dengan kaki yang masih lemas, aku melangkah menuju gerbong.

Rangsangan kali ini benar-benar tidak terduga.

Namun, ini belum cukup, masih jauh dari cukup. Aku menginginkan sesuatu yang lebih ekstrem.

Aku begitu terobsesi dengan perasaan ini, hingga sengaja memilih gerbong yang paling penuh sesak.

Saat ini adalah puncak jam sibuk sore hari, bagian dalam gerbong sudah penuh sesak oleh lautan manusia.

Begitu masuk, aku langsung dikepung oleh lautan manusia dari segala sisi. Kakiku bahkan tidak perlu tenaga untuk berdiri tegak karena terimpit di antara mereka.

Yang membuatku semakin bergairah adalah orang-orang di sekelilingku semuanya laki-laki. Aroma parfum pria bercampur dengan sabun dan keringat menyeruak masuk ke indra penciumanku.

Terutama pria yang berdiri tepat di depanku. Dadaku menempel erat pada dadanya, hingga aku bisa merasakan otot dadanya yang padat.

Sensasi kokoh itu membuatku tak bisa menahan diri dan mencuri pandang, secara tidak sadar merapat lebih dekat padanya.

Aku menikmati perasaan dikelilingi oleh pria seperti ini, membayangkan tangan-tangan kasar mereka meraba tubuhku.

Penyimpangan ini muncul sejak aku memergoki pacar pertamaku bersetubuh dengan wanita lain di ranjang.

Selama beberapa tahun bekerja, aku tidak punya energi untuk berkencan lagi. Namun, kehampaan di hatiku justru semakin kuat. Hasrat tubuhku terasa seperti ribuan serangga yang menggerogoti akal sehatku.

Aku tidak tahan dengan kehampaan yang menyiksa ini.

Suara pengumuman kereta akan berangkat terdengar. Aku memanfaatkan momentum itu untuk menyalakan kembali si "kecil merah jambu".

Begitu kereta mulai bergerak, pria-pria di sekitarku terhuyung ke depan karena gaya inersia.

Tubuh mereka bergesekan kasar dengan tubuhku melalui lapisan pakaian. Bersamaan dengan sensasi di antara kakiku, rasa nikmat itu meresap hingga ke tulang.

Aku tak kuasa menahan rintihan kecilku dan tubuhku gemetar hebat.

Namun, gaya dorong itu hilang dalam sekejap. Aku kembali terjerumus dalam kehampaan yang tak berujung.

Seluruh tubuhku terasa gatal dan haus. Tak pernah sekalipun aku mendambakan belaian kasar seorang pria seperti saat ini.

Suara pengumuman stasiun sesekali terdengar, meredam suara getaran halus dari bawah sana.

Kurang. Benar-benar masih kurang.

Aku menggertakkan gigi dan menaikkan level getaran hingga maksimal. Pada saat itu, bagian sensitifku terasa mati rasa saking kuatnya rangsangan itu. Namun, ada secercah kebahagiaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Level ini belum pernah kucoba sebelumnya. Kuat sekali!

Aku mati-matian merapatkan kaki, berusaha menutupi suara asing itu.

Jika di kereta bawah tanah ini, ada yang tahu aku keluar tanpa pakaian dalam sambil memainkan sendiri, aku mungkin harus angkat kaki dari kota ini selamanya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jebakan Manis   Bab 13

    Setelah meninggalkan rumah sakit, aku segera melapor polisi. Aku mengajak polisi pulang ke rumahku dan menunggu Liam di sana dengan ponsel dalam keadaan mati.Karena tidak bisa menghubungiku, Liam akhirnya pulang sendiri. Begitu masuk ke rumah, dia langsung lemas melihat polisi yang duduk di ruang tamu. Liam sempat mencoba kabur, tetapi polisi segera melumpuhkannya di lantai."Periksa ponselnya! Riwayat obrolan dengan ayahnya, ada bukti di sana!" teriakku sambil menangis, merasa sangat sakit hati.Polisi membuka paksa ponselnya untuk penyelidikan. Benar saja, di dalamnya penuh dengan foto-fotoku. Segala macam foto, mulai dari hari di kereta saat aku mengenakan mantel, foto sehari-hari, hingga foto-foto pribadiku yang diambil diam-diam.Dia mengirimkan semuanya kepada ayahnya! Manusia sampah ini sudah mengincarku sejak hari pertama di kereta bawah tanah itu!Mengetahui kenyataan ini, pertahananku runtuh. Aku terduduk di lantai dan menangis sejadi-jadinya karena putus asa. Beruntung a

  • Jebakan Manis   Bab 12

    Suara percakapan dari luar pintu masih berlanjut."Anakku, seleramu memang bagus. Aku sangat puas dengan wanita ini.""Di foto-foto yang kamu kirimkan, pantatnya cukup besar. Sekali lihat saja, aku tahu dia subur. Mumpung aku masih cukup muda, segera buat dia mengandung benihku!"Itu suara ayah Liam. Aku hampir tidak mempercayai telingaku sendiri. Rasa dingin menjalar di sekujur tubuhku.Foto apa? Mengandung benih ayahnya?"Ayah, itu sama sekali nggak ada masalah. Toleransi alkoholnya buruk, tadi di tehnya sudah kumasukkan obat. Begitu dia tidur terlelap nanti, Ayah bisa masuk. Dia nggak akan menyadarinya sama sekali.""Dulu saat perjamuan kantor, aku juga mengandalkan obat ini untuk menidurinya. Kalau nggak, dia mungkin nggak akan mau jadi pacarku."Nada bicara Liam terdengar bangga, membuat darahku terasa membeku. Apa maksudnya ... dia membiusku? Bukan hanya kali ini, tapi juga malam saat dia mengantarku pulang waktu itu! Minuman pereda mabuk itu!Tapi kenapa?"Ah, kamu sudah beker

  • Jebakan Manis   Bab 11

    Berkat dorongan dari Liam, aku akhirnya mengumpulkan keberanian untuk melangkah masuk."Halo, Paman. Aku adalah pacar Liam, namaku Sonia Karla.""Saya tidak tahu apa yang Paman sukai, jadi saya bawakan beberapa suplemen kesehatan. Semoga Paman suka."Begitu masuk, aku melihat ayah Liam sedang duduk di halaman. Melihat kedatanganku, pria itu segera tersenyum lebar. Dia bergegas menghampiriku dan mengambil suplemen dari tanganku, lalu meletakkannya begitu saja tanpa melihatnya sedikit pun.Sebaliknya, perhatian ayahnya sepenuhnya tertuju padaku. Dia tak henti-hentinya bertanya apakah aku lelah di perjalanan atau apakah aku lapar. Aku membalas semua pertanyaannya dengan senyuman dan hatiku pun merasa lega. Liam tidak berbohong. Ayahnya bukan orang yang sulit kuhadapi seperti yang kubayangkan, melainkan sosok orang tua yang sangat ramah dan baik hati.Sepanjang sore itu, hubungan kami sangat harmonis. Saat waktu makan malam tiba, ayahnya bahkan memasak dan memenuhi meja dengan hidangan

  • Jebakan Manis   Bab 10

    Hanya saja, setelah itu kepalaku terasa semakin berat. Rasa peningnya mulai menyiksa hingga aku mau tak mau bertanya pada Liam, "Jus pereda mabukmu sepertinya nggak mempan, kepalaku malah makin pusing.""Haha, mungkin label 'pereda mabuk' itu cuma taktik dagang saja. Nggak apa-apa, sebentar lagi sampai rumah, tahan sedikit ya."Dalam ingatanku, itulah kalimat terakhir yang kudengar darinya. Setelah itu, aku benar-benar kehilangan kesadaran. Aku bahkan tidak tahu bagaimana aku sampai di rumah, naik ke lantai atas, hingga membuka pintu.Tengah malam, aku bermimpi. Aku kembali ke kereta bawah tanah itu. Liam mengimpitku, dengan liar mempermainkan area sensitifku dan meremas dadaku. Namun kali ini, saat aku ingin menghentikan Liam, dia seolah sudah menduganya dan langsung mencengkeram kedua tanganku. Lalu dengan kasar dia menerobos masuk ke dalam.Anehnya, orang-orang lain di dalam mimpi itu seolah tidak mendengar maupun melihat. Bahkan saat aku sudah benar-benar kehilangan kendali dan b

  • Jebakan Manis   Bab 9

    Saat aku sampai di tempat acara, perjamuan baru saja dimulai. Aku duduk di kursiku dan diam-diam menyalakan si "kecil merah jambu". Sensasi yang sudah lama kurindukan segera menyambar ke seluruh tubuhku seperti aliran listrik."Kenapa kamu baru datang?"Aku menoleh dan baru menyadari bahwa Liam duduk tepat di sampingku. Dalam sekejap, aku seolah menemukan kembali perasaan nikmat yang meresap hingga ke tulang seperti di kereta waktu itu.Dalam hati, aku merasa sangat bergairah dan bisa merasakan area sensitifku mulai basah kuyup. Untungnya kali ini, selama acara berlangsung tidak ada yang menyadari keanehanku. Di sela-sela bersulang dan minum, aku diam-diam 'menghadiahi' diriku sendiri beberapa kali.Setelah makan malam selesai, seseorang mengusulkan untuk pergi ke tempat karaoke untuk bersantai, dan bos kami setuju. Aku membayangkan suasana tempat karaoke yang remang-remang dan bising. Hatiku kembali berdebar penuh antisipasi, sedangkan tubuhku terus merasa lemas karena rangsangan.

  • Jebakan Manis   Bab 8

    Aku benar-benar pusing. Saat ini, aku sama sekali tidak ingin berhubungan lagi dengan pria brengsek ini. Apa aku harus punya pacar dulu baru bisa menyingkirkannya?Tepat di saat aku bingung, Liam melangkah keluar dari kantor. Dia menatapku, lalu menatap pria itu."Sayang, jangan salah paham. Dia hanya mantan pacarku. Kami sudah bertahun-tahun nggak berkomunikasi. Tapi tiba-tiba, hari ini dia datang menggangguku!"Melihat Liam, aku merasa menemukan penyelamat. Aku langsung menghampirinya, merangkul lengannya, dan berakting seperti sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta.Bersamaan dengan itu, aku memberi kode mata pada Liam agar dia mau bekerja sama denganku.Liam mengerti maksudku. Dengan sangat natural, dia mengusap kepalaku dan tersenyum lembut. Dia berkata, "Sayang, tentu saja aku percaya padamu."Taktik ini ternyata manjur. Wajah mantan pacarku berubah drastis melihat pemandangan ini. Dengan nada tak rela, dia bertanya, "Kamu benar-benar sudah punya pacar? Apa kelebihannya di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status