Home / Romansa / Jerat Cinta Sang Taipan / Sang milyuner dan gadis pilihan

Share

Jerat Cinta Sang Taipan
Jerat Cinta Sang Taipan
Author: Memey Yin

Sang milyuner dan gadis pilihan

Author: Memey Yin
last update Last Updated: 2022-01-10 15:04:37

“Setidaknya sampai hari ini kau harus bersyukur karena masih bernapas.”

Begitulah kalimat penyemangat yang dilakukan Alexa pada diri sendiri. Jika bukan dirinya, siapa yang akan peduli?

“Jangan melamun. Lihat! Meja nomor lima ada orang.” Alexa segera menoleh dan mendapati pelanggan sudah duduk di sana dan membuka buku menu.

“Aku ya?” ucap Alexa malas.

“Kau melamun terus. Ada apa?” tanya Emily merangkul bahunya. Salah satu sahabat sekaligus saudara bagi Alexa yang hidup seorang diri.

“Tidak ada. Aku ke depan dulu,” sahut Alexa segera melangkah menuju meja nomor lima. Tangan kirinya memegang buku kecil yang digunakan untuk mencatat pesanan.

“Silakan sebutkan pesanan Anda, Signore,” ucap Alexa yang berdiri dengan kepala menunduk di hadapan pelanggan.

Setelah dua pria tersebut menyebutkan pesanan, Alexa segera berlalu menuju dapur.

Siang ini suasana restoran tak begitu ramai karena ini adalah hari Minggu. Letak restoran ini begitu strategis dan menjadi salah satu restoran yang terkenal di antara yang lainnya.

Alexa tampak tak bersemangat. Tubuhnya terlihat begitu lesu dengan wajah terlihat sayu dan badan yang sedikit panas.

“Hei Alexa! Ada apa denganmu?” Emily kembali bertanya sambil menepuk bahunya.

“Mungkin kelelahan,” sahut Alexa, tersenyum tipis.

Obrolan keduanya terhenti saat pesanan meja nomor lima sudah siap. Karena pesanan mereka cukup banyak, Alexa membawa kereta dorong untuk membawa makanan-makanan tersebut. Saat meletakkannya di atas meja pelanggan, tak sekali pun kepalanya mendongak. Namun wanita itu menyadari, ada mata yang memandang.

“Silakan nikmati makan siang Anda. Saya permisi,” ucap Alexa sebelum berbalik arah. Bahkan sampai langkahnya sudah menjauh, ia merasa ada mata yang mengawasi.

Alexa segera mengenyahkan pikirannya, mungkin itu hanya ketakutan yang berlebih. Tak lama Emily datang dan membawakan segelas air yang langsung diterima.

“Lebih baik kau izin pulang, wajahmu terlihat pucat,” ucap wanita itu penuh perhatian.

“Aku baik-baik saja. Pulang hanya akan membuatku mendapatkan potongan gaji sementara sebentar lagi harus membayar sewa flat,” jawab Alexa pelan, membuang napas kasar.

Diam-diam Alexa terkadang lelah menjalani kehidupan sulit yang setiap saat mendera. Wanita itu harus rela menahan semua keinginan.

“Apa tidak sebaiknya kita merayu seorang jutawan untuk hidup yang lebih layak?” Emily berkata dengan frustrasi.

“Tak ada gunanya merayu seorang jutawan, belum tentu mereka berminat dengan wanita lusuh seperti kita,” sahut Alexa kemudian mendesah pelan. “Kita bukan selera mereka,” lanjutnya lagi sambil mengamati diri sendiri. Bentuk tubuhnya memang bagus—tinggi semampai dengan wajah yang bisa dibilang cantik dengan kulit yang putih bersih. Setidaknya itu menjadi dua aset berharga yang dimiliki.

Emily tertawa mendengar jawaban sahabatnya yang apa adanya. “Aku masih ada tabungan jika kau membutuhkan,” ucapnya sambil menatap Alexa serius.

Alexa menggelengkan kepala pelan sebelum menjawab, “Aku tidak mau menambah beban utang dulu. Mati membawa utang yang belum lunas itu membuat arwah kita jadi penasaran.”

Emily memukul pelan bahu Alexa. Bicaranya yang asal membuat keduanya sangat cocok satu sama lain. Tak bisa sekali pun keduanya terlibat pembicaraan yang benar-benar serius.

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Alexa dan Emily sudah bersiap pulang dengan berjalan kaki, hanya membutuhkan waktu sekitar empat puluh lima menit untuk sampai di tempat tinggal mereka. Melewati beberapa pertokoan dan beberapa jembatan yang harus diseberangi sebelum masuk gang-gang kecil.

Sepanjang jalan keduanya terus bicara sampai tidak sadar telah sampai di sebuah gang sempit yang hanya bisa dilewati secara bergantian. Satu-satunya tempat dengan harga sewa paling murah karena lokasi dan bangunannya yang tak begitu terawat.

Begitu sampai Alexa segera mandi dan bergegas meluruskan punggungnya yang lelah.

Dari luar, tempat ini tampak begitu kumuh dan tak terawat, tetapi Alexa berhasil membuatnya menjadi tempat tinggal yang bersih dan nyaman. Memiliki satu ruang tamu kecil, dapur, kamar tidur dan dua kamar mandi, salah satunya terletak di dalam kamar. Semua perabotan yang dimiliki bukan barang mahal, tetapi setidaknya cukup baik karena dia yang tak memiliki banyak uang.

❥❥❥

Seorang pria dengan kacamata hitam baru saja turun dari pesawat. Penampilannya tampak begitu rapi dengan suit mahal berwarna biru tua. Tinggi tubuhnya kurang lebih seratus tujuh puluh lima sentimeter, hidungnya maju ke depan, alis dan rambut berwarna hitam legam dengan warna kulit kecokelatan, nyaris sempurna dan tanpa cacat.

Lucas Alexander, pria itu selalu menyebut dirinya tanpa nama belakang keluarga.

Sepanjang langkah, sosok pria tersebut tak lepas menarik perhatian.

“Baron, selama di sini aku tak ingin ada pengawal di sekelilingku,” ucap Lucas penuh penekanan.

“Tapi —” Pria yang disebut namanya menunjukkan wajah menolak, tetapi belum sempat mengatakan apa pun, ucapannya sudah disela lebih dulu.

“Tak ada penolakan!”

“Sesuai keinginan Anda,” sahut Baron terlihat pasrah. Segera mengikuti perintah pria di depannya untuk meminta semua pengawal menyingkir.

Di luar sana Robinson terkenal sebagai kerajaan bisnis yang memiliki kekuasaan di segala aspek, tetapi sosok pemimpinnya tak begitu dikenal karena sangat misterius. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa bertemu dengan pria tersebut.

Maserati Quattroporte berwarna hitam mengkilat membawa Lucas segera meninggalkan bandara, melaju membelah jalanan kota Venesia.

“Hotel atau Villa?” tanya Lucas datar.

“Saya sudah meminta kunci hotel, tapi jika Anda keberatan saya bisa minta Villa,” jawab Baron menoleh ke belakang.

“Tidak perlu.”

Mobil yang dikendarai sang sopir berhenti di perhentian terakhir sebuah dermaga besar. Perjalanan harus dilanjutkan dengan sebuah kapal feri, vaporetto atau gondola. Alat transportasi air yang digunakan hampir di seluruh Venesia. Jalanan yang sempit tak memungkinkan mobil bisa lewat, selain transportasi air, berjalan kaki adalah pilihan.

Sepanjang perjalanan dengan kapal feri, Lucas menikmati keindahan yang memanjakan mata. Pemandangan yang diberikan kota air ini adalah kanalnya, apalagi gondola menjadi daya tarik sendiri, tak lupa jembatan-jembatan klasik.

Kota ini selalu terkesan cantik dan sempurna.

Sesampainya di hotel, Lucas segera masuk ke kamar khusus yang telah disediakan. Jika tirai dibuka, maka pemandangan yang dilihat pertama kali adalah lalu lintas air yang lumayan ramai.

Entah mengapa ... Lucas merasakan perasaan yang lain, seperti ada sesuatu yang begitu menarik.

To Be Continue

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jerat Cinta Sang Taipan   Kenikmatan (21+)

    Semenjak kejadian penculikan dan pelecehan yang dialami, Alexa lebih banyak diam. Dia bahkan menjadi pribadi pemurung dan selalu mengurung dirinya di kamar.Mereka sudah pindah ke rumah baru yang dibeli oleh Lucas beberapa waktu yang lalu. Lengkap dengan segala isinya. Pria itu juga telah menyiapkan segala keperluan untuk sang kekasih.Sebenarnya rumah ini adalah kejutan, tetapi semuanya tidak berjalan sesuai rencana gara-gara ulah si brengsek Sergio Semak.Ah, ingin sekali Lucas membunuh pria itu dengan tangannya sendiri saat setiap malam, dia harus melihat sang pujaan hati gelisah dalam tidurnya. Saat peluh membanjiri tubuhnya dengan teriakan tak berdaya yang memilukan.Mendengar itu setiap malam membuat emosinya selalu memuncak. Dia hanya mampu menenangkan dengan pelukan. Saat mata itu kembali terbuka, dia akan berteriak jika didekati oleh seorang pria.Seolah semua pria yang mendekatinya berwajah Sergio Semak.Setiap pukul se

  • Jerat Cinta Sang Taipan   Ditemukan

    Sergio Semak sebenarnya bukanlah pria miskin seperti yang diceritakan pada teman-temannya. Pria itu adalah pemilik cafe, restoran dan juga beberapa hotel yang ada di Venesia. Salah satunya adalah restoran tempat mereka bekerja.Pria berperawakan tinggi dengan garis wajah yang tegas itu cukup tampan. Memilih menyamar menjadi Sergio si pria yatim piatu miskin adalah caranya untuk bisa dekat dengan Alexa, wanita yang pada pertemuan pertama mampu mencuri hatinya.Selama satu tahun dia mencoba mendekati Alexa, tetapi dia harus kalah dengan orang baru yang justru bisa lebih dulu mendapatkannya.Sergio marah. Dia merasa Alexa sama seperti wanita di luar sana yang tergoda dengan uang dan kemewahan. Jika tahu seperti itu, dia tidak akan susah payah menyamar menjadi pria miskin.Sergio menatap Alexa yang kini menatap matanya seolah menantang. Pria itu tersenyum sinis dan kembali mendekat ke arah ranjang. Ditatapnya tubuh wanita yang membuatnya tergila-gila.

  • Jerat Cinta Sang Taipan   Pengakuan Sergio

    Di dalam ruangan kamar yang temaram, seorang wanita terbaring di atas ranjang dengan kedua tangan terikat ke atas. Wajahnya tampak damai, tetapi dingin yang menyapu kulitnya membuat mata dengan bulu mata lentik itu berkedip beberapa kali sebelum akhirnya manik mata berwarna cokelat itu terbuka.Dia tampak bingung.Matanya menjelajahi seisi ruangan. Dia seperti mencoba mengingat sesuatu hingga bisa berakhir di tempat ini.“Brengsek! Sergio sialan!” makinya dengan kaki yang menendang-nendang.Dia mencoba untuk melepaskan tali yang mengikat tangannya. Menggoyangkan dengan kasar supaya simpulan itu bisa terlepas. Namun, justru tangan kecil itu terasa perih dan panas.Wanita itu kembali memejamkan mata sambil berpikir. Sebenarnya dia sekarang ada di mana dan ke mana perginya pria sialan yang telah menculiknya.Saat masih asyik berpikir, pintu terbuka dan sosok wanita yang tadi dilihat sebagai pelayan cafe datang membawa nampan berisi

  • Jerat Cinta Sang Taipan   Diculik

    “Sayang, berhentilah bekerja di restoran. Aku akan bertanggung jawab dan memenuhi semua kebutuhanmu.”“Aku tidak mau mati kebosanan hanya menghabiskan waktu di tempat sempit ini, Luke.”Sejak Alexa menyerahkan diri, Lucas menawarkan banyak keistimewaan padanya. Namun, ditolak dengan banyak alasan.Contohnya beberapa waktu yang lalu saat Lucas memberikan debit card, credits card dan uang tunai. Alexa menolaknya, dia hanya mengambil beberapa lembar uang yang diperlukan untuk membeli bahan makanan dan membayar sewa apartemen. Selebihnya dia kembalikan lagi.Gaji yang diterima Alexa akhirnya utuh tak terpakai, karena Lucas juga melunasi hutangnya pada Emily. Bahkan memberikan lebih dari yang dia pinjam.Hidupnya benar-benar berubah. Dia dimanjakan dengan perhatian dan juga materi.Pria tampan itu benar-benar gila, tidak waras dan banyak sebutan lain yang bisa mendeskripsikan sikapnya. Bagaimana tidak, pria itu memenuhi apartemen keci

  • Jerat Cinta Sang Taipan   Milikmu

    Alexa menyerah. Dia membiarkan Lucas menempati ruang tamu karena pria itu bersikeras tinggal bersamanya. Bahkan beberapa lembar pakaian sudah berpindah di lemarinya.Genap seminggu keduanya tinggal bersama. Lucas melakukan pekerjaannya selepas Alexa pergi bekerja.“Kau semakin terlihat berisi, Alex.” Emily mengamati tubuh sahabatnya yang nampak segar.“Kau mau bilang aku gemuk?” tanya Alexa sinis. Harus diakui bahwa dirinya juga merasa demikian. Lucas memanjakannya dengan berbagai makanan enak dan melimpah. Dia tidak lagi kekurangan hanya untuk sekadar makan.Emily mengangguk. “Tapi kau semakin cantik dan kelihatan segar.”“Aku bisa besar kepala mendengar pujianmu.” Alexa balas terkekeh pelan. Sejujurnya dia sudah melarang Lucas menghamburkan uang hanya untuk membeli makanan mahal. Namun, sepertinya pria itu tidak pernah peduli dengan protes dan tetap melakukan apa pun semaunya.“Bagaimana dengan Luke?”“Ya begitulah,” ucap Alexa dengan helaan napas kasar. Tidak mungkin dia menjelaska

  • Jerat Cinta Sang Taipan   Pendekatan

    ‘Jadilah wanitaku seutuhnya.’Kalimat itu terus berulang-ulang dalam ingatannya. Juga tawaran-tawaran yang diberikan oleh Lucas sedikit banyak mengusik hari-harinya.Sebenarnya, jika dipikirkan tawaran pria itu begitu menguntungkan. Alexa hanya perlu jadi wanitanya dan kehidupannya akan terjamin. Namun, sekali lagi ego dan harga dirinya terlalu tinggi untuk menyetujuinya begitu saja.Sudah hampir lima hari Lucas tak datang menemuinya. Pria itu mengirimkan pesan lewat pengawalnya, bahwa dia sedang ada urusan di Savona selama beberapa hari.Ketidakhadiran Lucas juga untuk memberikan Alexa waktu untuk berpikir, walaupun pria itu tak menerima penolakan, tetapi sebagai pria sejati dia ingin jawaban ‘ya’ tanpa paksaan.“Terus saja kau melamun,” kata Emily mengejutkan.“Kau mengganggu saja,” balas Alexa datar dengan raut wajah serius.“Kau terlihat serius sekali. Ada apa denganmu? Kau sedikit aneh beberapa hari ini.”“Tidak ada,” jawab Alexa acuh tak acuh. Lagipula Emily tahu bahwa dia bukan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status