Pertemuan dengan pria asing berwajah dingin, membuat hidup Alexa berubah tanpa dia sadari. Lucas Alexander bukan pahlawan biasa—dia pewaris kerajaan bisnis dengan masa lalu kelam dan masa depan yang telah ditentukan. Tapi untuk Alexa, dia rela melanggar semua aturan. Satu-satunya masalah? Cinta mereka adalah rahasia yang bisa menghancurkan segalanya. Tentang cinta dan rahasia. Seonggok hati yang saling mencintai, diuji oleh kejadian masa lalu yang mengguncang jiwa.
View MoreSeorang pria baru saja turun dari pesawat pribadi. Tegap, berwibawa, dan memancarkan aura yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Setelan jas biru tuanya tampak mewah, membungkus tubuh proporsionalnya yang tinggi. Rambut hitam legam, alis tegas, dan rahang kokoh. Satu kata: mematikan.
Lucas Alexander. Tak ada yang tahu siapa dia sebenarnya. Dia selalu memperkenalkan diri hanya dengan nama depan. Nama keluarganya adalah rahasia, dan barangkali, senjata. “Baron, selama aku di sini, singkirkan semua pengawal,” perintahnya datar, tetapi penuh tekanan. Baron, pria bertubuh besar yang selalu mendampinginya, mencoba membantah. “Tapi, Tuan—” “Tak ada bantahan.” “Baik, sesuai perintah Anda.” Lucas Alexander adalah pria yang tak suka sorotan. Meskipun kerajaan bisnis Robinson Group menjangkau seluruh Eropa hingga Asia, wajah Lucas jarang terlihat di media. Dia adalah legenda yang tak kasat mata. Maserati hitam yang membawanya berhenti di sebuah dermaga, ujung kota Venesia yang sibuk. Tak ada mobil yang bisa masuk ke jantung kota air itu. Perjalanan harus dilanjutkan dengan kapal feri atau gondola. Lucas memilih kapal feri, duduk di kursi depan sambil menatap kanal-kanal yang berkilau di bawah sinar senja. Kota ini indah. Terlalu indah untuk menyimpan kenangan pahit. Di kejauhan, gondola berayun lembut melewati jembatan-jembatan klasik. Lucas diam, matanya menyapu pemandangan seolah mencari sesuatu... atau seseorang. Sesampainya di hotel mewah yang telah dipesan sebelumnya, dia masuk ke kamar VIP yang menghadap kanal utama. Berdiri di depan jendela, menatap lalu lintas air yang sibuk di bawah sana. Lalu, entah dari mana, perasaan aneh menyelusup ke dalam dadanya. Rasa yang belum pernah ia rasakan selama bertahun-tahun. Ada sesuatu di kota ini. Atau mungkin... seseorang. *** “Setidaknya, hari ini kau masih diberi napas.” Itu satu-satunya mantra yang terus diulang Alexa setiap kali dunia terasa menyesakkan. Tak ada yang peduli pada penderitaannya. Maka ia belajar bertahan. Sendiri. “Alexa! Jangan melamun terus. Lihat—meja nomor lima!” suara Emily, tajam namun tetap bernada sayang, menyeret Alexa kembali ke dunia nyata. Dia menoleh, menatap seorang pria berjas duduk sambil membuka menu, ekspresinya tenang dan berwibawa. “Aku, ya?” gumamnya malas. “Kau dari tadi melamun. Ada masalah?” “Tidak. Aku ke sana dulu.” Alexa segera melangkah menuju meja, buku catatan pesanan tergenggam di tangan. “Silakan sebutkan pesanan Anda, Signore,” ucapnya sopan dengan kepala sedikit menunduk. Pria itu hanya melirik sekilas sebelum menyebutkan makanannya. Nada suaranya dalam dan stabil. Tak banyak bicara. Alexa mencatat cepat lalu berbalik, tak menyadari bahwa tatapan mata pria itu masih menempel di punggungnya. Hari ini, restoran itu tak seramai biasanya. Suasana agak lengang, mungkin karena hari Minggu dan terik yang menyengat di luar sana. Letaknya strategis, di jantung kota Venesia, dan menjadi tujuan utama turis maupun penduduk lokal. Namun, semegah apa pun tempat ini, Alexa tetap tampak lesu. Wajahnya sayu, tubuhnya hangat dengan napas yang terasa berat. Ia menahan semuanya tanpa keluhan berarti. “Hei, kau demam ya?” tanya Emily kembali, kali ini dengan dahi berkerut dan sorot mata khawatir. “Mungkin hanya lelah,” jawab Alexa sambil memaksakan senyum tipis. Percakapan mereka terhenti ketika makanan untuk meja lima telah siap. Karena jumlahnya banyak, Alexa mendorong kereta saji ke meja pelanggan. Saat dia meletakkan piring satu per satu, matanya tak pernah berani menatap wajah sang pria. Namun, dia tahu dan merasakannya. Ada tatapan tajam yang tak lepas mengamati setiap gerakannya. “Silakan menikmati hidangan Anda. Saya permisi,” katanya sebelum berbalik pergi. Namun, langkahnya terasa lebih berat karena perasaan aneh yang menggelayut. “Perasaanmu saja, Alexa,” bisiknya dalam hati. Namun, tubuhnya tetap menegang. Tak lama, Emily datang membawakan segelas air putih. “Minum ini, dan serius ... kau terlihat pucat.” “Kalau aku pulang sekarang, gaji harian akan dipotong. Flatku belum lunas, Em.” Nada suaranya pelan, letih, seperti ingin menyerah. Sewaktu-waktu Alexa merasa dunia ini terlalu berat untuk dirinya. Namun, dia terus berjalan. Karena berhenti berarti mati perlahan. “Mungkin kita memang harus mencoba merayu seorang taipan agar hidup kita tak begini terus,” cetus Emily dengan suara setengah bercanda, setengah frustasi. Alexa tertawa miris. “Masalahnya, wanita seperti kita ini tak masuk dalam selera para taipan. Mereka lebih suka wanita bermekap tebal, tubuh seperti boneka, dan penuh senyum palsu.” Padahal, Alexa tahu dirinya tidak buruk. Tubuhnya tinggi semampai, kulit putih bersih, dan wajahnya ... cukup cantik. Namun, dia juga sadar, dalam dunia mereka yang berkilauan, nilai seorang wanita bukan dari ketulusan, melainkan dari kilau yang terlihat dari luar. Emily tertawa. “Kalau kau butuh uang, aku bisa bantu. Serius.” Alexa menggeleng. “Kalau mati membawa utang, katanya arwah jadi penasaran dan tak bisa tenang.” Emily memukul pelan bahu Alexa, membuat mereka berdua tertawa kecil. Mereka selalu seperti ini. Berbagi tawa di antara reruntuhan mimpi. Waktu berlalu cepat. Saat langit mulai menggelap, keduanya berjalan pulang menyusuri gang-gang kecil Venesia. Jalan sempit yang hanya bisa dilalui bergantian, tempat tinggal termurah di kota ini. Setibanya di kamar sewaannya, Alexa langsung mandi dan merebahkan diri. Satu-satunya tempat yang bisa dia sebut rumah. Meski kecil dan usang dari luar, di tangan Alexa tempat itu berubah menjadi ruang bersih dan nyaman. Ada ruang tamu mungil, dapur sederhana, satu kamar tidur, dan dua kamar mandi. Semua perabotan murah, tetapi bersih dan tertata. Dia hidup dengan secukupnya. Namun, hati yang letih tidak bisa disembunyikan oleh kerapian rumah. To Be Continue ....Semenjak kejadian penculikan dan pelecehan yang dialami, Alexa lebih banyak diam. Dia bahkan menjadi pribadi pemurung dan selalu mengurung dirinya di kamar. Mereka sudah pindah ke rumah baru yang dibeli oleh Lucas beberapa waktu yang lalu. Lengkap dengan segala isinya. Pria itu juga telah menyiapkan segala keperluan untuk sang kekasih. Sebenarnya rumah ini adalah kejutan, tetapi semuanya tidak berjalan sesuai rencana gara-gara ulah si brengsek Sergio Semak. Ah, ingin sekali Lucas membunuh pria itu dengan tangannya sendiri saat setiap malam, dia harus melihat sang pujaan hati gelisah dalam tidurnya. Saat peluh membanjiri tubuhnya dengan teriakan tak berdaya yang memilukan. Mendengar itu setiap malam membuat emosinya selalu memuncak. Dia hanya mampu menenangkan dengan pelukan. Saat mata itu kembali terbuka, dia akan berteriak jika didekati oleh seorang pria. Seolah semua pria yang mendekatinya berwajah Sergio Semak. Setiap pukul sebelas malam, Lucas yang telah menyelesaikan pekerja
Sergio Semak sebenarnya bukanlah pria miskin seperti yang diceritakan pada teman-temannya. Pria itu adalah pemilik cafe, restoran dan juga beberapa hotel yang ada di Venesia. Salah satunya adalah restoran tempat mereka bekerja.Pria berperawakan tinggi dengan garis wajah yang tegas itu cukup tampan. Memilih menyamar menjadi Sergio si pria yatim piatu miskin adalah caranya untuk bisa dekat dengan Alexa, wanita yang pada pertemuan pertama mampu mencuri hatinya.Selama satu tahun dia mencoba mendekati Alexa, tetapi dia harus kalah dengan orang baru yang justru bisa lebih dulu mendapatkannya.Sergio marah. Dia merasa Alexa sama seperti wanita di luar sana yang tergoda dengan uang dan kemewahan. Jika tahu seperti itu, dia tidak akan susah payah menyamar menjadi pria miskin.Sergio menatap Alexa yang kini menatap matanya seolah menantang. Pria itu tersenyum sinis dan kembali mendekat ke arah ranjang. Ditatapnya tubuh wanita yang membuatnya tergila-gila.
Di dalam ruangan kamar yang temaram, seorang wanita terbaring di atas ranjang dengan kedua tangan terikat ke atas. Wajahnya tampak damai, tetapi dingin yang menyapu kulitnya membuat mata dengan bulu mata lentik itu berkedip beberapa kali sebelum akhirnya manik mata berwarna cokelat itu terbuka. Dia tampak bingung. Matanya menjelajahi seisi ruangan. Dia seperti mencoba mengingat sesuatu hingga bisa berakhir di tempat ini. “Brengsek! Sergio sialan!” makinya dengan kaki yang menendang-nendang. Dia mencoba untuk melepaskan tali yang mengikat tangannya. Menggoyangkan dengan kasar supaya simpulan itu bisa terlepas. Namun, justru tangan kecil itu terasa perih dan panas. Wanita itu kembali memejamkan mata sambil berpikir. Sebenarnya dia sekarang ada di mana dan ke mana perginya pria sialan yang telah menculiknya. Saat masih asyik berpikir, pintu terbuka dan sosok wanita yang tadi dilihat sebagai pelayan cafe datang membawa nampan berisi makanan. “Oh, kalian semua bersekongkol,” ucapnya
“Sayang, berhentilah bekerja di restoran. Aku akan bertanggung jawab dan memenuhi semua kebutuhanmu.” “Aku tidak mau mati kebosanan hanya menghabiskan waktu di tempat sempit ini, Luke.” Sejak Alexa menyerahkan diri, Lucas menawarkan banyak keistimewaan padanya. Namun, ditolak dengan banyak alasan. Contohnya beberapa waktu yang lalu saat Lucas memberikan debit card, credits card dan uang tunai. Alexa menolaknya, dia hanya mengambil beberapa lembar uang yang diperlukan untuk membeli bahan makanan dan membayar sewa apartemen. Selebihnya dia kembalikan lagi. Gaji yang diterima Alexa akhirnya utuh tak terpakai, karena Lucas juga melunasi hutangnya pada Emily. Bahkan memberikan lebih dari yang dia pinjam. Hidupnya benar-benar berubah. Dia dimanjakan dengan perhatian dan juga materi. Pria tampan itu benar-benar gila, tidak waras dan banyak sebutan lain yang bisa mendeskripsikan sikapnya. Bagaimana tidak, pria itu memenuhi apartemen kecilnya dengan barang-barang yang tidak diperlukan. Ba
Alexa menyerah. Dia membiarkan Lucas menempati ruang tamu karena pria itu bersikeras tinggal bersamanya. Bahkan beberapa lembar pakaian sudah berpindah di lemarinya. Genap seminggu keduanya tinggal bersama. Lucas melakukan pekerjaannya selepas Alexa pergi bekerja. “Kau semakin terlihat berisi, Alex.” Emily mengamati tubuh sahabatnya yang nampak segar. “Kau mau bilang aku gemuk?” tanya Alexa sinis. Harus diakui bahwa dirinya juga merasa demikian. Lucas memanjakannya dengan berbagai makanan enak dan melimpah. Dia tidak lagi kekurangan hanya untuk sekadar makan. Emily mengangguk. “Tapi kau semakin cantik dan kelihatan segar.” “Aku bisa besar kepala mendengar pujianmu.” Alexa balas terkekeh pelan. Sejujurnya dia sudah melarang Lucas menghamburkan uang hanya untuk membeli makanan mahal. Namun, sepertinya pria itu tidak pernah peduli dengan protes dan tetap melakukan apa pun semaunya. “Bagaimana dengan Luke?” “Ya begitulah,” ucap Alexa dengan helaan napas kasar. Tidak mungkin dia menj
‘Jadilah wanitaku seutuhnya.’ Kalimat itu terus berulang-ulang dalam ingatannya. Juga tawaran-tawaran yang diberikan oleh Lucas sedikit banyak mengusik hari-harinya. Sebenarnya, jika dipikirkan tawaran pria itu begitu menguntungkan. Alexa hanya perlu jadi wanitanya dan kehidupannya akan terjamin. Namun, sekali lagi ego dan harga dirinya terlalu tinggi untuk menyetujuinya begitu saja. Sudah hampir lima hari Lucas tak datang menemuinya. Pria itu mengirimkan pesan lewat pengawalnya, bahwa dia sedang ada urusan di Savona selama beberapa hari. Ketidakhadiran Lucas juga untuk memberikan Alexa waktu untuk berpikir, walaupun pria itu tak menerima penolakan, tetapi sebagai pria sejati dia ingin jawaban ‘ya’ tanpa paksaan. “Terus saja kau melamun,” kata Emily mengejutkan. “Kau mengganggu saja,” balas Alexa datar dengan raut wajah serius. “Kau terlihat serius sekali. Ada apa denganmu? Kau sedikit aneh beberapa hari ini.” “Tidak ada,” jawab Alexa acuh tak acuh. Lagipula Emily tahu bahwa di
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments