Jerat Cinta Sang Taipan

Jerat Cinta Sang Taipan

last updateLast Updated : 2022-09-09
By:  Memey YinOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
6 ratings. 6 reviews
24Chapters
3.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Pertemuan dengan pria asing berwajah dingin, membuat hidup Alexa berubah tanpa dia sadari. Lucas Alexander bukan pahlawan biasa—dia pewaris kerajaan bisnis dengan masa lalu kelam dan masa depan yang telah ditentukan. Tapi untuk Alexa, dia rela melanggar semua aturan. Satu-satunya masalah? Cinta mereka adalah rahasia yang bisa menghancurkan segalanya. Tentang cinta dan rahasia. Seonggok hati yang saling mencintai, diuji oleh kejadian masa lalu yang mengguncang jiwa.

View More

Chapter 1

Sang milyuner dan gadis pilihan

Seorang pria baru saja turun dari pesawat pribadi. Tegap, berwibawa, dan memancarkan aura yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Setelan jas biru tuanya tampak mewah, membungkus tubuh proporsionalnya yang tinggi. Rambut hitam legam, alis tegas, dan rahang kokoh. Satu kata: mematikan.

Lucas Alexander.

Tak ada yang tahu siapa dia sebenarnya. Dia selalu memperkenalkan diri hanya dengan nama depan. Nama keluarganya adalah rahasia, dan barangkali, senjata.

“Baron, selama aku di sini, singkirkan semua pengawal,” perintahnya datar, tetapi penuh tekanan.

Baron, pria bertubuh besar yang selalu mendampinginya, mencoba membantah. “Tapi, Tuan—”

“Tak ada bantahan.”

“Baik, sesuai perintah Anda.”

Lucas Alexander adalah pria yang tak suka sorotan. Meskipun kerajaan bisnis Robinson Group menjangkau seluruh Eropa hingga Asia, wajah Lucas jarang terlihat di media. Dia adalah legenda yang tak kasat mata.

Maserati hitam yang membawanya berhenti di sebuah dermaga, ujung kota Venesia yang sibuk. Tak ada mobil yang bisa masuk ke jantung kota air itu. Perjalanan harus dilanjutkan dengan kapal feri atau gondola. Lucas memilih kapal feri, duduk di kursi depan sambil menatap kanal-kanal yang berkilau di bawah sinar senja.

Kota ini indah. Terlalu indah untuk menyimpan kenangan pahit.

Di kejauhan, gondola berayun lembut melewati jembatan-jembatan klasik. Lucas diam, matanya menyapu pemandangan seolah mencari sesuatu... atau seseorang.

Sesampainya di hotel mewah yang telah dipesan sebelumnya, dia masuk ke kamar VIP yang menghadap kanal utama. Berdiri di depan jendela, menatap lalu lintas air yang sibuk di bawah sana.

Lalu, entah dari mana, perasaan aneh menyelusup ke dalam dadanya. Rasa yang belum pernah ia rasakan selama bertahun-tahun.

Ada sesuatu di kota ini.

Atau mungkin... seseorang.

***

“Setidaknya, hari ini kau masih diberi napas.”

Itu satu-satunya mantra yang terus diulang Alexa setiap kali dunia terasa menyesakkan. Tak ada yang peduli pada penderitaannya. Maka ia belajar bertahan. Sendiri.

“Alexa! Jangan melamun terus. Lihat—meja nomor lima!” suara Emily, tajam namun tetap bernada sayang, menyeret Alexa kembali ke dunia nyata. Dia menoleh, menatap seorang pria berjas duduk sambil membuka menu, ekspresinya tenang dan berwibawa.

“Aku, ya?” gumamnya malas.

“Kau dari tadi melamun. Ada masalah?”

“Tidak. Aku ke sana dulu.” Alexa segera melangkah menuju meja, buku catatan pesanan tergenggam di tangan.

“Silakan sebutkan pesanan Anda, Signore,” ucapnya sopan dengan kepala sedikit menunduk.

Pria itu hanya melirik sekilas sebelum menyebutkan makanannya. Nada suaranya dalam dan stabil. Tak banyak bicara. Alexa mencatat cepat lalu berbalik, tak menyadari bahwa tatapan mata pria itu masih menempel di punggungnya.

Hari ini, restoran itu tak seramai biasanya. Suasana agak lengang, mungkin karena hari Minggu dan terik yang menyengat di luar sana. Letaknya strategis, di jantung kota Venesia, dan menjadi tujuan utama turis maupun penduduk lokal.

Namun, semegah apa pun tempat ini, Alexa tetap tampak lesu. Wajahnya sayu, tubuhnya hangat dengan napas yang terasa berat. Ia menahan semuanya tanpa keluhan berarti.

“Hei, kau demam ya?” tanya Emily kembali, kali ini dengan dahi berkerut dan sorot mata khawatir.

“Mungkin hanya lelah,” jawab Alexa sambil memaksakan senyum tipis.

Percakapan mereka terhenti ketika makanan untuk meja lima telah siap. Karena jumlahnya banyak, Alexa mendorong kereta saji ke meja pelanggan. Saat dia meletakkan piring satu per satu, matanya tak pernah berani menatap wajah sang pria. Namun, dia tahu dan merasakannya.

Ada tatapan tajam yang tak lepas mengamati setiap gerakannya.

“Silakan menikmati hidangan Anda. Saya permisi,” katanya sebelum berbalik pergi. Namun, langkahnya terasa lebih berat karena perasaan aneh yang menggelayut.

“Perasaanmu saja, Alexa,” bisiknya dalam hati. Namun, tubuhnya tetap menegang.

Tak lama, Emily datang membawakan segelas air putih. “Minum ini, dan serius ... kau terlihat pucat.”

“Kalau aku pulang sekarang, gaji harian akan dipotong. Flatku belum lunas, Em.” Nada suaranya pelan, letih, seperti ingin menyerah.

Sewaktu-waktu Alexa merasa dunia ini terlalu berat untuk dirinya.

Namun, dia terus berjalan. Karena berhenti berarti mati perlahan.

“Mungkin kita memang harus mencoba merayu seorang taipan agar hidup kita tak begini terus,” cetus Emily dengan suara setengah bercanda, setengah frustasi.

Alexa tertawa miris. “Masalahnya, wanita seperti kita ini tak masuk dalam selera para taipan. Mereka lebih suka wanita bermekap tebal, tubuh seperti boneka, dan penuh senyum palsu.”

Padahal, Alexa tahu dirinya tidak buruk. Tubuhnya tinggi semampai, kulit putih bersih, dan wajahnya ... cukup cantik. Namun, dia juga sadar, dalam dunia mereka yang berkilauan, nilai seorang wanita bukan dari ketulusan, melainkan dari kilau yang terlihat dari luar.

Emily tertawa. “Kalau kau butuh uang, aku bisa bantu. Serius.”

Alexa menggeleng. “Kalau mati membawa utang, katanya arwah jadi penasaran dan tak bisa tenang.”

Emily memukul pelan bahu Alexa, membuat mereka berdua tertawa kecil. Mereka selalu seperti ini. Berbagi tawa di antara reruntuhan mimpi.

Waktu berlalu cepat. Saat langit mulai menggelap, keduanya berjalan pulang menyusuri gang-gang kecil Venesia. Jalan sempit yang hanya bisa dilalui bergantian, tempat tinggal termurah di kota ini.

Setibanya di kamar sewaannya, Alexa langsung mandi dan merebahkan diri. Satu-satunya tempat yang bisa dia sebut rumah. Meski kecil dan usang dari luar, di tangan Alexa tempat itu berubah menjadi ruang bersih dan nyaman. Ada ruang tamu mungil, dapur sederhana, satu kamar tidur, dan dua kamar mandi. Semua perabotan murah, tetapi bersih dan tertata. Dia hidup dengan secukupnya.

Namun, hati yang letih tidak bisa disembunyikan oleh kerapian rumah.

To Be Continue ....

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Nanda Ayu
kapan kelanjutannya kak?
2022-03-25 12:54:48
0
user avatar
Nanda Ayu
sukaa ... lanjut
2022-03-25 12:53:38
0
user avatar
Selena
lanjut terus
2022-01-20 10:14:25
0
user avatar
emilia Noegroho
penasaran dengan kelanjutan ceritanya... semangat Thor
2022-01-19 06:11:20
1
user avatar
Selena
Selalu suka ...
2022-01-17 19:10:56
1
user avatar
Memey Yin
Sebelum baca, jangan lupa tinggalin rate ya, kak ... Salam sayang, Memey ...
2022-01-12 23:13:56
0
24 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status