Serra Wilson, 22 tahun. Dia membutuhkan uang tiga ratus juta secepatnya untuk operasi kanker otak adiknya. Dan untuk itu ia rela melakukan semua, termasuk menjual dirinya pada seorang iblis tampan yang merupakan orang berpengaruh di kotanya. Sejak saat itu ia berjanji tak akan membuka hatinya karena menganggap semua pria hanya butuh tubuhnya...bukan hatinya! Reynard Jayde Alexander, 28 tahun Jiwanya tertantang ketika seorang gadis datang padanya untuk menyerahkan diri. Awalnya dia hanya ingin memanfaatkan saja, tapi semakin lama hatinya tidak bisa berbohong. Tidak hanya tubuh, tapi dia ingin memiliki jiwa dan raga gadis itu seutuhnya. Apapun ia lakukan untuk menaklukkan gadis keras kepala itu. Sampai kapanpun gadis itu akan menjadi budaknya, hanya miliknya!
Lihat lebih banyakKesalahan pertamanya adalah saat ia menjual tubuhnya pada sang iblis rupawan ini.
“Akh! Ja-jangan seperti ini, Pak. Saya–”
Sreeek! Suara robekan blus itu terdengar nyaring di telinga Serra.
“Bukankah ini yang kau inginkan sejak awal?” Suara dalam pria itu menggelitik telinga Serra. “Jangan pura-pura di depanku. Wanita yang menjual dirinya sendiri tidak mungkin suci.”
Serra memalingkan wajahnya yang memerah, merasa marah dan terhina karena dirinya tengah direndahkan.
Namun, ia tidak bisa menolak. Karena dirinya membutuhkan pria ini.
Tiga ratus juta. Kata-kata itu yang selalu terngiang di telinga Serra setelah bertemu dengan dokter yang menangani adiknya di rumah sakit beberapa hari yang lalu. Adiknya, Naina, harus segera menjalani operasi pertamanya untuk mengangkat sel kanker.
Sudah sejak enam bulan yang lalu adiknya, mengalami sakit kepala yang hebat. Baru beberapa waktu belakangan ini, mereka menemukan sel kanker di otak gadis belia berumur 17 tahun itu. Karenanya, sebelum sel kanker menyebar dan menjadi ganas tim dokter memutuskan untuk mengangkatnya.
Namun, sekalipun Serra berusaha setengah mati, gaji, tabungan, dan bahkan pinjaman tak akan mungkin cukup untuk membiayai semua pengobatan adiknya.
Karenanya, mengabaikan harga diri Serra, wanita itu memutuskan untuk menjual satu-satunya yang ia miliki pada pria iblis di hadapannya ini; kehormatannya.
Reynard Jayde Alexander. Pria muda ini mendirikan sekaligus memimpin Jayde Corp, sebuah perusahaan yang bersaing dengan bisnis keluarganya sendiri, Alexander Group, penguasa negeri ini.
Pria ini pasti mampu memberikan apa yang Serra mau.
"Apakah benar Anda akan membayar saya?" ucap Serra, memberanikan diri untuk menatap netra cokelat gelap pria di depannya. Ia sudah menawarkan dirinya–hanya tinggal bicara soal harga jika memang pria ini … bersedia membelinya.
Seperti yang Reynard lakukan sebelum-sebelumnya–atau begitulah yang Serra dengar.
Sudah kepalang basah, ia juga tak punya pilihan lain. Persetan dengan harga dirinya, yang ia tahu hari ini juga ia harus mendapatkan uang pengobatan Naina.
Sekali lagi, Serra menangkap sorot mata sinis milik Reynard. Pria itu tengah tersenyum miring, tampak meremehkannya.
“Berapa kau hargai dirimu?” ucap Reynard. Iblis tampan tersebut memainkan jemarinya di rambut Serra, membuat gadis itu bergidik.
“Tiga ratus juta,” jawab Serra langsung. “Dan saya butuh hari ini juga.”
Reynard membawa tangannya turun, menyentuh cuping telinga Serra, lalu turun ke leher jenjang wanita itu, lalu mengelus dagu Serra dengan ibu jarinya.
“Terburu-buru sekali,” komentarnya dengan nada dingin.
Tiba-tiba tangan kekar pria itu mencengkeram dagu Serra, membuatnya terkesiap.
Serra berniat mundur, tapi tangan Reynard yang bebas melingkari pinggulnya, menahan tubuh wanita itu agar tetap melekat padanya.
“Kau menghargai dirimu begitu tinggi,” ucap Reynard. “Layanan apa yang bisa kau berikan padaku jika aku membayarmu sebanyak itu?”
Serra ingin menangis dengan semua penghinaan yang ia terima, tapi ia menguatkan dirinya. Wanita itu menelan isak tangis dan suaranya yang gemetar, lalu berucap tegas, “Anda bisa mengetahuinya setelah memberikan yang saya minta.”
“Heh.” Reynard terkekeh pelan, terdengar mengerikan. “Baiklah. Jadi aku bisa melakukan apa pun?”
Serra menelan ludah. Ia tidak sanggup menjawab dan hanya mengangguk sembari memikirkan penderitaan adiknya.
Tiba-tiba Reynard menyingkap blouse yang Serra kenakan hingga kini dada atas dan bahu mulus wanita itu terekspos dengan jelas.
Serra memejamkan mata dengan berkali kali membuang napasnya perlahan, menelan semua penolakan dan harga dirinya. Apa pun harus ia lakukan demi gadis itu! Naina adalah amanat dari mendiang kedua orang tuanya.
Tiba-tiba Serra harus menahan rasa sakit ketika Rey mendorong tubuhnya secara kasar hingga tubuhnya terlempar di atas sofa. Dengan seringainya Rey sudah mengendurkan dasinya dan kini sudah berdiri menjulang di depannya.
Blouse-nya yang memang sudah terbuka menjadikan netra iblis itu seakan sedang menelanjanginya. Membuat Serra harus membuang pandangannya,
"Lihat aku.”
Perintah pria itu terdengar tegas, membuat tubuh Serra bergetar.
Wanita itu meneguhkan hatinya dan mengarahkan pandangannya ke arah sang atasan, sekalipun ia sedang ketakutan setengah mati. Serra bahkan tidak bisa membayangkan apa yang akan iblis itu lakukan pada dirinya.
Akan tetapi, sepertinya dunia masih sedikit berbelas kasih padanya.
Ceklek!
“Kak? Oh, sepertinya aku datang di waktu yang tidak tepat.”
Serra buru-buru bangkit duduk dan membenahi pakaiannya saat dua orang pria berbadan tinggi besar masuk ke dalam ruangan, sementara Reynard berdecak kesal. Wajah wanita itu merah padam.
“Biasakan ketuk pintu,” ucap Reynard kesal. Ia berdiri di depan Serra, menghalangi pandangan dua tamunya pada gadis itu. “Apa apa kemari?”
Salah seorang pria di sana mendengus. “Selesaikan dulu urusanmu, Kak.”
Setelah mengatakan itu, pria itu kembali keluar ruangan, membuat Reynard kembali menatap Serra yang kini sudah kembali rapi berkat blazer yang tadi sempat ia lepaskan.
“Kau,” ucap pria itu. “Keluar. Aku akan memanggilmu lagi nanti setelah aku selesai.”
Dengan tergesa, Serra berdiri. Tampak ingin segera kabur dari sana.
Namun, ia teringat sesuatu.
“P-Pak, bagaimana dengan uangnya?” ucap Serra. “Saya butuh sekarang.”
Nasib adiknya bergantung pada dana dari iblis mengerikan ini.
Reynard balas memandang Serra. Tatapannya meremehkan.
"Sepertinya kau memang benar-benar ingin segera bercinta denganku, Nona," komentar pria itu, membuat Serra membelalak. Bukan itu maksud Serra.
Namun, sebelum Serra bisa menyangkal, Reynard menyodorkan ponselnya pada gadis itu sembari berkata, “Masukkan nomor rekeningmu.”
Dengan tangan gemetar karena gugup dan tidak percaya, Serra mengetikkan nomor rekeningnya ke sana dan menyerahkan ponsel itu kembali pada Reynard.
Segera setelahnya, Reynard menunjukkan bahwa ia sudah mentransfer uang ke rekening gadis itu.
“Sekarang, kau benar-benar ada dalam kuasaku, Nona Serra.”
Dua bulan sudah berlalu, dan kandungan Serra kini sudah berusia lima bulan. Perutnya yang semakin membesar membuat sang suami bertambah over protektif padanya. Reynard akan selalu menyempatkan diri untuk pulang dan makan siang bersamanya di mansion. Dan untuk urusan di luar kota akan diselesaikan oleh orang orang kepercayaannya."Hei kenapa melamun sayang?" Serra langsung menengok ke arah suara, dan senyumnya mengembang ketika mengetahui siapa yang menyapanya. Dia melihat Mia dan Dimitri sedang berjalan ke arahnya. Akhir akhir ini mertuanya memang jarang berkunjung karena sering melakukan perjalanan bisnis."Mom...Dad! Ya Tuhan, rasanya sudah lama sekali," ujar Serra memeluk ibu mertuanya haru. Air mata tak terasa sudah membasahi pipinya. Mungkin ini pengaruh hormon kehamilan, perasaannya menjadi sangat sensitif. Kemarin saat menelpon Naina pun ia tak kuasa menyembunyikan tangisnya. Adiknya harus menjalani beberapa prosedur medis untuk memastikan jika kanker tak akan tumbuh lagi at
Dua bulan sudah berlalu, dan kandungan Serra kini sudah berusia lima bulan. Perutnya yang semakin membesar membuat sang suami bertambah over protektif padanya. Reynard akan selalu menyempatkan diri untuk pulang dan makan siang bersamanya di mansion. Dan untuk urusan di luar kota akan diselesaikan oleh orang orang kepercayaannya. Pria itu akan selalu berusaha berada di sisi istrinya."Hei kenapa melamun sayang?" Serra langsung menengok ke arah suara, dan senyumnya mengembang ketika mengetahui siapa yang menyapanya. Dia melihat Mia dan Dimitri sedang berjalan ke arahnya. Akhir akhir ini mertuanya memang jarang berkunjung karena sering melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri."Mom...Dad! Ya Tuhan, rasanya sudah lama sekali," ujar Serra memeluk ibu mertuanya haru. Air mata tak terasa sudah membasahi pipinya. Mungkin ini pengaruh hormon kehamilan, akhir akhir ini perasaannya menjadi sangat sensitif. Kemarin saat menelpon Naina pun ia tak kuasa menyembunyikan tangisnya. Dia mendengar
Adrian terbangun dengan mengerjabkan matanya, indera penciumannya terganggu dengan bau gurih dan wangi masakan. Hal yang ia rindukan setelah sepuluh tahun terakhir ini kehilangan ibunya.Ibunya meninggal tak lama setelah ia kehilangan ayahnya. Dan ayahnya adalah pengganti ayah Serra sebagai pemegsjg tampu tertinggi klan Mendoza, tapi karena membuat sistem yang berbeda ayahnya dibenci dan akhirnya klan terbagi menjadi dua bagian.Karena rasa cintanya pada kedua orang tuanya sampai sekarang Adrian masih terus berusaha meneruskan perjuangan mereka, yaitu mengarahkan klan-nya ke arah yang lebih baik. Dia ingin dunia mengenal nama Mendoza sebagai klan terhormat, bukan sebagai klan kotor penuh kejahatan.Dia masih sangat muda waktu itu, tapi ia beruntung karena didukung oleh orang orang yang masih setia pada ayahnya. Hidupnya selalu penuh ancaman, dan hal itulah yang menempanya menjadi pria yang lebih kuat. Tak sekalipun ia gegabah mengambil tindakan, semua langkahnya selalu penuh perhitung
"Apa? Kak Adrian meminta Deela ikut bekerja dengannya? Jangan bercanda?" ujar Serra tak percaya ketika baru saja suaminya mengatakan jika sahabatnya sudah diminta bekerja menjadi asisten kakak sepupunya."Semalam dia sudah memintanya secara resmi padaku sayang, dia bilang sangat kerepotan jika melakukan perjalanan bisnis tanpa seorang asisten disampingnya. Adrian memperbesar pengaruh bisnis agar lebih mudah mengendalikan sayap kiri klan yang tidak pernah mendukungnya."Serra menghela nafas panjang, pantas saja semalam suaminya bersikukuh meninggalkan Deela. Reynard sengaja meninggalkan Deela agar Adrian bisa mengantarnya pulang, mungkin pria itu ingin hubungan Adrian dan Deela lebih dekat."Bagaimana jika Deela menolak? Dia tak punya pengalaman menjadi asisten pribadi. Jika sedang bekerja maka dia akan menjadi sosok yang perfeksionis," ujar Serra masih khawatir jika kakak sepupu maupun sahabatnya bukanlah partner kerja yang baik "Adrian menawarkan gaji tiga kali lipat lebih besar, se
Setelah sekitar satu setengah jam perjalanan akhirnya Deela bisa bernafas lega, dia sudah sampai di halaman depan area rumah sewanya. Dari balik jendela mobil ia bisa melihat jika kedatangan mereka sangat menarik perhatian penghuni lain area tempat tinggalnya.Wajar saja terjadi karena mobil yang ia tumpangi merupakan salah satu mobil termahal yang hanya beberapa gelintir orang saja memiliki. Dan lamunannya buyar ketika tiba tiba pintu mobil sudah terbuka lebar untuknya. Adrian ternyata sudah berdiri di sisi pintu, pria itu membukakan pintu untuknya! Tapi sejak kejadian di supermarket tadi ia tak berani menatap netra setajam elang itu. Sungguh ia sama sekali tak menduga jika pria itu mau dan mampu mengangkat tubuhnya.Tapi ini bukan negeri dongeng di mana upik abu di gendong pangeran untuk dibawanya ke istana dan kemudian akan hidup berbahagia selamanya. Dia cukup tahu diri tentang siapa dirinya. Adrian adalah pria tampan kaya raya yang tak akan mungkin ia jangkau, pria itu juga t
Deela langsung turun dari mobil ketika mereka berhenti disebuah mini market yang ada di pinggiran kota. Tak peduli dengan suara yang berkali kali memanggilnya, yang ada di otaknya sekarang hanyalah beberapa batang coklat, satu bungkus besar keripik kentang dan sebotol susu pisang dingin yang pasti menyegarkan tenggorokannya.Dan benar saja, tak berapa lama wanita itu sudah memenuhi keranjang belanjanya. Dan Adrian sudah berdiri disamping kasir seakan sedang menantinya. Deela segera mengikuti arah pandang Adrian yang terus saja memandang ke bawah, dan dia berdecak malas ketika menyadari jika ia sedang tidak mengenakan alas kakinya. Kakinya pegal karena seharian ini tak melepas sepatunya. Sepatu yang ia kenakan di kantor adalah sepatu hak yang tak terlalu tinggi, tapi tetap saja tak nyaman jika dikenakan terus menerus. Dan tanpa sadar ia melepas sepatunya tadi di dalam mobil."Kau seperti suku primitif yang baru pertama kali masuk ke dalam toko. Lantainya dingin sekali, kau bisa sakit
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen