"Perempuan udik dan kampungan ini ..." Marina menunjuk dirinya dengan yakin. "Perempuan yang selalu kau ejek ini akan menjadi malaikat maut yang membuat hidupmu tak tenang setiap hari!" **** Bima Mahesa begitu terkejut saat tiba-tiba orang tuanya berencana menjodohkannya dengan sekretaris Ayahnya Marina Wijaya. Perempuan yang selama ini sangat dibencinya dan selalu dia hina. Bima dan Marina terpaksa harus menjalani pernikahan dimana kebencian sangat dominan didalamnya. Marina bahkan tak mengerti apa yang membuat Bima begitu membencinya. bosan mengalah dan menahan setiap emosi saat Bima menghinanya. Marina akhirnya bertekad melawan dan menjadikan keduanya musuh di setiap kali bertemu. Bagaimana Marina bertahan menjalani rumah tangganya?
View More1.
Seorang laki-laki tampan berhasil merebut perhatian pengunjung sebuah restoran mewah. Langkah tegap dengan garis wajah tegas namun terus menampilkan senyum manis, membuat beberapa pengunjung perempuan di sana menatap terpana padanya.Bima Mahesa, lelaki dengan paras tampan, juga postur tubuh atletis membuatnya terlihat sangat menawan. Jangan lupakan senyum ramah yang selalu menjadi andalan pemikatnya. Bima merupakan seorang Dosen muda di Universitas swata di Ibu kota."Siapa memangnya yang mampu menolak pesonaku?" kekeh Bima narsis. Dia menyadari menjadi pusat perhatian beberapa gadis yang masih tak mengalihakn pandangan darinya. Menjadi pusat perhatian dan idaman para perempuan memang tujuannya.Duduk dengan nyaman, Bima mengedarkan pandangan mencari sosok yang akan dia temui. Lima menit menunggu, akhirnya orang yang ditunggu pun datang. Bima menatap tak percaya pada perempuan yang datang dengan mengenakan pakaian formalnya. "Apa dia tidak punya pakaian lain? Akhh, mataku sakit melihatnya," gumamanya menatap tak suka sekaligus jengkel."Selamat siang," sapa gadis berpakaian serba hitam formal itu sopan.Bima berdecih dan tak menjawab sapaannya. "Apa kau tidak punya pakaian lain untuk di pakai? Mataku sakit melihatmu memakai pakaian seperti itu setiap hari!" Bukannya menjawab sapaan perempuan itu, laki-laki berwajah tampan itu malah mencibirnya dengan pedas.Marina Wijaya, perempuan yang baru saja duduk dihadapan Bima itu tersenyum kecut. Setiap kali bertemu dengan anak atasannya itu, selalu saja masalah penampilannya yang di komentari. Bukan pertama kalinya Bima menghina atau mengejeknya terang-terangan seperti ini. Tapi, perempuan 27 tahun itu berusaha tak terpengaruh ocehan anak Bosnya yang menurutnya manja dan kekanakan itu."Maaf Pak. Tujuan kita bertemu tidak untuk membahas pakaian apa yang saya pakai," balas Marina mencoba meredam kekesalan. Meskipun bukan pertama kalinya Bima menghinanya, tetap saja sebagai perempuan dia kesal ketika penampilannya di cemooh apalagi hinaan Bima memang kerap menyakitkan."Kau itu sekretaris ayahku, orang nomor satu di Perusahaan. Tapi, coba lihat penampilanmu! Kampungan! Memalukan!" hina Bima. "Aku heran kenapa ayah mempertahankan sekretaris macam dirimu!""Mari kita bicarakan tujuan pertemuan kita Pak," kata Marina mencoba merendam amarahnya mendengar hinaan yang Bima lontarkan. Seakan dia tak punya hati, lelaki itu selalu saja menghinanya tanpa hati.Bima masih berdecih memperhatikan bagaimana penampilan Marina yang duduk di depannya itu. Dia tak habis pikir, apa saja yang Marina beli dengan gajinya yang besar. Lihatlah! Bahkan baju kerja yang dipakai perempuan itu terlihat sekali harganya sangat murah."Kemana saja uang gaji mu selama ini? Apa dengan uang sebesar itu kau tidak mampu membeli pakaian yang pantas?" kata Bima dengan nada yang sarat ejekan dan tatapan merendahkan.Sejak tadi dia terus menyeruput kopi dengan mata yang terus menatap Marina penuh intimidasi. Lelaki itu bahkan tak memesankan minuman untuk perempuan di depannya."Sepertinya pertemuan ini tidak akan berjalan lancar. Saya permisi Pak!" Marina sudah muak dengan hinaan dan ejekan lelaki sombong di depannya. Dia memutuskan pergi. Namun, suara Bima kembali menginterupsi dan membuatnya terpaksa kembali duduk."Dasar keras kepala! Aku ingin kau terlihat lebih layak. Coba lihat, dengan dandanan seperti ini, lelaki mana yang akan melirikmu!" Ah, ruapanya lelaki tampan yang menganggap dirinya penuh pesona itu belum selesai menghina perkara pakaian yang dikenakannya. Menyesal Marina kembali duduk."Terima kasih atas perhatian Anda Pak. Maaf, saya pergi Pak!" tegas Marina kembali berdiri."Eh, iya .. iya .. Aku berhenti. Maaf!" kata Bima terdengar tak tulus. Andai dia tak mempunyai urusan penting dengan perempuan itu, Bima tidak akan sudi menghentikan kepergiannya.Marina menghembuskan nafas kasar. Andai dia tak menghormati Ayah dan Ibu Bima yang sangat berjasa padanya selama ini. Dia pasti sudah membalas hinaan lelaki itu dengan lebih pedas."Kau tahu kenapa aku meminta bertemu?" Kali ini Bima terdengar serius.Marina menganggukkan kepala."Aku mau kau menolak perjodohan ini!" lanjut Bima pada inti pembahasan."Baik," jawab Marina singkat."Bagus! Jangan bilang aku yang memintamu menolak perjodohan ini."Marina kembali mengangguk."Kau tidak akan rugi menolak perjodohan ini. Saya akan bayarmu mahal kalau kau bisa meyakinkan Mami dan Papi, kalau kita memang tidak cocok." Bima terus berbicara sedangkan Marina hanya menggut-manggut saja mengiyakan.Lama-lama, Bima kesal juga, karena Marina hanya mengiyakan semua kemauannya. Dia merasa Marina menganggap semua yang dibicarakannya tak penting. "Kau mengerti maksudku kan?""Mengerti Pak," jawab Marina terdengar malas. Ah, Bima semakin kesal. Marina benar-benar membuatnya muak dan sebal."Kau bisa tulis berapa pun yang kau mau untuk pembatalan perjodohan ini." Bima menyodorkan sebuah cek kosong pada Marina. Dia ingin segera pergi dan tak berlama-lama menghadapi perempuan seperti Marina.Marina menatap Bima juga cek kosong dihapadannya bergantian. Dia mengambil cek itu dan memasukkannya Ke dalam tas. "Terima kasih Pak," katanya.Bima tersenyum puas melihat semua itu. Dia tahu Marina tidak akan menolak tawaran uang darinya. Permasalahannya sekarang selesai. Dia tidak akan lagi dipaksa menikahi gadis kampungan seperti Marina. Dan Marina yang akan membereskan masalahnya itu.Selain gayanya yang kampungan, ternyata gadis ini juga bodoh! Bima terkekeh dalam hati."Setelah ini kau yang harus membereskan malasah perjodohan kita. Aku tak sudi harus menikah dengan gadis macam kau!" Ah,mulut tajam Bima memang benar-benar.Tangan Marina mengepal kuat di bawah meja. Sepertinya kesabaran perempuan berkacamata itu telah berada di ujungnya. Hinaan juga cacian Bima membuatnya tak tahan untuk terus memendam. Marina telah memutuskan untuk melawan. Wajahnya yang suram kini berganti dengan seringai yang membuat Bima menatapnya heran."Jangan tersenyum seperti itu! Kau menakutkan!" hardik Bima kesal sedikit merinding tak nyaman."Kenapa? Takut?" Suara Marina berubah menjadi tegas dan sarat ejekan. Marina sudah yakin untuk mendeklarasikan perang pada Bima."Kau akan melihat senyum menyeramkan ini seumur hidupmu," kata Marina dengan suara mendesis, terdengar sangat tak nyaman di telinga Bima.Lelaki muda berusia 30 tahun itu menelan saliva kasar. Sikap Marina yang berubah melawannya ternyata lumayan mengintimidasinya. "Jaga sikapmu! Dan jangan bermimpi menjadi istriku!"Marina kembali menyeringai kejam. "Aku tidak bermimpi, karena sebentar lagi kau akan merasakan neraka hidup bersamaku, Tuan muda yang terhormat!" ucapnya penuh penekanan."Perempuan kampungan dan udik ini ..." Marina menunjuk dirinya dengan tatapan menghunus dan nafas memburu. "Perempuan yang selalu kau ejek ini akan menjadi malaikat maut yang membuat hidupmu tak tenang setiap hari!"Bima mendekat dengan berlari kecil menghampiri sang istri yang kini tengah mengambang di air. Lelaki tampan itu mendnegkus kesal, karena Marina membuatnya khawatir. "Heii Marina apa yang kau lakukan?!" Marina yang mendengar suara Bima mendekat keluar dari air dan langkah Bima yang mendekat ke arahnya tiba-tiba terhenti saat melihatnya keluar dari air dengan hanya menggunakan bikina two piece yang sangat sexy. "Ap apa yangg kau kau lakukan?" Bima tergagap melihat pemandangan indah di depannya. Dia meneguk salivanya melihat bagaimana indanhnya tubuh sintal itu. Ternyata di balik pakaian udik dan tidak modis itu terdapat tubuh sintal yang begitu indah. Bima mengerjapkan matanya dan langsung membalikkan badan. Dia tidak bisa berlama-lama melihat pemandangan yang membuat jantungnya berdebar kencang. Dan lagi Marina pasti mengumpat marah kalau ketahuan dia menatap lekat tubuh indahnya. "Apa yang dia lakukan? Kenapa berpakaian seperti itu?" Bima bergumam seraya menetralkan hati dan jant
Bima baru saja melangkahkan kakinya untuk kembali menimati suasana sore. Namun, lagi-lagi suara teriakan sang istri membuatnya kembali berbalik dan berjalan cepat untuk memeriksa apa yang terjadi. "Aaaaahhhh!!" teriak Marina melempar kopernya. "Ada apa lagi? Kenapa kau suka sekali berteriak?" keluh Bima kesal tapi juga khawatir terjadi sesuatu pada sang istri. Marina menatap Bima dengan tatapan yang entahlah ..."Ada apa?" tanya Bima lagi. Bima melihat arah tatapan Marina pada kopernya yang kini tergeletak di pojokan karena tadi Marina melemparnya. "Ada apa? Ada sesuatu di dalamnya?" Lagi-lagi Marina diam. Dia terlalu malu untuk menjelaskan pada Bima apa yang sebenarnya terjadi. Karena tak mendapat jawaban dari sang istri, Bima memeriksa sendiri koper yang terbuang itu. Namun suara Marina menghentikannya. "Kenapa lagi?" tanya Bima. "Aku akan memeriksanya, apa ada kecoak di dalamnya?" Marina menarik lengan Bima agar lelaki itu menjauh dari kopernya. "Tidak, tidak ada apa-apa. Ka
29.Benar saja, Amelia memanfaatkan keadaan untuk melancarkan usahanya untuk memepersatukan anak dan menntunya dengan merencakan bulan madu untuk pasangan pengantin baru itu. "Bulan madu?!" seru Bima dan Marina bersamaan. Bhaskara yang mengetahui niat istrinya kini terkekeh seraya memberi acungan jempol pada sang istri. Amelia menatap penuh kemenangan pada kedua muda mudi didepannya. Dia bukan tidak tahu kalah Marinalah yang pasti meminta pisah rumah denganya. Tapi, sebelum itu terjadi dia harus membuat strategi dulu agar hubungan keduanya semakin dekat dan kalau oun mereka pisah rumah sudah harus ada benih-benih cinta diantara keduanya. Dan dengan acara bulan madu inilah, Amelia berharap benih itu tumbuh diantara kedunya. "Ya, bulan madu. Bukankah setiap pasangan yang baru menikah akan melakukan bulan madu?" Senyum Amelia terukir dengan manis. Dia yakin kalau Marina tidak akan bisa menolak apalagi ini adalah syarat agar mereka bisa keluar dari kediaman Bhaskara. "Tapi Mi, Rina b
28.Pagi hari di kediaman Bhaskara terasa sepi. Pagi ini hanya ada Tuan dan Nyonya Bhaskara yang tampak mengisi meja makan. Tak lama setelahnya anak sulung dan menantunya pun ikut bergabung. "Bima sama Rina mana?" tanya Bian saat akan sarapan dan hanya melihat kedua orangtuanya sedangkan kursi adik dan adik iparnya terlihat kosong.Sarah yang tak melihat adik iparnya pun bertanya hal sama. "Mereka honeymoon, Mi?" Amelia yang tengah memakan roti panggangnya tersenyum mendengar kata honey moon. Sebuah ide kini melintas di otak cantik mertua Marina itu. "Itu ide bagus sayang. Sepertinya kita harus segera membuat mereka pergi honeymoon."Bima mengernyit mendengar ucapan Amelia. Dia bertanya keberadaan Bima dan Marina, sedangkan Amelia malah membayangkan honey moon antara putra bungsu dan menantu barunya. Sedangkan Sarah ikut mendukung usul mertuanya itu. "Mereka menginap di rumah Rina," kata Bhaskara menyahut melihat ekspresi aneh Bian. Kedua pasangan calon ayah dan Ibu muda itu tampa
Tertegun beberapa saat setelah mendengar permintaan ceria dari istrinya. Setelahnya, Bima kini melangkah menyusul langkah sang istri yang kini duduk di kursi dan keduanya kini saling berhadapan. "Mari kita selesaikan semuanya," kata Marina kembali mengulang kata menyelesaikan yang berarti menyelesaikan pernikahan di antara keduanya. "Apa maksudmu?" tanya Bima tampak menatap serius. "Aku ingin kita selesaikan sandiwara ini. Aku sudah terlepas dari cengkraman mafia itu, dan pernikahan kita pun sudah tidak di perlukan lagi," jawab Marina menatap yakin. Bima menatap Marina tajam, tangannya mengepal kuat di atas meja. Tak habis pikir kalau dia istrinya itu akan meminta cerai, bahkan pernikahan keduanya belum genap satu minggu berjalan. "Jadi kau mau membuangku setelah semua yang terjadi?" tanya Bima tajam. Harga dirinya terasa sangat tergores, dia hanya di butuhkan untuk menjadi tameng agar Marina terbebas dari Mafia yang mengejarnya. Dan sekarang, setelah semuanya berakhir, dia akan
Dengan dalih merasa sakit pusing, Marina berhasil kabur dari pertanyaan aneh Sarah yang membuatnya menjadi sorotan utama di meja makan tadi. Setelahnya, perempuan itu kembali ke kamar dan merenungi apa yang telah terjadi antara dirinya dan Bima adalah sesuatu yang salah menurutnya. Ya, walaupun pada kenyataannya mereka adalah pasangan suami istri yang sah menurut agama dan negara, tapi Marina belum bisa menerima semua perlakuan Bima yang kerap kali membuatnya risih dan sangat tidak nyaman. "Lihat apa?" Suara bariton di belakang tubuhnya dan lingkaran tangan besar di perut membuat Marina terjingkat kaget dan mendapati sang suami di belakangnya. Bima tengah memeluknya dari belakang dan lelaki itu dengan sengaja menenggerkan dagu di pundaknya dengan sangat nyaman. Bongkahan dada liat terasa mendekap di punggung Marina begitu erat. Marina berusaha melepasakan tautan tangan yang melingkar di perutnya. "Lepas Mas," kata Marina masih berusaha sabar dengan semua keintiman yang Bima lakuk
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments