Beranda / Urban / KONTRAK PANAS DENGAN CEO DINGIN / Part 6 Hanya Hitam Di Atas Putih

Share

Part 6 Hanya Hitam Di Atas Putih

Penulis: La Bianconera
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-15 13:47:38

Castil di pinggir Kota Milan, menjadi tempat pernikahan mewah ala negeri dongeng. Bahkan acara itu disiarkan langsung oleh stasiun televisi milik La Stampa. Di mana sang pemilik perusahaan media terbesar Italia itu adalah Gennaro Petruzzelli.

"Tidak Papa sangka. Beberapa menit lagi Papa akan menjadi besan konglomerat nomor satu di Italia." Seorang laki-laki ceking menuntun Cassandra menuju altar.

Cassandra mengembuskan napas panjang, lalu memejamkan mata sejenak. Tatapannya nanar ke depan sana. Andrian dengan stelan tuxedo warna dark grey terlihat sangat tampan. Laki-laki yang berdiri di samping Gennaro itu menatap Cassandra penuh arti. Wajah di balik veil itu memang sangat cantik.

Senyum menawan tersungging di bibir Andrian, ketika lensa kamera wartawan mengarah padanya. Semua yang hadir di situ, pasti mengira mereka adalah pasangan paling serasi.

Cassandra tersenyum miris. Beberapa menit lagi, dia akan terjebak dalam sebuah perjanjian pernikahan yang penuh kepalsuan. Cassandra membalas senyum Andrian dengan sudut bibir bergetar menahan tangis.

"Seandainya Mama masih ada, mungkinkah Mama membiarkanku jatuh pada mereka?" Cassandra hanya bisa pasrah.

Andrian menyambut Cassandra, lalu menggenggam jemari tangan gadis itu. Mereka telah siap melakukan pemberkatan. Sejenak, keduanya saling pandang dengan pikiran masing-masing.

Andrian bisa melihat luka di mata Cassandra dan senyum palsu gadis itu. Gadis yang sebentar lagi akan menjadi istrinya dalam ikatan atas nama Tuhan. Namun, siapa yang peduli? Andrian menunduk, mencondongkan wajah ke arah Cassandra yang masih mematung dengan tatapan kosong.

Andrian mengusap punggung tangan Cassandra yang berada di genggamannya. "Saya tidak akan membuatmu menderita. Jadi, tersenyumlah Pernikahan ini tidak merugikan siapa pun," bisiknya tanpa beban.

Cassandra mengangguk kaku. Ucapan Andrian bukan merupakan hiburan melainkan seperti siksaan tak kasat mata.

"Tentu saja, Tu--" Cassandra tersenyum sekilas. "Tentu saja, Amore Mio," lanjutnya sambil memasang senyum palsu.

Andrian mengangguk. Tidak lupa senyum menghiasi bibir kemerahannya. Lalu, kedua mempelai itu dengan khidmat mengikuti jalannya prosesi pemberkatan. Andrian menatap Cassandra yang terlihat cantik dengan gaun pengantin warna putih gading.

Selanjutnya, Andrian memasang cincin pernikahan mahal di jari manis Cassandra, setelah mereka sah menjadi suami istri. Andrian memegang wajah Cassandra dan menatap dalam wajah cantik yang pura-pura bahagia itu.

Cassandra hanya pasrah, ketika Andrian mencium bibirnya. Adegan romantis itu tidak lepas dari kamera wartawan. Andrian kembali tersenyum, seolah menjadi pengantin pria paling sempurna.

"Ti amo, Cassandra Lussete. Hari ini, esok, dan selanjutnya, aku ingin kamu berada di sisiku!" ucap Andrian yang langsung disambut tepuk tangan meriah.

Seharusnya Cassandra senang dengan ucapan itu. Jika saja keluar dari mulut pria paling dia cintai dan juga mencintainya. Namun, impian itu telah musnah ketika dia menjadi istri Andrian Petruzzelli.

"Terima kasih menantuku, atas kiriman uangnya!" Carollo tersenyum bangga. Ucapan tanpa basa-basi itu jelas membuat Cassandra malu.

Andrian melirik dingin laki-laki tidak tahu malu itu. Carollo terkekeh, kemudian beralih menatap Cassandra yang sudah tidak nyaman.

"Papa!" Cassandra menatap tajam laki-laki tua itu.

Cassandra merasa tidak enak hati, apalagi pesta pernikahan ini dihadiri orang-orang penting. Carollo kembali tersenyum bahagia karena Cassandra sekarang tidak hanya menjadi sapi perah. Namun, menjadi mesin uangnya. Sudah pasti Carollo akan ikut kecipratan kekayaan Andrian.

"Jangan khawatirkan soal uang! Yang penting, jangan ganggu istri saya lagi!" ucap Andrian tegas ketika melihat ketidaknyamanan Cassandra.

Carollo mengangguk-angguk. "Tidak masalah. Yang penting transferannya lancar, menantuku!" ucapnya lagi tanpa punya rasa malu.

Andrian segera menyuruh pengawal membawa Carollo pergi, sebelum membuat keributan yang akan mencoreng nama besarnya....

Malam harinya di kamar Andrian....

"Maafkan saya, Tuan. Maaf, atas ucapan ayah saya tadi!" Cassandra berdiri canggung di dekat sofa.

Andrian tidak menanggapi. Laki-laki itu malah melempar handphone ke atas sofa begitu saja. Dia menoleh pada Cassandra yang masih mematung di sana.

"Apa kamu akan terus berdiri di situ? Kemarilah!" panggil Andrian datar. Laki-laki itu merentangkan kedua tangan yang membuat Cassandra bingung. "Jangan berpikir saya akan memelukmu, Cassandra. Cepat lepas jas dan kemejaku!" perintahnya.

Cassandra mengangguk. Dengan gerakan kaku dan tangan gemetar, dia mulai melepas tuxedo Andrian. Kemudian dasi dan kancing kemeja laki-laki itu. Cassandra memalingkan wajah dari pemandangan indah di balik kemeja itu.

Sudut bibir Andrian tertarik sinis melihat kegugupan Cassandra. Laki-laki itu memegang telapak tangan Cassandra dan menempelkan ke dadanya. Cassandra hendak menarik tangannya, tetapi Andrian justru melingkarkan sebelah lengan di pinggang ramping Cassandra.

"Tidak perlu gugup, Cassandra. Saya tidak akan melakukan apa pun padamu. Saya akan berkomitmen atas kesepakatan kita. Jadi, kamu tidak berhak melarangku melakukan apa pun dengan perempuan lain," ucap Andrian tanpa basa-basi.

Cassandra mengangguk. Dia terpaksa menyunggingkan senyum. Meskipun dia tidak menyukai Andrian, tetapi ucapan laki-laki itu, membuat hati Cassandra seperti dikerubuti semut rangrang.

"Silakan. Saya sudah menyetujui semua syarat Anda. Bisakah saya mengajukan syarat juga, Tuan?" tanya Cassandra lirih.

"Oh, tentu. Katakan apa maumu?"

Cassandra memejamkan mata sejenak, lalu menarik napas panjang. "Saya harap, Anda tidak melarang saya bekerja. Saya tidak ingin Anda terus-menerus mengirim uang untuk Papa. Itu tanggung jawab saya, Tuan. Anda benar, status suami istri ini hanya hitam di atas putih. Tidak lebih. Saya juga punya rencana masa depan sendiri, setelah pernikahan kita usai!" jawabnya tegas.

Mendengar kata perpisahan, membuat Andrian terkejut dan tidak nyaman. Laki-laki itu membuang muka sejenak, kemudian kembali menatap manik cokelat hazel Cassandra.

"Apa kamu tidak punya syarat lain, Cassandra? Mak-maksudku, kamu tetap di sini sesuai perjanjian kita. Soal uang, tidak perlu kamu pikirkan. Kamu bisa menabung dan mengirim uang untuk papamu."

"Tidak, Tuan! Saya tetap ingin bekerja. Saya pernah kuliah, jadi, mengerti sedikit tentang manajemen. Tolong izinkan saya bekerja! Saya tidak ingin bergantung pada siapa pun setelah kita bercerai!"

"Kenapa kamu bicarakan perceraian? Apa kamu ti--"

Cassandra langsung menggeleng tegas. "Karena pernikahan kita hanya pernikahan kontrak. Lupakan tentang sumpah palsu kita di hadapan Tuhan. Itu berat, Tuan!" sahutnya cepat.

Tiba-tiba raut wajah Andrian berubah memerah. Tidak pernah disangka, jika Cassandra berani mengatakan tentang perceraian. Padahal, mereka baru beberapa jam lalu menikah.

"Bagaimana kalau saya tidak se--"

Bunyi handphone tiba-tiba menginterupsi pembicaraan mereka. Andrian dan Cassandra kompak menoleh ke arah benda pipih berwarna hitam itu. Andrian bergegas ke sofa, meninggalkan Cassandra yang masih berdiri termangu di tempatnya.

"Fiona," gumam Andrian begitu membaca nama mantan kekasihnya itu.

****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • KONTRAK PANAS DENGAN CEO DINGIN    Ekstra Part 2

    Kekesalan Cassandra berlanjut sampai malam. Meskipun Andrian sudah merayunya, tetapi Cassandra tidak peduli. Dia menatap tak minat pada beberapa paper bag berisi baju-baju couple, tas, dan sepatu baru. "Siapa yang akan menikah, Andrian? Dokter Ariana Federica itu selingkuhanmu juga? Awas, kalau sampai benar, kamu akan aku usir dari Italia. Aku ingin lihat, kamu pergi tanpa uang sepeser pun."Alis Andrian naik sebelah. "Aku yakin kamu tidak serius. Sudahlah, daripada berdebat, lebih baik kita ...""Dalam mimpi!" Cassandra justru menarik selimut dan membungkus tubuh seperti kepompong.Andrian tidak tinggal diam. Dia ikut menyelusup dalam selimut itu dan memeluk erat tubuh Cassandra dari belakang. Terdengar hembusan napas kesal berkali-kali dari bibir Cassandra."Dokter Ariana akan menikah tiga hari lagi di Gereja Santa Margherita." Andrian memainkan rambut Cassandra.Seketika, Cassandra membalikkan badan menatap dalam manik kebiruan Andrian. Kening wanita itu mengernyit. Berusaha mengi

  • KONTRAK PANAS DENGAN CEO DINGIN    Ekstra Part 1

    Kehangatan kembali mewarnai rumah tangga Andrian dan Cassandra. Kebahagiaan mereka semakin lengkap, semenjak kelahiran si bungsu Antonio Cesare Petruzzelli. Hari ini, Cassandra mengajak ketiga anaknya ke kantor La Stampa. Dia ingin memberi kejutan ulang tahun untuk Andrian yang ke-30. Cassandra tersenyum pada Emillia dan Davidde yang turun lebih dahulu dari mobil, dibantu sopir. Lantas, Cassandra menurunkan Cesare dan membaringkan bayi berusia tujuh bulan itu di dalam stroller. Kedatangan istri bosnya, disambut antusias oleh sahabat-sahabat Cassandra. Angelica tampak bersemangat menggendong Davidde. Bocah berusia 2,5 tahun itu sesekali berceloteh lucu ala bahasanya sendiri. Lusiana memeluk Cassandra, menumpahkan rindu. Mereka terakhir bertemu dua bulan lalu, ketika Andrian dan Cassandra menjalani pemberkatan pernikahan ketiga, setelah pembaptisan Cesare. “Nyonya Bos, kamu semakin cantik saja!” Angelica ikut bahagia melihat wajah segar Cassandra yang tanpa beban. Dia juga tahu, And

  • KONTRAK PANAS DENGAN CEO DINGIN    Part 65 Kembali Bersatu

    Andrian menggenggam jemari tangan Cassandra di atas makam Antonio. Sebelah tangannya mengusap batu nisan Antonio. Ada rasa sedih mendalam kehilangan sosok sahabat meskipun sempat menjadi saingannya. "Aku datang padamu untuk meminta kembali Cassandra. Aku yakin, kamu tidak mungkin marah padaku. Aku janji akan menjaganya dengan nyawaku. Damailah di sana, Antonio. Terima kasih sudah menjaga mereka dengan baik." Andrian tersenyum samar, kemudian menatap Cassandra yang duduk di seberangnya. "Ayo, kita pulang!" ajak Cassandra. Cassandra tidak ingin terus menerus bersedih karena kehilangan Antonio. Dia harus bisa menghargai perasaan Andrian, setelah berani berdamai dan memutuskan menerima kembali laki-laki itu. Andrian mengangguk menuruti permintaan Cassandra. Tangannya tidak lepas dari jemari tangan Cassandra hingga memasuki mobil. Sejenak, keduanya terdiam di dalam mobil dengan pandangan sama-sama tertuju pada makam Antonio di sana. "Aku tahu kamu sedih dengan kepergian Antonio. Aku j

  • KONTRAK PANAS DENGAN CEO DINGIN    Part 64 Saling Memaafkan

    Andrian mengerang kesakitan. Luka bekas operasi yang masih basah itu, terasa sangat nyeri. Rupanya, Cassandra mendorong dengan kuat, tepat di perban itu. Cassandra termangu melihat Andrian kesakitan sambil memegangi dadanya. "Kenapa berhenti? Lakukanlah, Amore!" pinta Andrian pasrah. Tatapannya nanar pada Cassandra. Tidak ada kemarahan sedikit pun di sana. Bella segera mendekati Cassandra. Mencegah wanita itu berbuat yang lebih brutal. Bella maklum, kondisi Cassandra benar-benar jatuh sehingga bisa saja bertindak di luar kendali. Angelica sigap memanggil perawat. Tidak lama kemudian, seorang perawat memasuki ruang perawatan Andrian. "Kenapa luka Anda bisa mengeluarkan darah?" tanya perawat sembari melepas perban di dada Andrian. Andrian menggeleng pelan. "Maaf, saya tidak sengaja menyenggol perbannya!" jawabnya berbohong. Mata Andrian terpejam sambil menggigit bibir menahan sakit. Sedangkan Cassandra tampak ketakutan di dekat Bella. Wajahnya pucat penuh sesal. Darah mere

  • KONTRAK PANAS DENGAN CEO DINGIN    Part 63 Kembali Terluka

    "Lepaskan saya, Bunda! Saya harus ikut mereka!" Cassandra kembali memberontak. Di antara isak tangis, Cassandra meringis menahan kram di perutnya. Wanita itu memegangi perut yang terasa tidak nyaman. Bella dan Bunda Stefania segera memanggil sopir untuk membawa Cassandra ke rumah sakit. Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan USG, Cassandra dibawa ke ruang perawatan. Dia masih menangis. Tidak menyangka, hari bahagianya berubah kelam. Cassandra juga belum tahu nasib Andrian dan Antonio di ruang operasi. Bella yang mendorong kursi roda, tiba-tiba menghentikan langkah. Terdengar suara seseorang sedang berbicara di telepon. Setelah menyadari sesuatu, Cassandra mendongak menatap Bella. Air mata kembali menetes membasahi pipi Cassandra, mendengar suara yang dikenalnya itu. Bella hendak kembali mendorong kursi roda, tetapi Cassandra mencegahnya. "Tunggu sebentar, Bella! Tolong antar aku ke tempat pengawal itu!" Bella tampak ragu, tetapi Cassandra terus memaksa. Tidak ada pilihan lai

  • KONTRAK PANAS DENGAN CEO DINGIN    Part 62 Takut Kehilangan

    Mendengar jawaban Cassandra, Antonio hanya bisa mengangguk. Meskipun dia tahu, wanita itu tidak melihatnya. Cassandra kembali meneruskan langkah. Di ruang bawah tampak sepi, mungkin anak-anak sedang dimandikan oleh Nanny. Cassandra juga tidak melihat keberadaan Andrian dan mobil laki-laki itu. Tiba-tiba ada perasaan aneh menghinggapi Cassandra. Dia memaki diri sendiri yang terlalu munafik karena kepergian Andrian membuatnya merasa kehilangan. "Aku pulang dulu. Kamu juga segera kembali ke atas. Hati-hati naik turun tangga!" ucap Antonio begitu mereka sampai di lantai bawah. Cassandra mendongak menatap manik Antonio lalu mengangguk samar. Antonio tersenyum, kemudian mencium bibir Cassandra sekilas, sebelum memutuskan berlalu dari hadapan kekasihnya itu. "Ciao Amore. Hati-hati di jalan!'' ucap Cassandra mengikuti langkah Antonio sampai di depan pintu. Antonio tersenyum, sebelum memasuki mobil. Segera, Alfa Romeo Quadrifoglio itu pun meninggalkan car port rumah megah Andrian. Sesampai

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status