Share

Part 7 Ke Kamarku, Sekarang!

Andrian melirik sekilas pada Cassandra, lalu segera mengangkat telepon itu.

["Ada apa, Fiona?"] tanya Andrian datar.

Terdengar tawa lirih di seberang sana. ["Selamat atas pernikahanmu, Amore. Kenapa tidak mengundangku?"] tanyanya.

Andrian terkekeh pelan. Dia kembali melirik Cassandra yang masih mematung. Cassandra buru-buru memalingkan pandangan dari Andrian.

["Bagaimana kalau sekarang aku mengundangmu spesial, Fiona. Kamu tentukan tempatnya. Aku ke sana sekarang."]

Tak tahan lagi, Cassandra segera beranjak bermaksud meninggalkan kamar Andrian. Namun, lelaki itu segera menyambar lengannya.

"Aku akan bertemu Fiona. Kamu tidurlah di sini. Malam ini aku tidak pulang!"

Cassandra memejamkan mata sejenak mendengar ucapan tanpa beban dari Andrian. Akan tetapi, apa yang diharapkan? Cassandra sudah menyetujui semua persyaratan pernikahan kontrak itu. Lagi pula, dia sendiri telah menegaskan dalam hati jika suatu saat akan mengakhiri semuanya.

Merasa tidak ada jawaban apa pun, Andrian menatap Cassandra dengan alis terangkat sebelah. "Kenapa kamu tidak menjawab, Cassandra? Apa kamu menginginkan kita menikmati malam pernikahan ini?" tanyanya dengan nada merendahkan.

Cassandra melirik laki-laki angkuh itu, kemudian membalas dengan senyuman satu sudut. "Apakah Anda pikir, saya akan bersedia, Tuan? Anda terlalu nyaman dengan banyak perempuan di luar sana. Itu lebih baik!" jawabnya sarkas.

Rahang Andrian mengeras. Tatapan laki-laki itu pun menajam. Merasa tertantang dengan ucapan tak ramah Cassandra, sontak Andrian memegang dagu gadis yang telah menjadi istrinya itu.

"Sombong sekali kamu Cassandra," desis Andrian geram.

Cassandra kembali tersenyum sinis. Dia memalingkan pandangan dari Andrian yang masih menatapnya tajam. Andrian mengangkat dagu Cassandra sehingga wanita itu mendongak. Namun, Cassandra tetap tidak mau menatapnya.

"Kenapa kamu selalu memalingkan pandangan dariku, hm? Lihat aku, Cassandra!" titah Andrian tegas.

Kini lelaki itu tidak lagi menggunakan bahasa formal. Cassandra masih bergeming. Membayangkan tatapan mata laki-laki sombong itu untuk memuja setiap perempuan yang menghabiskan malam dengannya, membuat Cassandra muak.

Andrian tidak tahan lagi, dia segera menyambar bibir Cassandra dan melumatnya dengan rakus. Cassandra berusaha memberontak dengan mendorong dada laki-laki bertubuh tinggi itu, tetapi sia-sia.

Merasa tidak mendapat balasan, Andrian semakin kalap. Dia memaksa Cassandra untuk membalas ciumannya. Andrian mengerang ketika merasakan bibirnya perih akibat gigitan Cassandra. Sontak pegangan laki-laki itu mengendor dan dimanfaatkan oleh Cassandra untuk membebaskan diri.

"Sialan, kamu Cassandra!" hardik Andrian lalu menghisap bibirnya yang berdarah.

Cassandra balas tersenyum mengejek. "Apa Anda pikir saya semurah perempuan bayaran Anda, Tuan? Sudahlah jika Anda ingin pergi, silakan berangkat!" usirnya tanpa basa-basi.

Andrian mengeraskan rahang. "Kamu mengusirku dari rumahku sendiri?" tanyanya konyol.

Bahu Cassandra terangkat sekilas. "Ya, bukankah Anda ingin menikmati malam bersama kekasih Anda? Lagi pula, saya sudah lelah setelah menjalani prosesi penuh drama itu! Saya ingin istirahat supaya tetap waras!" sahutnya enteng.

"Cih, awas kamu Cassandra! Kamu punya hutang padaku!"

Cassandra tidak menanggapi. Dia menatap tanpa ekspresi pada Andrian yang bergegas meninggalkan kamar. Sepeninggal laki-laki itu, Cassandra termangu di tepi tempat tidur.

Kedua mata gadis itu berkaca-kaca dan menatap penampilannya sendiri. Gaun mewah itu masih melekat di tubuh seksinya. Cassandra segera melepas gaun itu dan bergegas menuju kamar mandi.

Wanita yang baru beberapa jam menjadi istri konglomerat Andrian Petruzzelli itu, berdiri termangu di depan cermin kamar mandi. Sekali lagi, Cassandra tersenyum miris menyaksikan bayangan dirinya di sana.

"Menyedihkan sekali nasibmu, Cassandra. Di rumah, kamu dijadikan mesin uang ayahmu. Di sini, harga dirimu selalu dilecehkan oleh laki-laki yang bergelar suami."

Cassandra segera melucuti gaun mahal itu dan meletakkannya di tepi bathtub. Tidak ingin terpengaruh dengan gejolak hatinya, Cassandra segera memulai ritual mandi. Cukup lama dia mengurung diri di sana.

Di tempat lain, Andrian tengah bersama Fiona di sebuah hotel mewah tak jauh dari distrik tempat tinggalnya. Laki-laki itu menatap mantan kekasihnya dengan tatapan tak terbaca. Di tangan Andrian, ada segelas vodca.

Fiona yang hanya memakai pakaian minim itu mendekat dan duduk di pangkuan Andrian begitu saja. Jemari lentik Fiona membelai wajah tampan Andrian.

"Aku merasa beruntung karena seharusnya malam ini kamu menikmati malam pengantinmu, Amore," ucap Fiona menggoda.

Andrian tersenyum satu sudut sekilas. "Apa kamu tidak akan cemburu kalau aku lakukan itu?" godanya.

Bibir merah Fiona menyunggingkan senyum merekah. "Tentu saja aku cemburu. Tapi aku yakin meskipun kamu menikah, raga, dan hatimu masih untukku, Andrian!" tebaknya.

"Begitu, menurutmu?" tanya Andrian basa-basi.

Fiona meraih gelas dari tangan Andrian dan meletakkan di atas meja. Lalu gadis itu semakin bergerak liar di atas pangkuan Andrian. Tentu saja, hal itu membuat gairah kelelakian Andrian bangkit. Ketika mereka masih berstatus pasangan kekasih, Fiona tidak pernah mengecewakan Andrian di atas tempat tidur.

Ini kali pertama mereka bertemu dan sedekat itu semenjak mereka berpisah beberapa bulan lalu. Andrian dan Fiona memang sering menghabiskan waktu bersama, bahkan tidak jarang mereka berlibur beberapa hari ke luar negeri. Cinta mereka kandas ketika Andrian mengetahui Fiona berlibur bersama laki-laki misterius ke Mauritius.

"Kamu sangat tampan, Amore. Bisakah kita kembali seperti dulu lagi?" bisik Fiona dengan napas memburu.

Gadis itu kini telah menanggalkan pakaiannya sehingga hanya menyisakan lingerie seksi. Lengan kurusnya melingkari bahu tegap Andrian dan menjelajahi tubuh atletis itu dengan ciuman memabukkan.

"Aarrgh, Cassandra!" ucap Andrian tanpa sadar.

Hal itu tentu saja membuat Fiona menghentikan aktivitasnya. Dia menatap penuh arti pada Andrian yang juga menatapnya bingung.

"Kenapa berhenti?" tanya Andrian dengan salah tingkah.

"Kamu mencintai istrimu? Belum apa-apa kamu sudah memanggilnya, Amore!" gerutu Fiona.

Andrian mengernyitkan dahi kemudian mengusap wajahnya kasar. Entah mengapa tiba-tiba bayangan tubuh molek istrinya dan balasan ciuman lembut Cassandra ketika di altar tadi sore menyita pikiran Andrian.

Tak ingin menjadi gila, Andrian segera bangkit. Laki-laki itu menatap sekilas pada Fiona yang juga menatapnya kecewa. Selanjutnya, Andrian melangkah ke pintu.

"Amore, mau ke mana kamu?" tanya Fiona.

"Maafkan aku, Fiona. Aku harus pulang. Aku tidak mau Kakek mengetahui jika aku pergi di malam pengantinku. Maafkan aku. Lain kali kita bertemu lagi!" jawabnya enteng, kemudian berbalik dan mencium sekilas bibir Fiona. Tak lama kemudian, dia pun berlalu dari situ.

Fiona mengepalkan kedua tangan dengan geram. "Dannazione!" makinya ketika Andrian telah menghilang di balik pintu.

Fiona bangkit dan mengambil gelas di atas meja, menenggak habis isinya, kemudian melemparkan benda itu ke tembok. Serpihan kaca pun berhamburan di atas karpet lembut hotel berbintang lima itu.

"Sialan, kamu Andrian!" teriak Fiona geram. Kedua mata gadis berambut blonde itu mendelik tajam. "Cassandra, aku harus cari tahu gadis kampungan yang sudah berhasil menaklukkan hati Andrian. Tidak ada yang bisa mengambil Andrian dariku, tidak ada! Apalagi kamu, Cassandra!" lanjutnya lalu mengambil handphone.

****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status